Share

Putusan Hakim

Akhirnya seorang polisi datang, tepat saat jarum jam menunjukkan pukul tujuh malam. Ia membawa nampan dari stainless yang berisi makan malam untuk Hazel. Ia meletakkan nampan itu tepat di depan pintu sel sebelum akhirnya ia menguncinya kembali.

“Besok pagi anda baru bisa pergi untuk menemui pengacara yang baru,” ucap polisi itu.

Hazel terbelalak. Ia tidak salah dengar jika polisi tadi baru saja mengatakan bahwa Hazel akan bertemu dengan pengacara yang baru. Apakah artinya Hazel memiliki kesempatan untuk membela dirinya lebih baik daripada sebelumnya?

Tak terasa pagi telah tiba. Samar-samar Hazel mendengar suara aktivitas dari ruangan di depannya. Tak lama setelahnya, seorang polisi datang dan langsung membuka pintu sel itu.

“Nona, ikut kami!” katanya.

Seperti yang sudah disepakati kemarin malam, pagi ini Hazel akan menemui pengacaranya yang baru. Ia kembali dibawa ke gedung utama. Ia ditinggal disatu ruangan kecil yang nantinya menjadi tempat pertemuan dengan pengacara baru itu.

Sekitar 15 menit Hazel menunggu, akhirnya ia bertemu dengan seorang pria bersetelan rapi, lengkap dengan jas dan dasinya.

“Nona Hazel, ya?" tanya pria itu.

Pria itu memperkenalkan diri sebagai pengacara baru yang akan menangani kasus Hazel. Ia bernama Haris.

“Setelah sesi wawancara ini, anda akan menjalani pemeriksaan visum. Itu akan menjadi bukti apakah anda mendapatkan pelecehan atau tidak," ujar Haris.

Hazel sedikit terkejut ketika pengacara itu sudah lebih dulu tahu dengan kondisinya. Padahal ia sama sekali belum menceritakan apapun kepadanya.

“Jadi....” Haris sengaja menggantungkan kalimatnya.

Pria itu mengambil video recorder sebelum mulai bertanya lebih lanjut kepada Hazel.

“Tolong anda jelaskan kepada saya, semua hal yang berkaitan dengan anda dan korban R, juga kronologi kejadian malam itu,” pinta pengacara itu.

Awalnya Hazel ragu untuk menjawab. Ia takut jika pengacara itu sama seperti yang kemarin. Ia tidak mau dihakimi lagi seperti kemarin.

Akan tetapi, pengacara itu kembali meyakinkan Hazel. Nada bicaranya jauh lebih sopan dan tidak pernah membentak seperti pengacara yang kemarin. Akhirnya Hazel menceritakan kembali kronologi tragedi berdarah malam itu dengan perasaan trauma yang membekas.

Selesai mewawancarai, Hazel diarahkan untuk melakukan visum. Hasilnya nanti bisa ia gunakan untuk membuktikan bahwa Rendra telah melecehkannya. Dengan begitu, tindakan Hazel tidak bisa digolongkan ke dalam pembunuhan berencana, atau setidaknya ia bisa mendapatkan hukuman yang lebih ringan, syukur-syukur ia dibebaskan.

Tiga minggu berlalu. Banyak kejadian yang dilalui Hazel, mulai dari pertemuannya dengan sang pengacara hingga serangkaian peradilan.

Sampai tibalah saatnya peradilan terakhir bagi Hazel. Peradilan kali ini adalah penentu akhir bagi Hazel. Hari ini akan menjadi final dari kasusnya.

Hakim mulai menyimpulkan keputusan dari proses pengadilan Hazel.

“... Saudari Hazel, atas bukti-bukti yang sudah terkumpul, perbuatan anda tidak bisa dibenarkan sebagai tindakan pembelaan," tutur hakim itu.

“....luka yang dialami Saudara Rendra sangatlah berat. Maka dari itu, saudari Hazel, anda dijatuhi hukuman penjara 17 bulan termasuk masa penahanan," putus hakim itu.

Citra yang ikut menghadiri pengadilan putrinya itu langsung menangis sejadi-jadinya. Ia sangat terluka dengan keputusan hakim. Sebagai wanita yang telah melahirkan Hazel, ia tidak tega jika putrinya malah mendapatkan hukuman atas pelecehan yang diterimanya.

Bagaimana seorang korban pelecehan bisa dihukum selama 1,5 tahun? Jika bisa memilih tentunya Hazel tidak ingin mendapatkan pelecehan seperti yang dilakukan Rendra.

