Home / Rumah Tangga / Terjerat Dekapan Om Tampan / Kecurigaan Istri Pertama

Share

Kecurigaan Istri Pertama

Author: Lena Linol
last update Last Updated: 2024-06-25 14:57:43

“Jangan memerintahku kembali ke Perancis!” Suara Douglass datar saat bicara dengan istri mudanya. Mereka sekarang berada di dalam kamar. Ini pertama kalinya Douglass memasuki kamar Bintang setelah menikah selama 8 bulan.

Bintang membalas tatapan pria tersebut. “Bukankah kau sedang resah karena istri tuamu terus-terusan menelepon dan memintamu kembali ke Perancis secepatnya!” sahutnya.

“Kau menguping pembicaraanku dengannya?!”

“Tidak! Tapi, tidak sengaja mendengarnya,” jawab Bintang ketus, tapi jujur.

“Tidak seharusnya kau mendengar pembicaraan kami, meski kau tidak sengaja mendengarnya sekalipun!” tegas Douglass.

Bintang malas menanggapi ucapan Douglass yang sama sekali tidak berarti untuknya. “Silahkan keluar dari sini, aku ingin mandi!” usir Bintang.

Douglass tersenyum kesal, “aku berhak di sini sampai kapanpun aku mau! Kau tidak berhak melarangku atau mengaturku karena aku adalah suamimu!”

“Suami di atas kertas! Pernikahan kita terjadi karena perjanjian!” Skak Bintang dan berhasil membuat Douglass bungkam.

Douglass menatap datar dan tajam pada Bintang, kemudian segera keluar dari kamar tersebut dengan rasa marah yang mulai menyebar ke seluruh hatinya. Bintang yang dulunya gadis penurut dan patuh, sekarang menjadi pembangkang. Tidak pernah sekalipun ia melihat Bintang menatapnya nyalang seperti tadi.

Douglass menyesap rokoknya. Sepertinya ia tidak bisa menganggap remeh ancaman Bintang yang tidak akan memberikan anaknya setelah perjanjian pernikahan mereka selesai. Gadis itu semakin berani dan menentangnya.

“Tuan ada kiriman bunga untuk Nyonya.” Pelayan memeluk rangkaian bunga mawar merah lalu menyerahkan pada Tuanya yang tengah merokok.

Douglass menoleh, alisnya menyatu, menatap tajam pada bunga itu. “Siapa pengirimnya?” tanya Douglass, dingin.

“Tidak ada nama pengirimnya.” Pelayan menyerahkan bunga itu, tapi Douglass menyuruhnya untuk membuangnya.

Douglass yakin kalau pengirim bunga itu adalah pemuda bermata sipit yang menyukai Bintang. Dadanya bergemuruh, rasa tidak suka dan tidak terima mengepung dadanya. Ia tidak rela dan tidak suka jika istrinya disukai oleh pria lain. Douglass sampai saat ini belum menyadari kalau di dalam hatinya sudah terpatri nama Bintang di sana.

...

Bintang sudah cantik mengenakan dress warna navy yang kontras di kulit putihnya. Ia menuruni tangga sambil menyelempangkan tas di pundak. Rambutnya dikuncir kuda memperlihatkan leher jenjangnya yang mulus tanpa cela. Wanita itu hamil itu sangat menawan dan begitu memikat setiap. Bahkan Douglass saja sampai tidak berkedip melihatnya.

“Kau belum siap?” tanya Bintang, menatap suaminya yang masih mengenakan kaos dan celana pendek. “Hari ini adalah jadwal pemeriksaan kandunganku.”

“Sial! Kenapa kau tidak memberitahuku?!”

“Aku sudah memberitahumu sebelumnya! Dasar orang tua, suka pikun!!!” cibir Bintang sambil menatap sebal pada pria tua tapi masih terlihats sangat tampan itu.

“Hei! Aku masih muda, usiaku baru 40 tahun!” tegas Douglass tidak suka dikatai ‘tua’.

“Ya, terserah! Kau tua tapi kelakuanmu seperti bocah! Cepat bersiap, aku menunggumu di luar!” balas Bintang tidak ada manis-manisnya pada suaminya.

