Beranda / Romansa / Terjerat Deduksi Detektif Kejam / Bab 4 - Suami Overprotektif

Share

Bab 4 - Suami Overprotektif

Penulis: Elytra12
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-12 07:11:32

Begitulah awal mula bagaimana pisau ini ada di tanganku.

Apa yang harus kulakukan? Haruskah pisau ini menancap di punggung mas Erik demi membalaskan rasa sakit mas Rudi?

Tapi mas Erik juga tidak sepenuhnya jahat, dia hanya overprotektif. Aku hanya harus menjauhkannya dari mas Rudi dan semuanya akan berjalan tanpa ada masalah.

Benar, ini hanya satu tahun. Anggap saja tahun ini sebagai penebusan dosa-dosa yang telah lalu. Kesucianku juga sudah direnggut, jadi aku tidak memikirkannya lagi.

Aku keluar dari ruang ganti dengan pakaian yang bagus. Tapi baju itu terlalu longgar dan aku tidak menyadarinya. Mas Erik pun berinisiatif mengukur lingkar pinggang dan dadaku.

Dengan cepat dia merebut tali pengukur dari si perancang busana. Tatapannya pada orang itu sangat bengis, dia terlihat aneh sekaligus berbahaya.

Aku mendekati Mas Erik guna memenangkannya. "Sudahlah mas, aku juga maunya sama kamu kok." Najis!

"Aku tidak marah sayang, hanya memperingatkan orang ini supaya tidak menyentuhmu."

Desainer baju itu kebingungan, rasanya memalukan sekali memiliki suami protektif yang kasar kepada orang lain.

Selama mengukur lingkar pinggang, mas Erik sempat melakukan hal nakal kepadaku yang membuat tanganku gatal ingin menampar pipinya.

"Baumu berbeda di belakang sini. Lebih wangi dan natural."

"Mas ... Kita bermesraannya di rumah saja ... Bagaimana kalau disini ada cctv?"

Tiba-tiba mas Erik meraba ventilasi yang berada tepat di atas kepalaku. Bola matanya membulat sempurna saat menatap benda kecil yang dia temukan menempel di antara celah ventilasi yang lebar.

Aku sangat syok, ternyata waktu aku ganti baju tadi direkam oleh kamera kecil ini yang terhubung ke perangkat seseorang.

"Kurang ajar!!"

"Linda, akan kutangkap orang ini demi kamu."

Setiap bicara dengan Mas Erik aku menyadari satu hal. Tatapannya selalu hangat dan dalam. Seperti mata adikku ketika melihat bintang di langit malam.

Kami keluar ruang ganti dengan bergandengan tangan, sebenarnya mas Erik yang duluan menggenggam tanganku.

Dia mengamuk, benar-benar mengamuk, mengamuk pada karyawan butik dan manajer, tidak peduli meskipun manajer itu teman SMA-nya. Aku tahu karena manajer itu menyinggung persahabatan mereka waktu SMA.

Amukan mas Erik sangat mengerikan, dia seperti orang kesetanan, berteriak tanpa henti bahkan beberapa kali memukul meja. Aku sendiri masih syok, takut jika video itu jatuh ke tangan orang lain akan menimbulkan aib bagi keluargaku dan Bayroad.

Aku terlambat tahu kalau butik ini milik ibu angkatnya mas Erik, sehingga mas Erik memiliki kewenangan penuh atas tempat ini. Tidak butuh waktu lama, setelah puas memaki, mas Erik membuat surat pengunduran diri.

Semua karyawan dan manajernya dipecat secara tidak hormat karena melecehkan istri tuan muda Erik Bayroad. Jika mereka mengadu ke polisi atas pemecatan sepihak itu, mas Erik bersumpah akan menghabisi mereka di pengadilan.

Maksud 'menghabisi' disini bukanlah kekerasan fisik melainkan menghabisi harapan mereka dan menjebloskan mereka ke penjara. Alhasil semua orang pun terdiam dan memilih untuk berdamai.

Aku tidak tahu kenapa mereka takut pada mas Erik, padahal kalau dibawa ke pengadilan mereka bisa saja menang dan terbebas dari tuduhan.

Lanjut mas Erik yang geram memacu mobil ke rumah dengan mengesampingkan pak sopir yang seharusnya menyetir.

Mas Erik masih marah ketika sampai di rumah. Beruntungnya saat itu ada ayahnya, sang CEO, kepala keluarga Bayroad, Revan Bayroad, yang sigap mengurus anaknya.

"Apa yang terjadi sampai wajahmu sepucat ini?" Tanya Revan dengan beberapa kali menatap ke arahku. Tapi aku yakin yang beliau tatap bukanlah aku, melainkan supir di belakangku. Pasalnya tadi mas Revan keluar dari kursi pengemudi dan menyetir dengan kecepatan tinggi.

