Beranda / Romansa / Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO / Di Mana Ada Kau, di Sanalah Rumahku

Share

Di Mana Ada Kau, di Sanalah Rumahku

Penulis: Mommykai22
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-21 07:13:19

Mata Cintya masih membelalak lebar menatap para polisi yang sedang berjalan ke arahnya dan semua tamu undangan yang masih duduk di sana pun juga sama kagetnya.

Untuk sesaat, semua orang langsung saling berbisik dan mengeluarkan suara ribut namun semua orang masih tidak ada yang beranjak bangkit dari kursinya.

Sampai para polisi pun akhirnya tiba ke hadapan Cintya.

"Maaf, apa Anda Ibu Cintya Hadiwijaya?"

Cintya terdiam sejenak sebelum menjawab dengan tenang. "Benar, itu aku. Ada masalah apa kalian mencariku?"

Polisi itu langsung menunjukkan surat penangkapan di depan Cintya hingga kedua mata Cintya pun membelalak makin lebar.

"Kami dari kepolisian ditugaskan untuk membawa Anda ke kantor dengan tuduhan kasus pelecehan, kekerasan, dan pembunuhan."

Suara polisi itu terdengar begitu tegas hingga jantung Cintya mulai memacu kencang.

Demikian dengan para tamu undangan yang sudah memekik tidak percaya. Suasana pun makin riuh namun Cintya lagi-lagi berusaha tetap bersikap tenang.

"Kau pa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Saat Idolanya Tidur dan Tidak Bangun Lagi

    Mendadak jantung Nero berdebar begitu kencang dan seketika tubuhnya pun menggigil karena kaget. Pembunuhan? Ibunya melakukan pembunuhan? Nero pun langsung terdiam dengan kedua mata yang sudah membelalak begitu lebar. Patra yang sejak tadi sudah tegang mendengar percakapan Nero pun akhirnya ikut duduk di ranjang dan mulai menyentuh lengan Nero, menyadarkan Nero dari kekagetannya. Nero pun menoleh ke arah Patra dengan mata yang tetap membelalak. Cukup lama Nero terdiam untuk menenangkan debaran jantungnya sebelum akhirnya ia bisa bicara lagi pada Juan. "Kau ... kau tidak bercanda kan, Juan? Bik Asih melaporkan ibuku karena kasus pembunuhan?" ulang Nero tidak percaya. Juan yang sudah menyalakan speakernya pun saling bertatapan dengan Axel sejenak. "Aku ... sudah memastikannya, Kak Nero!" jawab Axel mengambil alih. "Aku meminta sopirku memeriksanya, memang dia tidak bisa mengetahui detailnya karena interogasi di kantor polisi bersifat tertutup tapi ... dia bisa memastikan kalau Ta

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kenyataan yang Mengejutkan

    Patra keluar dari kamar mandi setelah rambutnya kering dan gantian Nero yang mandi. Bertepatan dengan itu, baju yang dipesan Nero pun datang dan dengan cepat Patra memakai bajunya. "Ah, lega sekali rasanya memakai baju bersih lagi!" gumam Patra sambil langsung meraih ponselnya. Patra pun langsung melihat banyak pesan dari Patrick dan missed calls dari Axel. Patra langsung menelepon Axel balik."Axel, maaf, tadi aku sedang mandi saat kau menelepon. Kami baik-baik saja! Nero juga sudah diobati di rumah sakit tadi. Aku senang mengetahui kau baik-baik saja, Axel. Maafkan aku yang meninggalkanmu begitu saja tadi.""Tidak apa, Patra. Aku dan Kak Juan juga baik-baik saja. Kami hanya luka ringan dan polisi juga datang tadi, hanya saja Brata brengsek itu berhasil lolos!" seru Axel dengan geram. Tatapan Patra goyah. "Dia ... lolos?""Iya, tapi jangan takut! Kami tidak akan membiarkan Brata mencari kalian! Tolong beritahu kabar ini pada Kak Nero juga agar dia lebih berhati-hati!""Aku tahu,