Douglass mendengus kesal, lalu berlalu dari sana menuju kamarnya untuk bersiap. Tidak berselang lama ia sudah berganti pakaian. Rambutnya yang berantakan sudah disisir rapi. Visualnya sangat tampan, dan berwibawa layaknya bapak-bapak pada umumnya.

Mobil mewah berwarna hitam sudah siap dengan sopir di dalamnya.

Bintang segera masuk ke mobil bersamaan dengan Douglass keluar dari rumah. Bintang menatap suaminya sekilas, sejujurnya ia selalu terpesona dengan Visual suaminya yang sangat tampan dan berwibawa. Namun ia harus selalu memberikan sekat di dalam hatinya agar tidak jatuh dalam dekapan pria tersebut untuk selamanya.

“Apa aku kelihatan sudah tua?” Tiba-Tiba Douglass melontarkan pertanyaan kepada sopir yang duduk di balik kemudi.

Sopir menggeser spion tengah, menatap wajah tuannya sambil tersenyum. “Anda masih sangat tampan, Tuan. Tapi, maaf, uban di kepala Anda tidak bisa membohongi umur.” Sopir itu berbicara jujur kepada tuannya.

dengan refleks ia menyentuh kepalanya ,“Tidak masalah, aku bisa pergi ke salon untuk menyamarkannya!” Douglass berkata dengan rasa penuh percaya diri.

Bintang hanya menggelengkan kepala sebagai respons atas sikap aneh suaminya.

Mobil mewah itu melaju, menyusuri jalanan kota menuju rumah sakit.

...

Selesai periksa kandungan. Bintang menyuruh sopir untuk mengantarkannya ke pusat perbelanjaan.

“Kata dokter kau harus banyak istirahat, bukan malah berbelanja!” ucap Douglass dingin, tanpa menatap istrinya, karena pandangannya saat ini fokus pada foto USG yang ada di tangannya. Hatinya menghangat, dan perasaan haru meluluh lantakkan hatinya saat melihat foto calon bayinya yang tumbuh kuat, dan sehat.

"Sebentar lagi bayi ini akan lahir. Aku harus membeli perlengkapannya," jawab Bintang dengan suara lirih yang penuh kesedihan. Hatinya seperti ditusuk belati tajam ketika menyadari bahwa ia akan segera terpaksa berpisah dengan buah hatinya. Air matanya terasa penuh sesak dan menetes, membasahi pipi yang pucat pasi. Sudah sekuat tenaga ia berusaha membujuk Douglass untuk membatalkan surat pernikahan itu, namun Douglass tetap keras kepala tak mau menanggapi.

Sementara itu, Freya - istri pertama Douglass - menuju Jakarta dengan perasaan yang bergolak bak lautan badai. Rasa curiganya terbukti benar, bahwa suaminya ternyata menyimpan selingkuhan. Ia mengeluarkan segala daya dan upaya, bahkan sampai menyewa detektif untuk mengikuti jejak Douglass selama berada di Jakarta. Hatinya hancur berkeping-keping, bagai ditelan bumi saat mengetahui bahwa suaminya ternyata telah menikahi wanita lain, yang bahkan jauh lebih muda darinya. Dua wanita yang tersakiti oleh laki-laki yang sama, kini berada dalam penguasaan perasaan yang sama; hancur, kecewa, dan kehilangan harapan.

Douglass dan Bintang tiba di pusat perbelanjaan, berusaha melupakan perasaan kesal dan emosi yang sempat menghantui hati mereka. Begitu melihat deretan pakaian bayi yang imut dan menggemaskan, seolah mendapati oasis di tengah padang pasir, mereka tidak bisa menahan senyuman. Langkah mereka kompak meraih pilihan pakaian, bergelut dalam semangat kebersamaan. Bintang tersenyum penuh harap sambil menggenggam tangan suaminya. Mereka lantas memilih pakaian berwarna netral, sebab mereka belum mengetahui jenis kelamin buah hati yang akan dilahirkan. Setiap sentuhan lembut pada baju bayi itu, membayangkan kebahagiaan yang akan datang.

“Nyonya, ini ada pakaian khusus untuk menyusui, apakah Anda tertarik untuk membelinya? Lagi promosi loh,” kata pramuniaga yang menawarkan barang dagangannya pada calon kedua orang tua itu.

“Boleh, aku mau membelinya selusin,” jawab Douglass dengan cepat, karena pakaian itu pasti cocok untuk Bintang.