Tapi aku tidak mengerti apa yang dia khawatirkan dari mas Erik yang kuat. Tiba-tiba mas Erik memanggilku. "Ayo kita masuk, ada seseorang yang harus kamu temui."

Kuturuti saja apa maunya, daripada dia mengamuk lagi.

Di ruang tamu ada seorang gadis berusia sekitaran 20 tahun sedang berguling di sofa. Yang menarik perhatianku adalah pakaiannya yang sangat terbuka di rumah yang ramainya seperti bandara ini.

"Siapa itu mas?" Kami sedang berjalan mendekati gadis itu.

"Itu Jena, adik angkatku, aku ingin kamu menemuinya, siapa tahu bisa akrab?"

Mas Erik menarik tanganku dan tangan Jena, mempertemukan kami di tengah badannya. Jena protes karena mas Erik terlalu kasar. Mas Erik hanya menanggapinya dengan senyuman.

"Jena, perkenalkan, ini kakak iparmu."

Aku ingat pernah melihat Jena sekilas di pesta pernikahan kami. Jena menatapku penuh selidik lalu dengan ketus berkata. "Jadi ini, perempuan menyedihkan yang kabur dari pesta pernikahan?"

Aku terkejut mendengarnya. Kata-katanya benar jadi aku tidak begitu sakit hati, tapi reaksi mas Erik membuatku terkejut.

"Jangan hina anggota keluarga baru kita! Apa kau mau suamimu dihina saat menjadi bagian dari keluarga ini?"

Saat mas Erik menegurnya pandanganku masih ke Jena, jadi aku bisa melihat reaksi natural gadis itu. Bola matanya bergerak dengan liar sebelum menundukkan kepalanya.

Mas Erik membelaku, ini diluar dugaan. Bahkan anggota keluarganya yang lebih tua tidak diperbolehkan menghinaku. Apakah ini layak disebut Princess Treatment?

Tidak. Aku bukan putri yang dimanjakan, melainkan tahanan yang harus selalu berhati-hati demi menghindari hukuman. Mas Erik berperan sebagai sipil penjara yang punya kewenangan melakukan apapun padaku.

Karena itulah dia sangat protektif. Dia menganggap hanya dia yang boleh menyakitiku. Dasar lelaki durjana!

Kami meninggalkan Jena. Walaupun hanya sekilas aku bisa melihat sorot tajam Jena yang perlahan naik. Secepatnya aku meninggalkan Jena yang marah dan berlalu dengan mas Erik.

Tapi pilihan itu salah besar. Mas Erik menuntunku ke kamar kami lalu mengunci pintu.

Aku sudah pasrah kalau mas Erik meniduriku, tenagaku tidak banyak tersisa hari ini, jadi kubiarkan dia di atas. Mas Erik membuka lemari tempat botol minuman tersimpan lalu mengambil sebotor anggur mewah yang aku kira hanya botol pajangan.

Gelasnya pun sudah tersedia di kamar kami, Mas Erik mengajakku minum anggur, dia bilang ingin melihat ketahananku pada alkohol.

"Kamu menjalani hari yang berat. Aku sangat paham hal itu. Jadi mari kita minum dan lupakan masalah-masalah hari ini."

Mas Erik menenggak minuman keras itu dari botolnya langsung. Setahuku jika minum ini aku akan kehilangan kesadaran. Aku benci kehilangan kesadaran di depan pria ini.

Mabuk lebih buruk dari melakukan kegiatan biologis suami istri.

Saat tiba giliranku minum aku mencari seribu alasan, sampai mas Erik kehilangan kesabaran dan mencekokiku dengan minuman itu.

Rasa anggurnya sangat kuat dan itu tumpah ruah membasahi tubuhku. Saat aku ingin ke kamar mandi membersihkan diri, mas Erik mengikutiku, sepertinya libido mas Erik naik lagi. Namun, karena sudah tidak tahan dengan bau anggur, aku pun tetap pergi ke kamar mandi.

Untung saja mas Erik tidak menggauli diriku saat mandi sebab ada tamu yang harus dia sambut. Selama membersihkan diri di kamar mandi yang sebesar kamarku di rumah ayah aku kepikiran dengan keadaan mas Rudi.

Apa dia pergi ke rumah sakit ataukah malah melaporkan mas Erik dan anak buahnya ke kantor polisi. Tapi mengingat status mas Erik rasanya tidak mungkin mas Rudi menantangnya dengan gegabah.

