Share

Pikiran Liar

Author: Nona Ekha
last update Last Updated: 2021-07-08 23:21:18

Alden menggeram kesal ketika ada yang mengusik tidurnya.

Ponselnya beberapa kali berdering. Awalnya pria itu mengabaikan, akan tetapi deringan ponsel itu terjadi berulang kali, membuat pria itu dengan berat hati mengangkatnya.

"Ya?" jawabnya dengan suara serak.

"Den, aku bisa minta bantuanmu?"

"Nggak bisa, aku sedang sibuk!" jawab pria itu ketus.

Terdengar helaan napas dari ujung sana.

"Dengan wanita?"

Alden tertawa pelan. "Oh, ayolah. Kamu pasti sudah tahu kebiasaanku seperti apa."

"Kapan kamu akan berubah, Den. Tiap hari begitu terus. Nggak takut terkena penyakit karena sering gonta-ganti wanita?" tanya Zidan dari ujung sana. Sepertinya pria itu tampak lelah untuk menasehati temannya itu.

"Entahlah, aku happy seperti ini," kata Alden. Namun, dari nada bicaranya terdengar begitu putus asa.

"Katakan padaku, wanita seperti apa yang kamu inginkan. Aku akan membantumu mencarikannya, agar kamu berhenti untuk bermain-main, Alden."

Lagi-lagi pria itu tertawa. "Yang pasti ketika aku di dekatnya, aku selalu merasa nyaman."

Tiba-tiba saja pikiran Alden kembali tertuju pada Rayna. Lagi-lagi dia menelan salivanya, pria itu langsung menggeleng cepat, lalu berdeham keras.

"Jadi, kamu ingin meminta bantuan apa?" tanya Alden, mengalihkan pembicaraan.

"Jadi gini, kemarin aku meminta Rayna untuk menjemputmu, dan saat ini kondisinya sedang drop. Aku tidak bisa datang menemuinya karena akhir-akhir ini Kafe lagi ramai. Rasanya tidak mungkin aku pergi dari tanggung jawab. Kamu tahu sendiri, kan? Susah payah aku bangun usaha ini sampai pada akhirnya bisa jadi seperti ini--"

"Kamu dari tadi ngomongin apa, sih? Langsung pada intinya aja," sela Alden cepat.

"Oke, oke. Sabar dikit, kenapa. Aku ingin meminta bantuanmu, bisa datang ke rumah Rayna sebentar?"

Alden mengerutkan keningnya. "Calon istri kamu?"

"Iya. Tadi dia mengatakan ingin makan bubur ayam, tapi aku tidak bisa mengantarnya."

Alden mendengkus keras, pikiran liar Alden dari wanita itu saja belum lepas, sekarang Zidan malah menyuruhnya untuk kembali bertemu dengan dia? Alden bisa gila.

"Kamu calon suaminya, kenapa jadi nyuruh aku?"

"Aku hanya meminta bantuan. Lagian dia sakit juga karena habis mengantar kamu."

"Aku nggak ada nyuruh dia buat jemput," ujar pria itu tak terima.

"Oke, aku ngerti. Tapi nggak ada salahnya, kan, kalau kamu bantu? Kamu nggak kasihan sama aku? Kali ini aja kamu membantuku, please," mohon Zidan.

"Aish! Kamu ini, menyusahkan saja. Baiklah, aku akan membantumu, kirim alamat rumah wanita itu," sahut Alden dengan nada ogah-ogahan.

"Baiklah, aku akan mengirimkan alamatnya melalui pesan."

Alden mematikan sambungan teleponnya. Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar, ketika dia ingin bangun dari ranjang itu, tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang melingkar di perutnya.

"Mau ke mana?" tanya wanita itu dengan suara serak.

"Bukan urusanmu! Sebaiknya kamu kemas-kemas, pakai pakaianmu lagi, aku akan pergi, dan ini bayaran untuk kamu," ucap Alden sambil menyodorkan sebuah cek untuk wanita itu.

Wanita itu mengambil cek itu dengan penuh semangat.

"Senang bekerja sama denganmu, telepon aku kalau kamu kembali membutuhkanku, aku siap melayanimu kapan pun."