“Tidak perlu. Aku tidak membutuhkan pakaian itu!” Bintang segera menyela.

“Kenapa? Setelah melahirkan kau sangat membutuhkan pakaian ini agar lebih mudah menyusui bayi kita.”

“Apa kau lupa dengan perjanjian kita? Bukankah aku akan pergi setelah melahirkan bayi ini! Jadi jangan membelinya!” jawab Bintang dingin dan sedih seraya mengusap perutnya, di mana bayi di dalamnya bergerak lincah.

Douglass diam. Saking bahagianya membeli pakaian bayi ia sampai melupakan tentang perjanjian mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Ida Darwati
semoga ga jadi freya aja kau cerai, dia ga mau hamil enak aja merusak wanita douglas
goodnovel comment avatar
❤️MOMMY JEJE 💋💋
weehh bakal terjadi terjadi gencatan senjata ini, antara Freya dan bintang kira² Om Doug dukung yg mana yaa......
goodnovel comment avatar
Maryati Yati
istri hanya diatas kertas tapi dia yg bisa memberikan anak apa tega memisahkanya nanti
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Dari hati ke hati

    "Aww!" Douglas mengaduh kesakitan sambil berusaha menangkis pukulan Bu Indah. "Hentikan, Bu, hentikan!" pinta Douglas dengan suara memohon.Bintang menyaksikan kejadian itu hanya bisa menonton tanpa bisa melerai. Sebenarnya ingin melerai sih, tapi ia takut kena pukulan juga, terlebih lagi Bu Indah sangat membenci Douglas sampai ke urat nadinya. "Rasa sakit yang kamu rasakan ini tidak sebanding dengan rasa sakit yang di rasakan Bintang selama ini!" Kata-Kata Bu Indah seperti belati tajam yang menusuk hati Douglas berulang kali. "Dan rasa sakit dari gagang sapu ini beberapa jam kemudian akan sembuh, sedangkan Bintang ... dia harus menanggung sakit hati dan trauma seumur hidupnya karena ulahmu, PAHAM!" sambung Bu Indah seraya membuang sapu tersebut ke lantai. Nafasnya terengah menandakan amarah masih memuncak di kepala.Douglas terdiam mencerna kalimat yang baru saja terlontar dari bibir wanita paruh baya itu. Yang dikatakannya benar, luka batin yang di derita Bintang akan sulit sirna.

  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Aku suaminya!

    Douglas memaksa dengan tatapan mengancam kepada Bintang, agar istrinya itu membawanya ke rumahnya. Dan di sinilah mereka berada, di depan rumah sederhana yang di tempati Bintang selama ini. Pintu kayu tua dan lapuk, memperlihatkan rumah kecil yang mengagetkan Douglas hingga ke tulang. Sempat terbayang dalam memori, ia pernah menjejakkan kaki di tempat ini berdasarkan laporan anak buahnya, mencari-cari keberadaan Bintang, namun malang, terlambat satu langkah dan gagal menemukan sang istri. "Jadi, selama ini kau bersembunyi di sini?" suara Douglas terdengar serak, mata tajamnya menelisik Bintang yang berdiri di sebelahnya. Bintang hanya mengangguk lemah, tanpa suara seraya menggigit bibirnya. Ketukan penyesalan berdengung di dada Douglas, merasuki setiap sudut pikirannya. 'Ah, betapa tololnya aku!' batinnya sambil mengutuk diri sendiri. Andai saja ia tahu lebih dulu bahwa Bintang telah memilih rumah sederhana ini sebagai sarang persembunyiannya, mungkin semua rasa sakit dan penan

  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Aku adalah suamimu!

    Pitri menyodorkan laporan ke meja atasannya sambil menyelinap pandangan ke arah Bintang yang sedang sibuk membersihkan rak buku. Dalam hati, Pitri tak henti-hentinya mengagumi kegigihan Bintang yang mampu bertahan bekerja dengan sang atasan, Douglas, yang terkenal memiliki temperamen layaknya harimau. Biasanya tidak ada office girl yang mampu bertahan lama di ruangan ini, karena aura Douglas yang begitu menakutkan. "Kenapa kau masih di sini? Keluar sekarang!" seru Douglas dengan suara menggelegar kepada Pitri yang masih terpaku di depan mejanya. Pitri tersentak, seakan tersambar petir, cepat-cepat meminta maaf dan melangkah keluar dari ruangan tersebut dengan langkah buru-buru. Ketika keheningan kembali menyelimuti ruangan, Bintang menghela nafas dalam-dalam, merasakan keleluasaan sejenak setelah Pitri meninggalkan ruangan. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama, hati Bintang telah dipenuhi keberanian yang meledak-ledak. "Aku mau berhenti bekerja!" ucapnya dengan tegas. "Tidak

