"Pak polisi, saya Komandan Detektif, Erik Bayroad. Bapak yakin mau menangkap saya?"
"Maaf pak Bayroad, atas laporan yang kami terima, anda terlibat dalam penyerangan seorang pemuda di taman kota.""Saya rasa bapak salah menangkap orang. Pelaku kejadian itu sudah saya amankan di kantor saya."Mendengar pernyataan itu kedua polisi pun tertarik untuk membuktikan ucapan Erik.Mobil polisi melaju dengan Erik di dalamnya, melaju ke kantor detektif Bayroad cabang selatan.Disana mereka dipertemukan dengan para preman yang memukuli Rudi. Kita semua tahu kejadian sebenarnya, tapi Erik dapat memanipulasi segalanya.Tidak ada rekaman kamera, cctv, maupun saksi mata dari kejadian itu. Semua aktor royal pada Erik bahkan mereka rela memberikan kesaksian palsu dan masuk penjara untuk melindungi Erik.Proses interogasi, pengumpulan barang bukti, dan pengadilan berjalan tidak lebih dari satu hari. Rudi yang melaporkan Erik pun menghilang setelah kalah dalam pengadilan.Merasa Rudi akan kembali lagi, Erik menyuruh anak buahnya yang bernama Kirishima untuk mengawasi kota."Hack semua cctv. Temukan Rudi dan ikuti dia secara diam-diam.""Kalau kita langsung mendekatinya setelah sidang, kita akan dicurigai.""Dicurigai oleh siapa? Polisi?" Tanya Kirishima."Bukan mereka. Jenderal polisi adalah teman kita. Maksudku kantor detektif swasta saingan kita.""Mereka hanya kantor swasta kecil. Aku bahkan sudah mendapatkan semua data mereka. Tenang saja bos. Aku akan mengawasinya dari jauh seperti yang bos minta.""Tolong ya, Kirishima."••Jena marah padaku karena membuat hidungnya berdarah. Dia menolak semua inisiatifku dan mengurungku di gudang.Gudang yang penuh barang bekas dan pengap. Sejujurnya aku tidak berani melawan Jena karena dia adalah adik angkat mas Erik. Untunglah ada mbak Tari yang perhatian kepadaku.Berbeda dengan Jena yang mengamuk setelah hidungnya terbentur pintu kamar mandi, Mbak Tari yang terang-terangan aku pukul hari itu tidak sedikit pun menunjukkan tanda permusuhan, bahkan dia rela dikurung bersamaku."Mbak Tari, maaf saya memukul kamu hari itu.""Tidak apa-apa nona. Saya mengerti kalau nona sedang banyak pikiran, tapi semoga hal itu tidak terjadi lagi."Tidak lama kemudian datang seseorang membukakan pintu.Orang itu adalah mas Erik.Perasaan Lega dan gelisah bercampur di dadaku. Apa yang akan terjadi setelah ini? Aku tidak terlalu memikirkan mas Rudi lagi sejak kejadian menyeramkan kemarin."Mas Erik!"Mas Erik membuka tangannya seperti hendak memelukku tapi aku menolak dekapannya dan bertanya padanya. "Apa benar mas Rudi yang melaporkan kamu?"Seketika ekspresi mas Erik berubah kecut."Iya. Lebih penting lagi, siapa yang mengurung kamu di gudang?"Aku ragu mengatakan yang sebenarnya. Takut mas Erik menganggapnya fitnah. Lalu mbak Tari memberitahu yang sebenarnya."Nona Jena, tuan. Dia mengurung nona Linda disini karena nona tidak sengaja melukainya saat keluar dari kamar mandi."Mendengar itu mas Erik langsung menarik tanganku dan kami menghampiri Jena yang sedang bersantai di kamarnya.Mulanya mas Erik memintaku menunggu di luar. Dia menyapa Jena dengan akrab, menanyakan kabarnya. Setelah itu membanting pintu kamar Jena."Apa maksud kamu mengunci istri mas di gudang? Kamu mau membuatnya sakit?!""Biarin! Aku juga korban! Lihat hidungku sampai di perban karena ulahnya!!""Linda, masuk!"Aku melangkah ke kamar Jena dengan tubuh gemetar. Mas Erik berusaha menegakkan badanku."Ceritakan kronologi kejadiannya?!" Perintah mas Erik.Aku pun menceritakan kejadian sesungguhnya."Mulanya Jena kelihatan baik-baik saja, tapi setelah mas Erik pergi dia