Alden tersenyum, senyuman jenis ironi. Pria itu langsung membalikkan tubuhnya membelakangi wanita itu.

"Cepatlah, pergi dari sini!" ujar pria itu dingin.

Wanita itu menurut, dia kembali memakai pakaian yang berserakan entah ke mana. Lalu pergi meninggalkan Alden seorang diri.

Ucapan Zidan tiba-tiba terngiang di kepala Alden. Pria itu menghela napas berat.

"Sampai aku menemukan wanita yang benar-benar menggetarkan hatiku. Jika memang ada, pasti akan aku perjuangkan, sekalipun dia sudah menjadi milik orang lain," desis pria itu sambil mengepalkan tangannya dengan erat.

***

Alden menghela napas berat, dia melihat plastik yang saat ini tengah dipegangnya, yaitu bubur pesanan Rayna.

"Berasa lagi punya pacar, dan lagi bucin," gumam pria itu.

Alden mengedikkan bahunya acuh, dia mendekati rumah wanita itu, lalu mengetuk pintu dengan agak keras.

Beberapa kali dia ketuk, akhirnya pintu itu pun terbuka. Kepala Rayna menyembul dari balik pintu, lalu matanya terbelalak ketika melihat Alden ada di depan rumahnya.

"Kamu? Ngapain di sini?" tanya wanita itu heran.

Alden mengusap tengkuknya secara perlahan. "Disuruh Zidan nganterin bubur pesanan kamu, nih."

Rayna menatap plastik yang disodorkan oleh Alden, bukannya langsung diambil, Rayna malah menatap plastik itu dengan tatapan kosong, membuat Alden mengerjap bingung.

"Halo," ucap Alden sambil mengibaskan tangannya berkali-kali.

Rayna tersentak, kemudian tersenyum kikuk. "Ah, ya, terima kasih," kata wanita itu.

Alden tahu bahwa saat ini Rayna tampak kecewa, kentara sekali dari raut wajah wanita itu. Mungkin wanita itu sedang mengharapkan kedatangan Zidan, tapi nyatanya orang lain yang datang, begitulah pikirnya.

"Kamu sakit?" tanya Alden, tanpa sadar tangan pria itu refleks memegang kening Rayna. "Ya ampun, kamu demam!" kata Alden panik.

"Ini udah biasa," jawab Rayna seraya melepaskan tangan Alden dari keningnya. "Omong-omong, makasih ya untuk buburnya, dan juga maaf karena sudah merepotkanmu."

Alden meringis pelan, entah kenapa dia merasa lancang sudah memegang kening wanita itu tanpa izin.

"Oh, nggak, nggak apa-apa kok, hitung-hitung bantu teman. Kamu sudah berobat?"

Rayna mengangguk. "Udah minum obat."

"Oh, bagus deh."

Tiba-tiba saja suasana menjadi canggung, cukup lama mereka saling terdiam, hingga pada akhirnya Alden berdeham sedikit keras.

"Sepertinya aku harus pulang, karena tugasku sudah selesai," pamit Alden.

"Eh, tunggu dulu!" cegah Rayna. "Ini bubur ayamnya ada dua porsi, kayaknya aku nggak bakalan habis untuk makan semuanya, gimana kalau kita makan bersama?" tawar Rayna.

Mana mungkin Alden akan menyia-nyiakan kesempatan itu, kepalanya ingin dia anggukkan namun entah mengapa terasa berat. Jiwa gengsinya tiba-tiba saja muncul.

"Sepertinya tidak bisa," tolak pria itu halus.

"Oh, begitu, ya. Ya udah deh, nggak apa-apa."

Alden memerhatikan raut wajah sendu Rayna, membuat pria itu menghela napas pelan.

Entah ada angin apa, tiba-tiba saja Alden mempunyai rasa kasihan, padahal pria itu terkenal tidak pernah peduli dengan orang lain, terkecuali dengan Zidan, temannya.

"Aduh, sepertinya ucapanku tadi aku tarik lagi deh, kebetulan banget aku belum makan. Apa tawaran itu masih berlaku?" tanya Alden sambil nyengir lebar.