  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Terjerat dekapan Om Tampan

    Hawa panas menyelimuti ruangan tersebut. Beberapa pakaian berserakan di lantai. Suara decitan sofa bercampur dengan suara desahan terdengar memenuhi ruangan. Douglas bergerak mendominan di atas tubuh Bintang. Meskipun awalnya Bintang menolak dan memberontak tapi tenaganya kalah dengan Douglas. Penyatuan mereka telah usai, Douglas menyemburkan benihnya ke dalam ladang subur Bintang, berharap kalau benihnya segera bertunas subur. Douglas terdiam seraya memandang wajah Bintang yang terpejam dan penuhi keringat. Ia tersenyum puas, akhirnya ia berhasil mendapatkan dan menjerat Bintang ke dalam dekapannya. “Kau tidak bisa lagi kabur dariku, Bintang. Karena aku kembali menyirami rahimmu dengan benihku,” ucap Douglas seraya mengecup bibir Bintang tak lupa menyesapnya sebentar. Bintang menatap tajam Douglas seraya memukul pundak pria tersebut. “Kau adalah lelaki brengsek, Om!” Maki Bintang dengan pandangan kecewa dan berkaca-kaca. “Aku tidak peduli dengan makianmu! Bulan depan aku pastika

  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Tidak akan melepaskan

    Douglas menghela nafas panjang ketika melihat Bintang sangat marah. “Kali ini aku membiarkanmu menang!” ucap Douglas pelan, terkesan lembut, jauh berbeda dengan nada bicaranya yang sebelumnya sangat dingin dan arogant.“Di mana pompa asinya?” tanya Douglas pada Bintang.“Aku bisa mengambilnya sendiri!” ketus Bintang, melengoskan wajah.“Untuk saat ini sebaiknya kita jangan berdebat! Lihat bajumu basah!” Douglas menajamkan matanya pada dada Bintang.Bintang menunjuk tasnya, ia pun tidak mempunyai daya lagi untuk berdebat. Rasa sakit di bagian dadanya semakin nyeri dan menjalar pundak karena asinya yang melimpah tak kunjung dipompa.Douglas mengambil tas Bintang yang teronggok di lantai, kemudian membuka tas tersebut dan mengeluarkan pompa asi dari sana. “Sini aku bantu,” ucap Douglas begitu ringan membuat Bintang mendelikkan mata.“Aku bisa sendiri!!” tolak Bintang, seraya merebut pompa asi tersebut dari tangan suaminya. Tapi, sayangnya, Douglas bukan orang yang mudah untuk menerima p

  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Telah terbongkar

    Sudah lelah dan kesal, Bintang bergegas meninggalkan ruangan itu menuju pantry. Ia mengambil tasnya di sudut ruangan sebelum mengeluarkan pompa asi, lalu terduduk lemah di lantai sembari mulai memompa. Kesegaran terasa menembus pikirannya ketika keringat dingin di keningnya diusap, dan rasa sakit di dadanya berangsur hilang seiring tetesan demi tetesan asinya berhasil di pompa keluar. Sementara itu, Douglas, dalam kebingungan, menggenggam ponselnya—matanya melebar tak percaya saat pencarian ‘pompa asi’ di internet membawa pemahaman baru tentang apa yang dimaksud oleh Bintang. Pria bule itu, terbakar oleh kekhawatiran yang tiba-tiba, beranjak cepat mencari Bintang, diliputi rasa penasaran dan kecemasan yang menyesakkan dada. “Pitri, di mana Bintang?” seru Douglas dengan suara yang mendesak kepada sekretarisnya yang duduk di balik meja kerjanya. “Bintang? Baru saja dia berlari ke pantry, Pak. Ada yang bisa saya bantu? Ataukah Bintang membuat masalah?” Pitri menjawab sambil menatap at

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status