mulai marah dan mengunciku di gudang selama 10 jam. 4 jam yang lalu mbak Tari masuk ke gudang dan menemaniku."Jena menyela dengan nada tinggi. "Menghukum anggota keluarga baru tidak salah. Lagipula ada pembantu itu yang menemaninya.""JENA!!"Teriakan mas Erik membuat semua orang terdiam.Mas Erik mengarahkan pandangan ke Jena. Aku tidak bisa melihat ekspresinya karena posisiku di belakang, tapi dilihat dari ekspresi Jena yang ketakutan tampaknya mas Erik sangat marah."Jena. Sebagai hukuman mengunci Linda di gudang, kamu tidur di luar malam ini!""Bukan di ruang tamu, tapi di pondok luar dekat air mancur. Jangan tidur di rumahku!"Tanpa sadar tanganku menutup mulutku yang ternganga. Mas Erik memihakku, tapi hukuman yang dia berikan terlalu berlebihan, mengingat di luar sedang hujan deras.Jena hanya bisa terdiam menatap syok wajah mas Erik.Kalau dibiarkan Jena akan menaruh dendam pada mas Erik, atau mungkin padaku."Tunggu mas, aku rasa hukuman itu terlalu berlebihan. Jena bisa sakit kalau tidur di tempat lembap dan dingin seperti itu.""Tutup mulutmu Linda! Anak ini harus dihukum karena mencoba merusak properti pribadiku!"Aku adalah properti pribadi yang dia maksud.Jena pun diseret ke luar. Mas Erik benar-benar kejam, dia tidak ada rasa pada Jena yang memeluk kakinya dengan penuh isak tangis.Jika aku berada di posisi Jena, maka bukan hukuman tidur di tempat dingin yang aku permasalahkan. Tapi sikap diskriminasi yang diberikan mas Erik. Jena adalah adik angkat, sementara aku istri sahnya. Apakah pantas seorang adik diperlakukan lebih rendah dari istri?Ketika di kamar aku bertanya pada mas Erik, siapa yang lebih penting antara aku dan Jena."Mas kalau disuruh memilih antara aku dan Jena, siapa yang akan kamu selamatkan lebih dulu?"Mas Erik tidak langsung menjawabnya. Tidak lama jawaban yang kunanti keluar dari mulutnya."Keduanya punya derajat yang sama di mataku. Aku akan melindungi atau menghukum setelah mengetahui duduk perkaranya.""Kamu tidak perlu merasa bersalah."Tiba-tiba pertanyaan lainnya melintas di kepalaku. Kali ini jawaban yang aku harapkan sedikit vulgar."Apa yang mas inginkan dari istrimu yang penurut?"Harapanku dia sedikit lebih tenang jika aku mengabulkan satu permintaannya. Tapi mas Erik malah meminta hal yang tidak terduga."Aku ingin kamu terus berada di rumah. Hanya meninggalkan rumah jika aku memintanya. Aku ingin kamu jadi properti cintaku selamanya."Mas Erik meraba tubuhku. Libidonya naik lagi."Aku tidak bisa menjadi milikmu selamanya. Kontrak kita hanya berlaku sampai tahun depan."Seakan tidak peduli, mas Erik menyentuh buah dadaku. Dekapannya sangat hangat. Rasanya sungguh nikmat.Mas Erik meremas buah dadaku yang masih terbungkus daster pink.Disaat seperti inilah nafsuku terhadap mas Rudi perlahan rontok. Keraguan untuk menerima cinta mas Erik menahanku tidak gila saat terlibat urusan ranjang dengannya.Aku mulai basah, tapi mas Erik menarik diri saat aku mendekati klimaks."Maaf ya dek, malam ini mas ada kerjaan yang belum selesai."Mas Erik meninggalkanku dalam kenikmatan setengah jadi. Suami yang benar-benar jahil!"Tunggu, apa ini berarti aku sudah jatuh cinta pada mas Erik?"Mas Erik kembali dengan dua cangkir teh panas. Aku yang penasaran bertanya padanya."Pekerjaan kamu sudah selesai?"Mas Erik menjawab sambil menyeruput teh yang masih berasap. "Belum. Tapi ada ayah yang menyelesaikannya untukku. Sekarang kita bisa kembali melanjutkan aktivitas yang tertunda.""Ayo istriku, malam ini akan aku penuhi ruang pribadimu dengan bibit unggulku.""Ayo kita buat anak." Ajak mas Erik lembut.Ajakan mas