Rayna tertawa kecil, membuat Alden tertegun. Sialnya, jantungnya berdebar tak karuan.

'Sial! Apa ini. Apa iya aku punya riwayat penyakit jantung, kenapa jadi seperti ini?' batin pria itu.

"Silakan masuk, aku akan siapkan buburnya dulu."

Rayna pergi dari hadapan Alden, membuat pria itu sedikit bernapas lega.

'Ingat, Alden. Dia bukan wanita yang sering kamu sewa, dia adalah calon istri Zidan. Jadi stop berpikir yang tidak-tidak. Come on, kali ini aja berpikirlah sedikit waras,' batin pria itu mengingatkan dirinya sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Malam Pertama? ( END )

    "Selamat, Bro. Akhirnya nikah juga," kata Zidan seraya memeluk temannya itu.Alden pun membalas pelukan pria itu. "Terima kasih, Zidan. Kalau bukan karena kamu, nggak mungkin aku bisa seperti ini, menikah dengan orang yang aku cintai. Semua ini berkat kamu, karena kamu yang bantu aku, dan juga merelakan rasa egomu hanya untukku. Maaf karena aku udah egois banget sama kamu, mengambil pacarmu tapi tidak memikirkan bagaimana perasaanmu."Zidan tersenyum getir. "Aku rela mengorbankan perasaanku karena aku kasihan sama kamu. Aku tidak pergi, aku hanya membatasi diri untuk tidak menggangu Rayna lagi. Jujur, sampai saat ini aku belum bisa melupakannya, aku masih mencintainya, tapi aku sadar kalau aku ini bukan pilihannya. Alden, jaga Raynaku baik-baik, sampai kapanpun itu. Hanya itu yang kupinta darimu," pinta pria itu."Apa kamu berniat ingin menghancurkan acara pernikahan ini?" tanya Alden dengan suara berat, kentara sekali kalau sedang menahan gejolak amarah."Nggak, aku cuma mau mengelua

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Pergi, Rayna. Pergilah dari Ingatanku

    Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari ini adalah hari pernikahan Alden dan juga Rayna.Zidan menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin seraya tersenyum tipis.Sebentar lagi dia akan datang ke tempat acara mereka berdua, lantas kenapa dia menjadi gugup seperti ini?"Dek, bagus nggak sih kalau pakai ini?" tanya Zidan.Zara geleng-geleng kepala seraya tersenyum tipis. "Mas udah ganti baju berapa kali sih? Coba lihat tuh, berantakan," ujar wanita itu seraya menunjuk ke arah pakaian Zidan.Pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil nyengir lebar. "Aduh, maaf ya, Dek. Nanti aku bantuin rapihin deh, habisnya aku merasa pakai baju apa aja nggak ada yang cocok. Heran deh," keluh pria itu."Bukan pada nggak cocok, tapi Mas itu terlalu gugup. Yang Mas pakai saat ini udah bagus kok, cocok banget. Udah ya, nggak usah diganti lagi," pinta istrinya itu."Tapi aku kurang suka sama warna bajunya.""Terus Mas mau pakai baju yang mana? Biar aku bantu cariin deh," usul wanita itu

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Terima Kasih, Istriku

    Zidan menghela napas berkali-kali. Semenjak mendengar Alden dan Rayna akan menikah, pria itu tampak selalu menyendiri.Katakanlah kalau dia itu memang munafik, jika di depan Alden, pria itu terus ceria, seolah-olah berkata kalau dirinya sudah tak memiliki perasaan apapun lagi dengan Rayna, kenyataannya itu salah besar.Rasanya rumit kalau untuk dijelaskan, tapi ingin berteriak untuk hal yang dirasakan. Dari hati yang paling dalam, ada yang masih mengganjal di hati Zidan, entah itu apa.Kepala Zidan menengadah ke atas seraya memejamkan matanya."Pintu yang tidak dibukakan jangan diketuk lagi, itu namanya nggak sopan, Zidan. Lupakan saja, lupakan. Dia hanya masa lalu kamu, sementara kamu saat ini sudah mempunyai masa depan, yaitu istri kamu. Berhentilah menyakiti diri kamu sendiri dan juga orang yang ada di sampingmu, Zidan," gumam pria itu guna mengingatkan dirinya sendiri."Kenapa nggak masuk, Mas? Udara di luar tampak begitu dingin."Zidan tersentak, dia menoleh ke arah sumber suara