“Putriku bukan pembunuh!” jerit Citra.

Citra yang tadinya duduk di deretan kursi belakang Hazel langsung berlari ke arah putrinya itu. Belum sempat Citra meraih putrinya itu, beberapa polisi yang bertugas untuk menjaga jalannya proses peradilan langsung mencegahnya.

“Putriku adalah korban!” teriak Citra sambil berusaha meraih putrinya yang masih duduk di kursi yang ada di tengah-tengah pengadilan itu.

Karena kondisi semakin tidak kondusif, Hazel langsung dibawa pergi oleh para polisi untuk diamankan.

Di luar gedung rupanya sudah banyak wartawan yang siap berburu berita. Hazel dibawa kembali ke rumah tahanan sebelum akhirnya dipindahkan ke lapas atau lembaga pemasyarakatan.

“Maaf, Nona. Saya gagal memenangkan kasus ini,” ucap Haris yang kini sedang duduk berhadapan dengan Hazel.

Hazel hanya diam meskipun sejak tadi arah pandangannya tertuju kepada pengacaranya itu. Selama menjalani persidangan, Hazel tidak banyak bicara. Ia hanya akan menjawab jika ditanya oleh pengacaranya, sementara ketika orang lain bertanya, ia hanya diam. Bahkan dengan polisi sekalipun, ia betah menutup mulutnya rapat.

“Tapi tenang saja, kita bisa mengajukan banding untuk persidangan ini. Nona tidak pantas mendapatkan hukuman 1,5 tahun penjara atas pelecehan yang anda terima,” ujar Haris.

Selain Citra —ibunya— orang lain yang mempercayai Hazel adalah Haris. Setelah hasil visum keluar, Haris semakin yakin jika alasan Hazel menghabisi nyawa Rendra karena pria itu melakukan pelecehan kepadanya.

Hanya saja, keputusan pengadilan mengatakan bahwa tindakan Hazel tidak bisa dibenarkan sebagai pembelaan diri, sebab Hazel melakukannya secara sadar dan luka yang dialami Rendra sangatlah parah. Dari hasil otopsi, Hazel menusuk Rendra berulang kali. Menurut pendapat penuntut umum dan kuasa hukum Rendra, seharusnya Hazel bisa melarikan diri tanpa harus menghabisi nyawa pria malang itu. Mereka sangat menyayangkan tindakan Hazel. Dari hasil persidangan, hakim memutuskan Hazel pantas dijatuhi hukuman penjara selama 1,5 tahun.

“Saya menolak untuk banding,” tolak Hazel.

“Anda hanya akan membuang waktu. Sekuat apapun anda membela diri saya, keadilan tidak akan pernah saya dapatkan,” lanjut Hazel.

Untuk pertama kalinya Hazel mengatakan isi hatinya. Selama ini ia hanya berbicara sesuai dengan pertanyaan. Jika merasa tak perlu menjawabnya, Hazel hanya diam saja.

“Anda menyerah?” tanya Haris.

Hazel menundukkan kepalanya. Ia menghindari tatapan Haris yang tertuju ke arahnya. Ia memilih untuk menatap jemarinya yang sedang ia mainkan di atas pahanya.

“Seseorang memohon kepada saya agar saya dapat menegakkan keadilan di kasus ini, paling tidak hakim bisa mengubah keputusannya menjadi lebih ringan,” tutur pengacara itu.

Haris terlihat jauh lebih bersemangat dibanding Hazel. Ia adalah pengacara yang disewa oleh Handika sesuai dengan rekomendasi Gio. Sampai detik ini Handika belum lunas membayar jasanya, tetapi Haris tetap menjalankan tugasnya sebab ia merasa iba dengan apa yang dialami Hazel. Apalagi setelah Haris benar-benar melihat bukti visum yang menunjukkan bahwa wanita itu mendapatkan pelecehan. Jadi, yang dibeberkan oleh kuasa hukum Rendra soal suka sama suka itu tidak benar.

Sayang sekali, bukti visum Hazel tidak bisa mendukung sepenuhnya sebab ditemukannya surat perjanjian soal harta di TKP. Ditambah lagi dengan luka tusuk yang dilakukan secara berulang-ulang semakin membuka celah bagi pihak Rendra untuk menjebloskan Hazel ke penjara.

“Katakan padanya, dia tidak perlu repot memikirkan kasus ini," ucap Hazel.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status