Erik terngiang di telingaku.Untuk pertama kalinya aku menerima ajakannya sepenuh hati.Aku sudah muak memikirkan banyak hal. Setelah melihat ketulusan mas Erik saat melindungiku rasanya sulit untuk menjaga hati ini tetap pada mas Rudi.Malam itu menjadi saksi tumbuhnya rasa cinta. Adegan vulgar yang tidak bisa diceritakan secara eksplisit.Kehidupanku di rumah keluarga Bayroad mulai berubah. Jena tidak memusuhiku setelah kejadian itu, yang ada malah menjadi adik ipar yang baik.Mas Erik, suami yang overprotektif tapi sangat lembut. Setiap pulang ke rumah membawakan hadiah-hadiah kecil.Entah apa yang dia pikirkan. Menurut Jena, mas Erik memberi hadiah-hadiah kecil karena gagal memahami saran yang dia berikan.Aku tidak menolak hadiah aneh yang dia bawa setiap pulang kerja. Memiliki mas Erik saja sudah sebuah keberuntungan.3 bulan kemudian, kehidupan baru mulai terdeteksi di perutku oleh lensa kaca p
"Bertahanlah kakak! Jangan sampai keponakanku yang ada di dalam situ kesakitan!" Seru Jena padaku yang pucat.Aku menjelaskan pada Jena kalau bayi kami akan baik-baik saja.Aku tidak berani mengatakan hal yang buruk. Lagipula ini hanya demam biasa yang diperkuat oleh syok bumil muda. Ini bukan karangan tapi murni penjelasan dokter."Maaf Jena tidak bisa menjaga kakak semalaman. Sebagai gantinya mbak Tari akan merawat mbak.""Iya, terima kasih Jena. Besok kamu kuliah."Di tempat lain, Erik sedang mengawasi Rudi melalui cctv.Ingat perintahnya pada Kirishima beberapa bulan yang lalu? Tidak sedetik pun kantor detektif Bayroad melepaskan pandangan dari Rudi.Berita menghilangnya Rudi kemarin bukan hoax. Dia memang sempat menghilang sebelum ditemukan 2 hari kemudian oleh kamera tersembunyi yang dipasang oleh anak buah detektif Kirishima.Itu artinya penyamaran yang Rudi lakukan tempo hari juga diketahui oleh mereka.
"Aku tidak akan menganggapnya teman lagi.""Rudi adalah musuhku mulai hari ini!"Terdengar sirene mobil polisi. Seorang detektif muda berkebangsaan jepang menolong berlari di lorong rumah sakit lalu menolong Tari yang terluka. Detektif itu memperkenalkan diri sebagai Amano Kirishima, anak buah mas Erik."Pak Bayroad sedang mengejar penjahat. Jangan khawatirkan dia.""Tapi dia terkena tembakan ... ""Aku tahu itu, nyonya Bayroad. Aku melihatnya di kamera pengawas. Bahkan drone-ku sedang mengikuti mereka."Kirishima menggendong Tari ke ranjang yang aku tempati sebelumnya. Sementara aku dipindahkan ke ruangan lain yang berdekatan.Kirishima membuka laptopnya lalu menunjukkan siaran langsung kamera drone padaku.Tampak Rudi sedang berlari tidak tentu arah di kawasan perumahan padat penduduk, atau yang biasa disebut kawasan kumuh.Aku tidak suka menyebut 'kawasan kumuh' tapi tidak ada kalimat yang
"Apa ... ???"Mas Erik menyentuh perut Kenny. Tidak ada pergerakan nafas di perutnya. Jari mas Erik bergerak dengan lembut ke hidung Kenny, tidak terasa nafasnya.Mas Erik menggendong Kenny. Sekujur tubuhnya sangat dingin seperti boneka keramik terpapar udara dingin AC."Dia ... dia ... Kenny tidak bernafas!"Tidak percaya dengan ucapannya aku menggengam kaki kecil Kenny lanjut menyentuh pipinya. "Ini tidak mungkin ... KENAPA ... ?""KENAPA KENNY TIDAK BERGERAK ... ?!?!"Para baby sitter mengetuk pintu.Mas Erik membawa anak kami yang tidak bernyawa ke rumah sakit.Namun itu tindakan yang salah, sebab hati kami semakin hancur saat dokter memastikan kematiannya.Linda, Erik, Jena, Revan, Cindy, semuanya sangat syok."Bapak, ibu, yang sabar ya. Anak kalian mengisap penyakit RSV. Penyakit itu disebabkan infeksi virus pada paru-paru dan saluran pernapasan. Penyakit ini