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Malam Pertama

    "Aku nggak mau, Alden. Kita nggak perlu rayain pesta yang begitu megah, seadanya aja udah cukup."Alden menggeleng. "Hari pernikahan kita harusnya kita rayakan dengan pesta besar-besaran, Rayna. Ingat, itu pernikahan kita loh, kita harus merayakannya hitung-hitung buat kenangan di hari tua kita kelak," bantah Alden."Kenapa kita harus capek-capek merayakan yang jelas-jelas pernikahan hanya di laksanakan hanya satu hari saja? Harusnya kita memikirkan bagaimana nantinya ketika kita sudah menikah, kita selamanya akan hidup berdua. Harusnya kita memikirkan hal itu, Alden," jelas Rayna."Gini, Sayang. Ya, aku tahu kalau hari pernikahan itu hanya sekali atau sehari, tapi itu, kan, hari yang sakral. Momen di mana tempat kita melepas lajang. Jadi--""Ya udah deh, terserah kamu aja. Aku ngikut aja," sela Rayna cepat."Nah, gitu dong. Wanita lain itu ketika ingin menikah, pasti minta pesta yang besar-besar, tapi kamu ini nggak mau, aneh banget. Aku senang loh kalau kamu minta ini minta itu, per

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Mau Buat Dedek, ya?

    "Thanks ya, karena kamu akhirnya Rayna mau diajak nikah."Zidan mendengkus pelan. "Cuma gitu aja, cuma bilang makasih aja? Ya kali, kasih hadiah kek, mobil atau apa gitu," cibir pria itu.Alden mendelik kesal. "Dikasih hati malah minta jantung. Kemarin pas kamu nikah, aku udah kasih kamu mobil ya, kira-kira dong kalau minta.""Halah! Kamu kasih hadiah mobil juga bukan karena hadiah pernikahanku, tapi karena aku berhasil suruh Rayna datang," kata Zidan tak terima.Alden tertawa keras. "Nah, anggap aja itu sama.""Nggak bisa gitu. Harusnya kamu kasih aku hadiah dobel. Hadiah karena berhasil membuat Rayna datang ke sini, hadiah untuk hari pernikahanku, dan yang terakhir, hadiah karena aku udah berhasil bujuk Rayna mau nikah sama kamu. Sekarang mana dong hadiahnya?" pinta Zidan sambil memberi kode ke arah Alden menggunakan tangannya."Nanti aku pikirin, kalau aku udah nikah sama Rayna. Sial! Harusnya aku yang dikasih hadiah, kenapa jadi aku yang kasih hadiah?" tanya pria itu seraya meliri

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Hanya Akting

    Setelah berbicara dengan Zidan, akhirnya pikiran Rayna pun mulai terbuka. Dia akan membuka hatinya untuk Alden walau hanya sedikit demi sedikit."Zidan nggak ngomong macam-macam, kan, sama kamu?" tanya Alden memastika.Rayna menggeleng. "Harusnya kamu bersyukur karena mempunyai teman sebaik dia."Alden mendengkus pelan. "Apa nih maksudnya? Kok tiba-tiba bicara kayak gitu?""Aku udah tahu semuanya kok. Tadi Zidan yang cerita sama aku, kalau selama ini kamu yang nyuruh Zidan buat ketemu sama aku. Padahal diam-diam kamu ngelihat aku dari kejauhan, kan?"Alden menghela napas berat. 'Sial! Kenapa tuh orang mulutnya bocor banget,' gerutu Alden dalam hati."Kenapa harus Zidan yang kamu suruh terus? Kasihan loh dia.""Kalau aku langsung temuin kamu, yang ada kamu langsung kabur. Makanya aku diam-diam perhatikan kamu dari kejauhan. Aku selalu mencari momen yang pas, agar kita bisa ketemu, tanpa ada paksaan sedikit pun. Dan menurutku waktu pernikahan Zidan memang momen yang begitu pas. Lagian Z