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Tidak Baik-Baik Saja

    "Bagaimana keadaanmu, Axel? Apa semua baik-baik saja?""Aku baik-baik saja, Kak Juan. Kau bagaimana? Lukaku tidak seberapa dibanding lukamu." Axel yang baru saja dibersihkan lukanya pun melangkah menghampiri Juan dan duduk di ranjang Juan. Mereka sedang berada di ruang UGD rumah sakit untuk mengobati luka mereka. Luka sopir Axel pun sudah diobati dan pria itu sudah pulang duluan, meninggalkan Juan dan Axel berdua di rumah sakit. "Ah, tubuhku tidak selemah itu, Axel! Walaupun aku jarang berolahraga tapi kalau hanya pukulan seperti itu, aku masih bisa menahannya!" seru Juan menyombongkan dirinya. Namun tidak lama kemudian, rasa linu pun terasa menusuk di pinggangnya sampai ia pun terus bergerak gelisah. "Haha, kau masih mau menyombongkan diri, hah? Opname saja di sini, aku akan menemanimu!""Eh, yang benar saja! Hanya luka lebam, kau menyuruhku opname, aku mau pulang saja tidur di apartemenku sendiri!"Axel pun tertawa pelan mendengarnya, namun sedetik kemudian ia menggeram kesal.

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kejahatan Lain yang Dilakukan

    "Pak Brata, apa yang harus kita lakukan sekarang? Kata anak buah yang lain, Bu Cintya sudah dibawa ke kantor polisi!" lapor anak buahnya pada Brata. Brata pun membelalak mendengarnya. "Apa? Bu Cintya ditangkap polisi? Sial, bagaimana bisa?""Sepertinya ada yang melaporkan kita ke kantor polisi."Brata mengernyit sambil meringis merasakan lengannya yang sangat sakit akibat terlindas ban mobil tadi, namun untungnya lukanya bukan yang sangat parah sehingga ia masih bisa bertahan. "Sial! Aku sudah curiga, pasti pelayan tua itu yang sudah melaporkannya ke polisi! Bu Cintya sama sekali bukan tipe orang yang ceroboh seperti itu sampai harus berurusan dengan polisi! Tapi biarkan dulu, untuk sementara kita diam saja dulu! Jangan sampai kita ikut terseret dalam kasus Bu Cintya! Ingat, apa pun tuduhannya, kita hanya pesuruh dan dia otaknya.""Aku mengerti.""Sial! Tapi jangan sampai polisi ikut menangkap kita! Sekalipun hanya pesuruh, hukumannya juga tidak main-main! Kita tetap bersembunyi saj

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Tuduhan yang Tidak Berdasar

    "Hati-hati!"Patra membantu Nero masuk ke sebuah kamar hotel, tempat mereka akan tinggal sampai mungkin beberapa hari ke depan karena mereka belum menyiapkan rencana lainnya. Sebenarnya Nero sangat ingin menemui keluarga Patra untuk meminta maaf secara langsung tapi Patra melarangnya karena takut masih ada anak buah Cintya yang mengikuti mereka. Patra takut keberadaan keluarganya diketahui oleh Cintya dan Cintya bisa menggunakannya untuk mengancam Patra lagi. "Ah, lega sekali melihat ranjang yang begitu luas. Ranjang rumah sakit terasa sangat sempit, Patra," keluh Nero sambil langsung duduk di ranjangnya. Patra yang melihatnya pun langsung membungkuk untuk membantu Nero melepas sepatunya. Tapi Nero menghentikannya. "Apa yang kau lakukan?""Membuka sepatumu.""Untuk apa kau melakukannya, Patra? Kau pikir ini masih jaman nenek moyang di mana wanita harus melayani pria seperti itu? Aku bisa membuka sepatuku sendiri," sahut Nero sambil langsung membuka sepatunya sendiri. Patra pun m

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Di Mana Ada Kau, di Sanalah Rumahku

    Mata Cintya masih membelalak lebar menatap para polisi yang sedang berjalan ke arahnya dan semua tamu undangan yang masih duduk di sana pun juga sama kagetnya. Untuk sesaat, semua orang langsung saling berbisik dan mengeluarkan suara ribut namun semua orang masih tidak ada yang beranjak bangkit dari kursinya. Sampai para polisi pun akhirnya tiba ke hadapan Cintya."Maaf, apa Anda Ibu Cintya Hadiwijaya?"Cintya terdiam sejenak sebelum menjawab dengan tenang. "Benar, itu aku. Ada masalah apa kalian mencariku?"Polisi itu langsung menunjukkan surat penangkapan di depan Cintya hingga kedua mata Cintya pun membelalak makin lebar. "Kami dari kepolisian ditugaskan untuk membawa Anda ke kantor dengan tuduhan kasus pelecehan, kekerasan, dan pembunuhan."Suara polisi itu terdengar begitu tegas hingga jantung Cintya mulai memacu kencang. Demikian dengan para tamu undangan yang sudah memekik tidak percaya. Suasana pun makin riuh namun Cintya lagi-lagi berusaha tetap bersikap tenang. "Kau pa

