Share

Hilang Fokus

Author: Nona Ekha
last update Huling Na-update: 2021-07-10 22:36:13

"Aku beneran nggak bisa antar kamu, Sayang."

Rayna tersenyum kecut, selalu saja mendapat penolakan dari Zidan. Padahal dia hanya menginginkan ditemani oleh pria itu.

"Alasannya sibuk lagi?" tanya wanita itu sambil tersenyum miris.

"Iya, kafenya ramai banget."

"Nggak ada alasan lain selain kafe ramai? Dari dulu selalu itu saja yang kamu ucapkan."

"Maaf, Sayang. Aku memang berbicara jujur. Harusnya kamu senang, dong, karena nanti kalau kita sudah menikah, hidup kita nggak bakalan susah lagi," terang pria itu dari ujung sana.

"Aku cuma butuh waktu kamu, Dan. Nggak lebih." Rayna memohon, rasanya sungguh lelah karena setiap dirinya ingin mengajak calon suaminya bertemu, Zidan selalu saja menolak.

Dari ujung sana, Zidan menghela napas berat. "Maaf, Rayna. Aku beneran nggak bisa, lain waktu aja ya. Atau kamu pergi ke toko buku aja sendiri. Sekali lagi maaf, aku melakukan semua ini untuk masa depan kita."

Rayna mengepalkan tangannya. Rasanya sudah muak dengan alasan yang Zidan lontarkan. Pria itu terlalu berambisi dengan uang, sampai-sampai orang terdekatnya saja sudah dilupakan.

"Ya sudah, terserah kamu saja. Maaf karena sudah mengganggu waktumu," sahut wanita itu lirih.

"Kamu nggak marah, kan?" tanya Zidan memastikan.

"Lebih tepatnya kecewa," ungkap Rayna.

"Maaf, Rayna."

Rayna sudah tak ingin mendengar suara pria itu lagi, dia langsung mematikan sambungan teleponnya begitu saja. Rayna menaruh ponselnya di meja, kemudian wanita itu menutupi wajahnya menggunakan kedua tangannya.

Dia merasa, calon suaminya itu sudah jauh berubah. Bukan lagi Zidan yang dulu dia kenal, yang terlihat apa adanya, selalu meluangkan waktu untuknya, selalu perhatian. Namun sekarang, pria itu tak lagi sama, semenjak usahanya yang pria itu rintis meningkat pesat.

Bukan Rayna tak mendukung Zidan, Rayna bahkan sesekali turut ikut andil jika Zidan membutuhkan bantuan. Namun tiba-tiba saja Zidan melarangnya karena kafenya sudah merekrut beberapa karyawan, dan sekarang dia jarang mengunjungi kafe calon suaminya itu karena Zidan yang melarangnya.

Sampai detik ini Zidan tak mengizinkan Rayna untuk kembali bekerja. Pria itu mengatakan sanggup membiayai kebutuhan Rayna.

Awalnya Rayna menolak, biar bagaimanapun status mereka itu hanya calon. Rayna tak bisa memprediksi kehidupan selanjutnya seperti apa, tapi karena sifat keras kepala pria itu, mau tak mau Rayna pun mengalah.

Namun, semakin ke sini Rayna sadar, sepertinya dia sudah salah mengambil keputusan.

"Sampai kapan kita akan seperti ini terus, Zidan. Kamu selalu aja nggak ada waktu untuk aku. Jika boleh memilih, aku lebih suka dengan sifat kamu yang dulu, Dan. Daripada yang sekarang, kamu banyak berubah," gumam wanita itu.

Rayna bangkit dari duduknya, dia bertekad ingin mengunjungi toko buku sendiri. Meskipun Zidan mengatakan lain kali akan menemaninya, tetap saja ucapan pria itu tidak bisa dipercaya.

Mulai detik ini, wanita itu memutuskan untuk melakukan segalanya sendiri, tanpa meminta bantuan dari calon suaminya, Zidan. Rayna sudah terlanjur kecewa dengan pria itu.

"Melihat bagaimana perubahan sikap kamu, sepertinya aku harus kembali mencari pekerjaan, aku takut kalau kamu mengkhianati kepercayaanku, maaf karena tidak mendengar ucapanmu, aku yakin kamu pasti akan mengerti."