Pintu kamar mandi diketuk oleh seseorang, rupanya itu adalah Jena. Jena memberitahu kalau ada polisi di luar berusaha menangkap mas Erik. Selain itu Jena juga menyindirku, menyebutku tidak becus mengurus mantan kekasihku.

Yang paling mengejutkan adalah ucapan Jena selanjutnya. Dia berkata dengan nada marah dan menendang pintu kamar mandi. "Dasar perempuan tidak berguna. Memutus hubungan dengan satu pria miskin saja tidak bisa, apalagi diberi amanah mengandung anak kakak nanti."

Tidak tahan dengan hinaannya aku pun langsung membalasnya. "Apa kamu iri padaku? Karena aku menikahi kakakmu dan kamu hanya jadi adik kandungnya?"

Jena membalas dengan suara yang lebih nyaring. "Sudah tidak berguna, bodoh pula! Aku bukan Incest. Maksudku kau seharusnya mengurus pria itu hingga tidak berani mengganggu keluarga kita!"

"Tunggu! Apa mantanku yang mengirim polisi untuk menangkap mas Erik?"

"Benar bodoh!"

Aku segera memakai baju handuk dan dalaman kemudian mendorong pintu kamar mandi. Tidak sengaja pintu itu mengenai Jena yang berdiri di baliknya.

"Kurang ajar!" Seru Jena seraya mengusap hidungnya yang ternyata berdarah.

"Maaf Jena, aku sedang buru-buru!"

Di bawah sudah ada dua polisi duduk di sofa. Aku pun segera bersembunyi di belakang tangga karena baju ini terlalu terbuka untuk dilihat orang selain suami kejamku.

Entah apa yang mas Erik bicarakan dengan kedua polisi itu. Tiba-tiba mereka memborgol mas Erik dan membawanya ke mobil polisi. Jena memintaku agar jangan khawatir.

"semua yang menantang keluarga Bayroad akan berakhir dengan cara yang memalukan. Apalagi kalau dia hanya pria miskin yang berharap menikahi anggota keluargaku."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Deduksi Detektif Kejam   Bab 113 - Kehidupan baru Elise pasca perang

    Linda menemui Kirishima.Kirishima adalah puncak kekuatan di agensi Bayroad, tanpanya tidak mungkin agensi Bayroad mampu berkembang hingga sejauh ini. Apalagi sejak Foundation X jatuh ke tangannya m, Kirishima semakin over power. Sementara Erik mengurus para sipil penjara berkeamanan tinggi, Phoenix Cage, Linda diberi tugas mendekati Kirishima. Memastikan kalau dia tidak akan mengkhianati agensi.Belakangan ini suasana hati Kirishima sedang buruk karena tidak bisa punya anak dengan Elise. Hal itu sangat wajar mengingat dia seorang android.Elise bertindak sebagai istri yang pengertian dan supportif. Mengerti masalah yang dihadapi Kirishima, Elise mengajak suaminya mengadopsi anak dari panti asuhan. Linda diajak karena dia berpengalaman mengurus anak bayi. Mereka bertiga pun pergi ke pantai asuhan yang memiliki rumah perawatan khusus bayi-bayi yang dibuang orang tuanya. Latar belakangnya pun beragam. Ada anak dari pemerkosa, anak dari or

  • Terjerat Deduksi Detektif Kejam   Bab 112 - Pemandangan terakhir

    Berawal dari gadis muda yang menangis di samping pohon. Menjadi ibu rumah tangga yang telah melewati banyak bahaya demi bersama suaminya.Bermula dari nol persen cinta menjadi seribu persen kasih sayang, kehangatan dan kebersamaan.Setelah berkendara 30 menit, mobil mereka akhirnya sampai di tempat tujuan.Laut terlihat sangat tenang. Dari kejauhan terlihat beberapa orang menyalakan api unggun di pinggir pantai."Eh lihat, ada orang lain selain kita, kota ini tidak pernsh tidur ya,""Abaikan saja mereka. Itu Kirishima dan Elise. Mereka ikut untuk menjaga kita.""Oh begitu .... "Linda dan Elise saling bertegur sapa dengan melambaikan tangan.Linda berjalan mendekat ke garis pantai, menatap laut biru tanpa berkedip, lalu mendongak ke langit."Lautnya indah ya mas,""Iya. Sekilas lautnya lebih cantik dari kamu, tapi setelah kuperhatikan lagi, kamu lebih cantik dari siapapun dan apapun y