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Jatah Mantan

    "Aku mau ketemu sama Rayna sebentar saja.""Nggak boleh!" tolak Alden mentah-mentah.Zidan mendengkus keras. "Kamu ini kenapa? Kok mendadak jadi posesif begini?" tanya pria itu ketus."Gimana nggak posesif coba, Rayna aja baru aku temuin, kalau nggak kayak gitu nanti dia hilang lagi, pergi lagi," gerutu Alden."Ya tapi jangan dikurung juga kali, kasihan dia. Bukannya dia jatuh cinta sama kamu, yang ada malah dia jadi ilfil ngelihat tingkah kamu kayak gini. Lagian aku mau ketemu sama Rayna, aku mau ngomong serius sama dia."Alden berdecih pelan. "Nah, yang mau diomongin itu kira-kira apa. Kamu beneran mau jadikan Rayna istri kedua? Yang benar saja?""Hahahaha, masih aja dipikirin. Ya nggak lah, aku cuma mau yakinin dia aja kalau kamu itu serius sama dia. Kalau lihat pergerakan kamu yang kayak gini aja, mana mungkin Rayna luluh sama kamu. Pikiran kamu aja di ranjang melulu, coba sekali-kali kamu ajak dia itu bicara serius, dari hati ke hati, biar hasilnya tuh maksimal."Alden mengusap w

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Belah Duren

    "Kamu udah ketemu sama Rayna?"Alden mendengkus keras karena mendapat pertanyaan dari temannya itu, Zidan."Omong kosong macam apa itu? Bukannya kamu udah lihat sendiri waktu di acara pernikahanmu?" tanya pria itu sinis.Zidan tergelak kencang. "Yaelah, basa-basi doang aja kok. Terus sekarang Rayna ke mana ya? Kok aku hubungi nomornya nggak aktif-aktif?"Alden memicingkan kedua matanya, menatap temannya itu dengan curiga. "Kamu coba hubungi Rayna? Untuk apa? Kamu lupa kalau kamu itu udah nikah?" tanya Alden dengan tatapan tajam."Apaan, cuma mau tahu kabarnya aja. Waktu itu, kan, dia kamu bawa pergi entah ke mana. Makanya aku sedikit was-was, nggak usah mikir aneh gitu lah, lagian aku juga tahu batasan.""Aneh aja gitu loh, jangan-jangan kamu masih naruh perasaan lagi sama dia?" tebak Alden."Sembarangan, pikiranmu itu loh ke mana, Den. Mana mungkin aku seperti itu, kasihan sama istriku," dengkus Zidan."Siapa tahu aja, kan?""Nggak ada. Jadi waktu itu kamu bawa Rayna ke mana?" tanya

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Sama Aku Aja

    Rayna berdecak kesal karena dikurung oleh Alden di dalam kamar. Wanita itu benar-benar bingung dengan apa yang terjadi, seingatnya ketika mereka habis bercinta, Rayna langsung tidur karena benar-benar kelelahan.Ya, Rayna dan Alden kembali mengulang kejadian waktu itu di tempat yang sama. Namun kali ini Aldenlah yang begitu bersemangat. Rayna meringis pelan ketika melihat Alden meminum obat kuat, entah dari mana asalnya pria itu bisa berpikir seperti itu, yang jelas Alden berkata jika pria itu akan membuat Rayna hamil.Mereka bercinta berkali-kali, sampai Rayna lemas dengan tenaga Alden yang tak kunjung reda, sialnya stamina pria itu malah semakin kuat. Kalau saja Rayna tak mengeluh lelah, sudah pasti Alden akan menyetubuhinya hingga pagi.Beruntungnya Alden mempunyai rasa kasihan pada Rayna, jelas saja membuat wanita itu bernapas lega. Rayna memutuskan untuk beristirahat, setelah itu akan pulang, sayangnya itu hanya rencana wanita itu saja. Ketika wanita itu membuka mata, dia sudah b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status