Ponselnya berdering, Zidan kembali menghubunginya. Rayna sama sekali tak berniat untuk mengangkatnya, wanita itu malah membuang pandangannya ke sembarang arah.

"Kalau pun aku angkat juga tetap tidak merubah keputusanmu, kan?" gumamnya lirih disertai senyuman kecut.

***

"Halo, Mbak Rayna. Mau beli buku, ya?"

Rayna tersenyum lebar ketika disapa oleh seorang kasir yang bekerja di toko buku tersebut.

"Iya nih, apa ada novel keluaran terbaru?" tanya wanita itu sambil melihat-lihat sekeliling toko itu.

"Tentu saja ada, tiap hari buku baru berdatangan. Sudah lama Mbak Rayna tidak datang ke sini, aku pikir Mbak sudah tidak ingin membaca buku novel lagi," celetuk kasir itu, yang bernama Dirga.

Rayna tertawa. "Akhir-akhir ini aku sibuk, jadi jarang datang ke sini," ucap wanita itu memberi tahu.

"Sibuk sama calon suaminya ya, Mbak? Jadi kapan nih nikahnya, jangan lupa undangannya ya."

Ucapan Dirga membuat senyuman Rayna seketika hilang.

"Aku mau lihat-lihat buku dulu, ya."

Dirga mengerutkan keningnya karena melihat Rayna pergi dengan terburu-buru. Pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari berpikir, apakah tadi ucapannya menyinggung wanita itu?

'Padahal aku cuma bertanya kapan nikah? Bukankah harusnya dia senang, kok mukanya malah sedih gitu,' batin pria itu.

Beberapa menit kemudian, Rayna kembali menuju ke arah kasir, wanita itu membawa beberapa buku yang ingin dia beli.

"Sudah, Mbak?"

"He'em, ini sudah cukup."

"Kok tumben sebentar banget, biasanya keliling-keliling dulu."

"Soalnya yang ada di tanganku udah ada banyak, sebenarnya banyak novel yang pengin aku beli, melihat judul-judulnya yang bikin penasaran, tapi sadar diri juga, karena isi dompet nggak mendukung," jawab Rayna sambil nyengir lebar.

"Kan ada calon suaminya, Mbak. Tinggal minta belikan, semua kelar."

Rayna berdeham keras, sedari tadi Dirga selalu saja menyinggung calon suaminya. Tidak tahukah bahwa saat ini dirinya tengah kecewa dengan Zidan?

"Semuanya ditotal, ya. Jangan lupa harga teman," ucap Rayna mengalihkan pembicaraan.

Pria itu mencebikkan bibirnya. "Jangan gitu dong, Mbak. Kasihan saya nggak ada buat jajan kalau Mbak minta harga teman terus," kata Dirga dengan raut wajah melas.

Rayna terkikik geli, memang selama ini dia selalu meminta harga diskon ketika membeli buku di toko buku itu.

"Aku belinya banyak loh, lima, masa iya nggak boleh nawar."

"Mbak, ih," rajuk Dirga.

"Iya, iya. Nggak jadi deh, jadi semua totalnya berapa?" Kali ini raut wajah Rayna tampak serius.

Dirga pun langsung merinci pesanan wanita itu dengan teliti.

"378, Mbak."

"Oke, tunggu sebentar."

Rayna memberikan uang itu pada Dirga, yang dihadiahi senyuman manis oleh pria itu. Ketika Dirga ingin memberikan kembaliannya pada Rayna, wanita itu menolak.

"Kembaliannya ambil aja. Aku langsung pergi, ya. Ada yang mau aku cari lagi," pamit Rayna.

"Ah, iya. Jangan lupa besok balik lagi ke sini, ya."

Rayna tak menjawab, wanita itu hanya mengacungkan jempolnya saja.

Saat ini yang ada dipikiran wanita itu adalah pekerjaan. Ya, dia harus mencari pekerjaan.

"Mungkin melamar sebagai pelayan restoran lagi nggak masalah. Tapi kira-kira cari di mana, ya?" gumam wanita itu.

Sembari berpikir, wanita itu terus melangkahkan kakinya. Entah ke mana arah yang ingin dia tuju, sesekali wanita itu melihat-lihat bangunan yang ada di sekelilingnya.