  • Terjerat Deduksi Detektif Kejam   Bab 111 - Bintang jatuh

    Pria itu tidak mau pergi hingga tahu dimana anak dan istrinya berdiam saat ini.Erik sudah berbaik hati mengajaknya masuk, tapi pria itu terus menolak dengan alasan trauma dengan rumah mewah. Alhasil dia duduk di luar semalaman. Tampaknya dia sudah terbiasa dengan keadaan itu.***Kring! kring!"Halo,".Pembantu mengangkat telepon."Baik, segera saya serahkan."Erik sedang berpakaian di kamar saat pembantu tadi membawakan telepon untuknya."Permisi, tuan. Ada telepon untuk anda.""Siapa yang menelpon?" Tanya Erik."Tuan Kirishima."Erik merasa aneh."Letakkan saja di atas meja sebelah pintu, aku akan mengangkatnya setelah selesai berpakaian.""Baik tuan."Setelah berpakaian."Halo, kenapa kau menelpon ke telepon rumah?""Maaf kecelakaan. Hpku jatuh ke bak mandi, padahal aku baru beli kemarin.""Mari jangan bahas pengalaman menyedihk

  • Terjerat Deduksi Detektif Kejam   Bab 110 - Boneka manusia '2'

    "Aku tidak bisa membatalkan aktivasi alat ini, seseorang harus masuk ke dalamnya atau alatnya akan meledak!"Ronka membungkuk pada Elise, memohon untuk menyelamatkan alatnya.Elise menghela nafas panjang. Dia bersedia masuk kesana, tapi dengan syarat, jika sesuatu terjadi padanya, Nyonya Ronka tidak akan mendapat apapun dan harus bertanggung jawab penuh.Ronka menerimanya dengan senyuman. Elise pun masuk ke dalam alat yang berbentuk kotak telepon itu.Cahaya biru merangsak keluar dari celah mesin setelah Elise masuk ke dalam.Beberapa menit kemudian, Elise keluar dalam keadaan linglung, dan terjatuh tepat di hadapan Kirishima."Maaf aku tidak menangkapmu. Sentuhanku lebih kasar dari biasanya.""Tidak apa-apa," Elise tersenyum malu. Keadaannya benar-benar payah setelah keluar dari mesin. Tubuhnya mengalami demam tinggi.Ronka masih menunggu hasil kloningan Elise. Ronka berlari di lorong girang di lorong gedung ag

  • Terjerat Deduksi Detektif Kejam   Bab 109 - Boneka manusia '1'

    Jendela samping kamar Mr. Floik dipecahkan oleh Android suruhan Kirishima. Para pelayan dengan panik melarikan diri, Mr. Floik ditinggal sendirian."HEI PEMBANTU TOLOL!!!! AKAN KUBUNUH KALIAN JIKA TIDAK KEMBALI!!!" Teriak Mr. Floik dengan putus asa "Saat sakit pun kau masih punya kekuatan untuk mengancam. Aku tidak menduga hal itu."Android besar dengan tubuh tidak simetris masuk kamar melalui jendela yang pecah. Tubuhnya yang besar merusak dinding beton anti peluru yang dibangun untuk melindungi Mr. Floik.Saat dicermati lebih dalam, kaca yang pecah pun sebenarnya dihancurkan oleh bom, karena tidak mungkin tubuh Android biasa bisa menembus kaca setebal itu dengan sekali pukul.Tatapan tajam dari Kirishima membuat Mr. Floik mati kata. Mulutnya yang biasa penuh tipu daya dan tenaga untuk keluar dari situasi bahaya kini diam seribu basa. Inilah kali pertama dia berjumpa dengan Android yang selama ini menjadi mitos negara Iceland.

  • Terjerat Deduksi Detektif Kejam   Bab 108 - Warisan Professor Ichinose '2'

    Pertarungan dua lawan satu di ruang tamu kantor berlangsung panas. Erik dan Elise bergantian melepas tembakan, sementara Ronin bertahan dengan bilah katananya yang tahan peluru.Erik terkena 5 kali tebasan di sekujur tubuh, satu di lengan, 4 lainnya di lutut. Ronin sedang mengincar pondasi terkuat tubuhnya. Memang tubuh Ronin 1 lebih pendek lima belas sentimeter dari Erik, membuatnya kesulitan menyasar leher.Erik yang terus menerus dipojokkan berusaha membuat celah pada gerakan Ronin. Erik menginjak melempar isi asbak ke muka Ronin lalu menginjak kakinya. Inilah celah yang dia tunggu."SEKARANG ELISE! PANGGIL BANTUAN!""Eh? Anda tidak menyuruhku menembak tapi memanggil bantuan?""IYA. LAKUKAN SAJA. AKU AKAN MELAWANNYA."Elise ragu meninggalkan Erik sendiri.Pertarungan antara Erik dan Ronin 1 semakin seru saat senjata mereka beradu berulang kali hingga Erik berhasil menahan keduanya dan menyudul dahi Ronin 1.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status