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Anda Ditangkap

    "Bagaimana keadaan di sana, Kak Juan? Kau di mana sekarang?" Axel menelepon Juan dengan cemas. Menunggu seperti ini adalah hal yang tidak menyenangkan bagi Axel namun demi keselamatan Patra, Axel terpaksa hanya menunggu. "Sial, Axel! Mereka mengekori kami, banyak sekali mobil yang mengejar kami!" pekik Juan di telepon sambil terus menoleh ke belakang. Beberapa mobil anak buah Cintya terus mengikuti mereka dan berusaha menabrak mobil mereka namun untunglah sopir Axel menyetir dengan cukup handal. "Lalu apa kalian sudah bertemu dengan Kak Nero? Aku sudah tidak bisa menghubunginya, aku takut terjadi apa-apa dengan Kak Nero!""Aku belum bisa melihat mobilnya, Axel! Ini kami sudah masuk ke jalanan yang sepi sesuai rutemu tapi kami belum melihat ... eh, apa itu? Nero!" pekik Juan. "Eh, ada apa, Kak Juan? Kau melihat Kak Nero? Di mana?""Sial, apa yang dilakukan mereka? Mereka menangkap Nero!" pekik Juan.Axel yang mendengarnya pun membelalak lebar. "Apa katamu, Kak Juan? Mereka siapa?

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Melawan Pengkhianat

    "Bagaimana dengan Nero, Axel?" tanya Patra cemas setelah Axel menutup teleponnya. "Dia sudah berada di mobilnya namun para anak buah mengikutinya!"Patra pun menutup mulut dengan tangannya dan tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. "Semoga Nero baik-baik saja!""Kau jangan khawatir, Patra! Ada aku! Aku akan membantu Kak Nero nanti! Kau tenang saja! Justru kau yang harus menjaga dirimu! Ingat, kalau aku turun membantu Kak Nero, kau harus menyembunyikan dirimu dan bertahan selama mungkin! Kau bisa kan, Patra? Jangan sampai tertangkap!"Patra mengangguk. "Aku tahu, Axel! Aku bisa! Aku sudah punya peralatan perangku sendiri!" seru Patra sambil melirik tongkat kasti dan barbel kecil yang sudah mereka siapkan di jok belakang mobil Axel. Axel pun hanya mengembuskan napas panjang mendengarnya. Sebenarnya Axel sudah meminta Patra untuk menunggu saja diam-diam di hotel, namun Patra tidak mau dan bersikeras untuk ikut. Walaupun Patra tahu ini berbahaya, namun Patra tidak bisa berpangku t

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Melarikan Diri

    "Pak Nero, sebentar lagi kita akan ke tempat acara!" kata seorang anak buah yang memberi laporan pada Nero."Ah, baiklah! Tolong kau ke sini sebentar!" panggil Nero."Iya, ada apa, Pak?""Sepatuku kotor, tolong bersihkan! Jangan sampai ibuku melihat noda ini!"Sang anak buah menaikkan alisnya kaget namun akhirnya mengangguk.Pria itu segera berjongkok di depan Nero dan mengelap sepatu Nero dengan tangannya.Dan tepat saat itu, Nero pun langsung memukul tengkuk pria itu hingga pria itu langsung tersungkur.Nero pun segera merogoh kantong pria itu dan ia mengambil ponsel milik pria itu."Ponselnya bisa digunakan saat kita terpisah! Cepat, masukkan nomornya, Juan!"Juan mengangguk dan segera bekerja dengan sigap. Sementara Nero langsung melepas jasnya untuk digunakan sebagai senjata.Tanpa mengulur waktu, mereka pun langsung keluar dari ruang VIP dan segera disambut oleh anak buah yang lain."Kau sudah siap, Pak Nero? Tapi mengapa jasmu ....""Aku sudah siap menghajarmu, Sialan!" seru Ne

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status