Senyumnya mengembang ketika matanya tiba-tiba saja melihat sebuah bangunan yang bertuliskan 'Restaurant Harmoni'. Rayna ingin melangkahkan kakinya ke sana namun diurungkan karena melihat betapa megahnya bangunan itu.

Di saat kebimbangan itu melanda, tanpa sengaja wanita itu melihat ada sebuah mobil mewah yang terparkir tak jauh dari restoran itu. Sebenarnya bukan itu yang menjadi penyebab hilang fokus Rayna, akan tetapi karena mobil itu terus saja bergoyang.

Karena terlanjur penasaran, akhirnya wanita itu memutuskan untuk mendekati mobil itu. Diketuknya pintu mobil itu agak keras, cukup lama dia melakukan seperti itu, hingga pada akhirnya kaca mobil itu pun terbuka.

Mata Rayna mengerjap beberapa kali untuk memastikan bahwa penglihatannya tidak salah.

"Ra-Rayna. Kamu ngapain di sini?" tanya pria itu tampak gugup.

Rayna mengabaikan pertanyaan dari pria itu, matanya beralih menatap pada seorang wanita yang saat ini tengah bersama pria itu.

Rayna terkesiap ketika melihat penampilan wanita itu, terlihat acak-acakan, nahasnya lagi bra wanita itu sudah berada di tempat yang tidak seharusnya.

"Astaga! Apa yang kalian lakukan di sini?!" teriak Rayna. Wanita itu tampak syok.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Malam Pertama? ( END )

    "Selamat, Bro. Akhirnya nikah juga," kata Zidan seraya memeluk temannya itu.Alden pun membalas pelukan pria itu. "Terima kasih, Zidan. Kalau bukan karena kamu, nggak mungkin aku bisa seperti ini, menikah dengan orang yang aku cintai. Semua ini berkat kamu, karena kamu yang bantu aku, dan juga merelakan rasa egomu hanya untukku. Maaf karena aku udah egois banget sama kamu, mengambil pacarmu tapi tidak memikirkan bagaimana perasaanmu."Zidan tersenyum getir. "Aku rela mengorbankan perasaanku karena aku kasihan sama kamu. Aku tidak pergi, aku hanya membatasi diri untuk tidak menggangu Rayna lagi. Jujur, sampai saat ini aku belum bisa melupakannya, aku masih mencintainya, tapi aku sadar kalau aku ini bukan pilihannya. Alden, jaga Raynaku baik-baik, sampai kapanpun itu. Hanya itu yang kupinta darimu," pinta pria itu."Apa kamu berniat ingin menghancurkan acara pernikahan ini?" tanya Alden dengan suara berat, kentara sekali kalau sedang menahan gejolak amarah."Nggak, aku cuma mau mengelua

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Pergi, Rayna. Pergilah dari Ingatanku

    Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari ini adalah hari pernikahan Alden dan juga Rayna.Zidan menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin seraya tersenyum tipis.Sebentar lagi dia akan datang ke tempat acara mereka berdua, lantas kenapa dia menjadi gugup seperti ini?"Dek, bagus nggak sih kalau pakai ini?" tanya Zidan.Zara geleng-geleng kepala seraya tersenyum tipis. "Mas udah ganti baju berapa kali sih? Coba lihat tuh, berantakan," ujar wanita itu seraya menunjuk ke arah pakaian Zidan.Pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil nyengir lebar. "Aduh, maaf ya, Dek. Nanti aku bantuin rapihin deh, habisnya aku merasa pakai baju apa aja nggak ada yang cocok. Heran deh," keluh pria itu."Bukan pada nggak cocok, tapi Mas itu terlalu gugup. Yang Mas pakai saat ini udah bagus kok, cocok banget. Udah ya, nggak usah diganti lagi," pinta istrinya itu."Tapi aku kurang suka sama warna bajunya.""Terus Mas mau pakai baju yang mana? Biar aku bantu cariin deh," usul wanita itu