Jual beli kata-kata kejam terjadi.Aku berusaha menahan diri agar tidak menyalahkan mas Erik. Bagaimana pun memang aku yang salah tidak bisa menjaga anak.Mas Erik pun mulai main tangan. Dia menampar pipiku dengan cukup kuat. Namun segera setelah menampar mas Erik merasakan sakit di tangan kirinya.Luka tembakan berdenyut sangat hebat. Rasa sakitnya kembali seakan tragedi penembakan itu diputar ulang. Namun Erik dengan jiwa berapinya justru semakin murka pada dirinya sendiri."AHH SIALAN ... !!!""Pertama gagal menangkap ter*ris, kedua gagal menjaga anak!""KENAPA AKU JADI SEMENYEDIHKAN INI?!?! "Aku berusaha menenangkan mas Erik, namun dia menolak sentuhanku. Mas Erik semakin jadi dengan menyebutku biang kelemahannya."Aku mengeti sekarang. Kehadiranmu membuatku lemah.""Rasa cinta membuatku lunak. Seharusnya sejak awal aku mengasingkan Rudi! Karena dialah kamu melahirkan prematur, karena dia
"Aku mencintaimu Linda. Kamu dan Kenny sudah dibuat menderita oleh pria itu.""Aku akan menemukan dan menunjukkan perbedaan antara kita dengannya."Di tempat lain Kirishima sedang mengejar Rudi dengan drone-nya. Bukan hanya Kirishima, seluruh detektif lapangan dikerahkan untuk menangkap Rudi.Kirishima berkata. "Aku sudah heran sejak tempo hari. Orang biasa tidak mungkin mampu kabur dari kami.""Siapa orang-orang di belakangmu?"Pernyataan Kirishima tersampaikan melalui drone-nya.Rudi yang sedang berlari tidak mendengarnya. Polisi menghadang jalan Rudi di depan, memaksa Rudi berbalik arah. Detektif menghadang di arah lainnya, memaksa Rudi lari ke arah samping.Tanpa diduga area barat dijaga oleh Erik Bayroad, sedangkan timur dijaga Kirishima.Senyum jahat Erik menyertai ledakan bubuk mesiu yang melontarkan peluru tepat ke bahu kanan Rudi.Dor! Dor! Dor! Dor! Kirishima bersorak di ka
Setelah memastikan kamera berfungsi dengan baik, Erik mengajak Linda berbelanja ke mall berbahasa Denmark. Tapi tenang, mereka juga mahir berbahasa inggris."Kita sudah lama tidak pergi belanja. Kapan terakhir kali kita ke mall?" Tanya Erik."Saat membeli baju untuk Kenny, sebulan sebelum aku masuk rumah sakit. " Jawab Linda.Tidak jauh dari mereka ada klub wanita kaya bermata jelalatan yang suka melirik pria tampan.Salah satu wanita kaya menunjuk ke Erik yang berjalan di depan mereka."Dia cukup tampan, dan aku rasanya pernah melihatnya."Si wanita berpikir, seingatnya Erik adalah detektif terkenal di Inggris."Hoo jadi dia. Detektif Bayroad."Sontak wanita itu tertarik pada Erik, lanjut mengajak teman-temannya untuk membantunya mendekati Erik. Tanpa mereka sadari Erik sudah hilang dari tempat itu."Kamu yakin ingin mendekatinya? Sepertinya dia sudah menikah.""Dia terkenal kejam dan berdedik
Guna memastikan tidak ada racun yang tertinggal, Erik segera membasuh dengan air dan sabun.Sayang, semua sudah terlambat. Obat atau mungkin racun khusus sudah masuk ke dalam perut mereka.Dalam hitungan jam Erik dan Linda yang sedang menikmati liburan di tidur mengalami efeknya.Dimulai dari Linda yang sakit perut. Obat sembelitlah yang diberikan ke gelas Linda."Ya ampun! Apa aku alergi anggur keju seperti mas Erik?""Aduh! Rasa sakit ini mengganggu liburanku!"Saat di toilet Linda mendengar suara gaduh dari luar. Kemungkinan itu Erik, tidak mungkin bukan dia."Linda, kamu di kamar?"Linda malu ditanya seperti itu."I-iya, kamu pakai wc sebelah ya."Tidak terdengar suara lagi.Alicia sangat tega meracuni Linda yang tidak salah apa-apa. Gara-gara dia Linda harus mengalami momen paling memalukan dalam hidupnya. Berada di toilet selama 2 jam.Saat kembali ke kamar, Li