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Terima Kasih, Istriku

    Zidan menghela napas berkali-kali. Semenjak mendengar Alden dan Rayna akan menikah, pria itu tampak selalu menyendiri.Katakanlah kalau dia itu memang munafik, jika di depan Alden, pria itu terus ceria, seolah-olah berkata kalau dirinya sudah tak memiliki perasaan apapun lagi dengan Rayna, kenyataannya itu salah besar.Rasanya rumit kalau untuk dijelaskan, tapi ingin berteriak untuk hal yang dirasakan. Dari hati yang paling dalam, ada yang masih mengganjal di hati Zidan, entah itu apa.Kepala Zidan menengadah ke atas seraya memejamkan matanya."Pintu yang tidak dibukakan jangan diketuk lagi, itu namanya nggak sopan, Zidan. Lupakan saja, lupakan. Dia hanya masa lalu kamu, sementara kamu saat ini sudah mempunyai masa depan, yaitu istri kamu. Berhentilah menyakiti diri kamu sendiri dan juga orang yang ada di sampingmu, Zidan," gumam pria itu guna mengingatkan dirinya sendiri."Kenapa nggak masuk, Mas? Udara di luar tampak begitu dingin."Zidan tersentak, dia menoleh ke arah sumber suara

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Malam Pertama

    "Aku nggak mau, Alden. Kita nggak perlu rayain pesta yang begitu megah, seadanya aja udah cukup."Alden menggeleng. "Hari pernikahan kita harusnya kita rayakan dengan pesta besar-besaran, Rayna. Ingat, itu pernikahan kita loh, kita harus merayakannya hitung-hitung buat kenangan di hari tua kita kelak," bantah Alden."Kenapa kita harus capek-capek merayakan yang jelas-jelas pernikahan hanya di laksanakan hanya satu hari saja? Harusnya kita memikirkan bagaimana nantinya ketika kita sudah menikah, kita selamanya akan hidup berdua. Harusnya kita memikirkan hal itu, Alden," jelas Rayna."Gini, Sayang. Ya, aku tahu kalau hari pernikahan itu hanya sekali atau sehari, tapi itu, kan, hari yang sakral. Momen di mana tempat kita melepas lajang. Jadi--""Ya udah deh, terserah kamu aja. Aku ngikut aja," sela Rayna cepat."Nah, gitu dong. Wanita lain itu ketika ingin menikah, pasti minta pesta yang besar-besar, tapi kamu ini nggak mau, aneh banget. Aku senang loh kalau kamu minta ini minta itu, per

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Mau Buat Dedek, ya?

    "Thanks ya, karena kamu akhirnya Rayna mau diajak nikah."Zidan mendengkus pelan. "Cuma gitu aja, cuma bilang makasih aja? Ya kali, kasih hadiah kek, mobil atau apa gitu," cibir pria itu.Alden mendelik kesal. "Dikasih hati malah minta jantung. Kemarin pas kamu nikah, aku udah kasih kamu mobil ya, kira-kira dong kalau minta.""Halah! Kamu kasih hadiah mobil juga bukan karena hadiah pernikahanku, tapi karena aku berhasil suruh Rayna datang," kata Zidan tak terima.Alden tertawa keras. "Nah, anggap aja itu sama.""Nggak bisa gitu. Harusnya kamu kasih aku hadiah dobel. Hadiah karena berhasil membuat Rayna datang ke sini, hadiah untuk hari pernikahanku, dan yang terakhir, hadiah karena aku udah berhasil bujuk Rayna mau nikah sama kamu. Sekarang mana dong hadiahnya?" pinta Zidan sambil memberi kode ke arah Alden menggunakan tangannya."Nanti aku pikirin, kalau aku udah nikah sama Rayna. Sial! Harusnya aku yang dikasih hadiah, kenapa jadi aku yang kasih hadiah?" tanya pria itu seraya meliri

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Hanya Akting

    Setelah berbicara dengan Zidan, akhirnya pikiran Rayna pun mulai terbuka. Dia akan membuka hatinya untuk Alden walau hanya sedikit demi sedikit."Zidan nggak ngomong macam-macam, kan, sama kamu?" tanya Alden memastika.Rayna menggeleng. "Harusnya kamu bersyukur karena mempunyai teman sebaik dia."Alden mendengkus pelan. "Apa nih maksudnya? Kok tiba-tiba bicara kayak gitu?""Aku udah tahu semuanya kok. Tadi Zidan yang cerita sama aku, kalau selama ini kamu yang nyuruh Zidan buat ketemu sama aku. Padahal diam-diam kamu ngelihat aku dari kejauhan, kan?"Alden menghela napas berat. 'Sial! Kenapa tuh orang mulutnya bocor banget,' gerutu Alden dalam hati."Kenapa harus Zidan yang kamu suruh terus? Kasihan loh dia.""Kalau aku langsung temuin kamu, yang ada kamu langsung kabur. Makanya aku diam-diam perhatikan kamu dari kejauhan. Aku selalu mencari momen yang pas, agar kita bisa ketemu, tanpa ada paksaan sedikit pun. Dan menurutku waktu pernikahan Zidan memang momen yang begitu pas. Lagian Z

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Jatah Mantan

    "Aku mau ketemu sama Rayna sebentar saja.""Nggak boleh!" tolak Alden mentah-mentah.Zidan mendengkus keras. "Kamu ini kenapa? Kok mendadak jadi posesif begini?" tanya pria itu ketus."Gimana nggak posesif coba, Rayna aja baru aku temuin, kalau nggak kayak gitu nanti dia hilang lagi, pergi lagi," gerutu Alden."Ya tapi jangan dikurung juga kali, kasihan dia. Bukannya dia jatuh cinta sama kamu, yang ada malah dia jadi ilfil ngelihat tingkah kamu kayak gini. Lagian aku mau ketemu sama Rayna, aku mau ngomong serius sama dia."Alden berdecih pelan. "Nah, yang mau diomongin itu kira-kira apa. Kamu beneran mau jadikan Rayna istri kedua? Yang benar saja?""Hahahaha, masih aja dipikirin. Ya nggak lah, aku cuma mau yakinin dia aja kalau kamu itu serius sama dia. Kalau lihat pergerakan kamu yang kayak gini aja, mana mungkin Rayna luluh sama kamu. Pikiran kamu aja di ranjang melulu, coba sekali-kali kamu ajak dia itu bicara serius, dari hati ke hati, biar hasilnya tuh maksimal."Alden mengusap w

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Belah Duren

    "Kamu udah ketemu sama Rayna?"Alden mendengkus keras karena mendapat pertanyaan dari temannya itu, Zidan."Omong kosong macam apa itu? Bukannya kamu udah lihat sendiri waktu di acara pernikahanmu?" tanya pria itu sinis.Zidan tergelak kencang. "Yaelah, basa-basi doang aja kok. Terus sekarang Rayna ke mana ya? Kok aku hubungi nomornya nggak aktif-aktif?"Alden memicingkan kedua matanya, menatap temannya itu dengan curiga. "Kamu coba hubungi Rayna? Untuk apa? Kamu lupa kalau kamu itu udah nikah?" tanya Alden dengan tatapan tajam."Apaan, cuma mau tahu kabarnya aja. Waktu itu, kan, dia kamu bawa pergi entah ke mana. Makanya aku sedikit was-was, nggak usah mikir aneh gitu lah, lagian aku juga tahu batasan.""Aneh aja gitu loh, jangan-jangan kamu masih naruh perasaan lagi sama dia?" tebak Alden."Sembarangan, pikiranmu itu loh ke mana, Den. Mana mungkin aku seperti itu, kasihan sama istriku," dengkus Zidan."Siapa tahu aja, kan?""Nggak ada. Jadi waktu itu kamu bawa Rayna ke mana?" tanya

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Sama Aku Aja

    Rayna berdecak kesal karena dikurung oleh Alden di dalam kamar. Wanita itu benar-benar bingung dengan apa yang terjadi, seingatnya ketika mereka habis bercinta, Rayna langsung tidur karena benar-benar kelelahan.Ya, Rayna dan Alden kembali mengulang kejadian waktu itu di tempat yang sama. Namun kali ini Aldenlah yang begitu bersemangat. Rayna meringis pelan ketika melihat Alden meminum obat kuat, entah dari mana asalnya pria itu bisa berpikir seperti itu, yang jelas Alden berkata jika pria itu akan membuat Rayna hamil.Mereka bercinta berkali-kali, sampai Rayna lemas dengan tenaga Alden yang tak kunjung reda, sialnya stamina pria itu malah semakin kuat. Kalau saja Rayna tak mengeluh lelah, sudah pasti Alden akan menyetubuhinya hingga pagi.Beruntungnya Alden mempunyai rasa kasihan pada Rayna, jelas saja membuat wanita itu bernapas lega. Rayna memutuskan untuk beristirahat, setelah itu akan pulang, sayangnya itu hanya rencana wanita itu saja. Ketika wanita itu membuka mata, dia sudah b

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status