Api unggun sudah menyala. Kali ini mereka tidak perlu tidur di sisi sungai lagi karena mereka telah menemukan tempat untuk menyimpan air bersih.
Mereka pun sudah memiliki makanan karena Aiken berhasil menangkap beberapa ekor ikan menggunakan tombak kayu yang dia buat seadanya. Mereka berdua berada di sisi pantai, menikmati makan malam mereka. Di situasi seperti itu, dapat menikmati ikan bakar sudah seperti menikmati hidangan mewah dari restoran saja. Harmoni yang kelaparan makan begitu banyak. Aiken membersihkan tulang ikan untuknya. Dia memperlakukan Harmoni seolah-olah wanita itu benar-benar dia cintai. Dia memang sudah gila tapi anggap dia sedang berakting agar Harmoni percaya jika mereka berdua benar-benar suami istri. “Tidak perlu terburu-buru, Harmoni,” dia kembali memberikan sepotong ikan bakar yang baru saja matang. “Maaf, aku benar-benar lapar dan aku tidak bisa menahannya,” semenjak mereka terdampar, yang dia makan hanyalah buah-buahan yang tidak begitu enak itu Rasa buah yang diberikan oleh Aiken tidak semuanya terasa manis sebab beberapa buah itu terasa sedikit pahit tapi karena lapar membuatnya mau tidak mau harus memakannya. “Tidak apa-apa. Aku yakin besok bantuan sudah datang,” adiknya pasti sedang mencari keberadaan dirinya begitu juga dengan kedua orang tuanya. “Kita tinggal di mana, Aiken?” “Tentu saja di rumah kita, memangnya kita tinggal di mana?” “Bukan itu maksudku. Ki-kita berdua berasal dari mana?” Seharian dia termenung di sisi pantai untuk mencari ingatannya tapi tidak ada satupun yang dapat dia ingat. “Tentu saja dari Amerika,” dia memandangi Harmoni dengan tajam dan dibalik tatapannya itu, dia sedang menyelidiki Harmoni untuk mencari tahu apakah wanita itu sedang bersandiwara atau tidak. “Amerika?” Harmoni mengerutkan dahi. Dia mencoba mengingat tapi lagi-lagi dia tak dapat mengingat apapun. Selain ingatan yang tidak ada, dia juga tidak berasal dari Amerika. Dia adalah pendatang dan bergabung ke dalam sebuah organisasi untuk mencari tahu penyebab kematian kakaknya. “Apa kau mengingat sesuatu, Harmoni?” Setelah dia kembali nanti, dia pasti akan mencari tahu identitas Harmoni dengan lebih rinci lagi. “Tidak. Aku tidak bisa mengingat apapun, Maaf,” Harmoni menunduk, Ikan bakarnya tidak jadi dia nikmati. Dia merasa sedikit bersalah karena dia telah mempersulit Aiken. “Tidak perlu meminta maaf, habiskan makanannya dan setelah itu beristirahatlah!” “Aku sudah tidak lapar lagi!” Harmoni memberikan makanannya kepada Aiken lalu melangkah pergi. Dia duduk di sisi pantai, memandangi laut yang begitu gelap. Aiken pun beranjak dan menghampiri Harmoni. Seharusnya dia tidak memperdulikannya dan membiarkan Harmoni tapi dia tidak bisa mengabaikan pembunuh bayaran itu. “Apa yang sedang kau pikirkan? Bukankah kau bilang kau begitu lapar?” “Sudah tidak lagi!” Harmoni membuang wajah. Dia berusaha menahan air mata. Dia benar-benar berubah total dan dia sudah tidak seperti Harmoni yang biasanya. “Jika ada masalah, katakan saja!” Aiken merangkul bahu Harmoni dan menariknya mendekat. “Aku merasa tidak berguna, Aiken. Aku telah memberikan masalah dalam hidupmu dan sekarang, kau boleh membenci aku karena semua yang terjadi pada kita gara-gara kebodohanku!” “Untuk apa aku membencimu? Ini adalah musibah dan kita berdua tidak menginginkannya!” Sungguh luar biasa, dia tidak menyangka jika dia dapat berakting sampai sejauh ini untuk menipu Harmoni. Sepertinya dia pantas mendapatkan piala Oscar untuk akting yang dia mainkan. “Seandainya aku tidak cemburu?” Harmoni menggigit bibirnya dengan sedikit kuat. “Aku senang kau cemburu, itu berarti kau mencintai aku,” perkataan itu benar-benar menggelikan. Beruntungnya tidak ada yang mendengar kecuali deburan ombak serta para ikan yang sudah mati karena telah menjadi makan malam yang lezat bagi mereka. “Apa benar kau mencintai aku, Aiken?” Kini dia berpaling, memandangi Aiken. Walau sedikit gelap tapi cahaya bulan yang bersinar membuatnya dapat melihat wajah tampan pria itu. “Tentu saja, kemarilah!” Aiken meminta Harmoni untuk duduk di atas pangkuannya. Harmoni pun melakukan apa yang pria itu inginkan. Dia sudah berada di atas pangkuan Aiken dan mereka berdua saling berhadapan. Tangan Aiken berada di wajah Harmoni, dan memberikan usapan lembut di sana.. “Tolong jangan tinggalkan aku, Aiken,” Harmoni memegangi telapak tangan Aiken yang terasa hangat. Dia juga meletakkan wajahnya di atas telapak tangan besar pria itu. Kedua matanya terpejam, sentuhan pria itu membuatnya merasa begitu nyaman. “Aku tidak akan pergi kemanapun, kau tidak perlu khawatir. Pergilah tidur, aku akan menjagamu dan aku akan membangunkanmu ketika bantuan sudah datang.” “Bagaimana denganmu? Apakah tidak ingin tidur bersama denganku?” “Aku ingin berada di sini untuk sesaat!” Sayangnya tidak ada rokok. Jika benda itu ada maka dia akan merenung sampai pagi. “Aku akan berada di sini untuk menemani dirimu!” Harmoni mendekatkan wajah mereka berdua lalu mencium bibir Aiken. Pria itu tidak menyia-nyiakannya, dia membalas ciuman Harmoni dan balasan yang dia berikan adalah ciuman panas yang begitu memabukkan. “Hm,” Harmoni berusaha mendorong tubuh Aiken tapi sudah terlambat. Tangan Aiken sudah bergerak, menyusup masuk ke dalam gaun harmonis yang sudah compang-camping. Lidahnya pun bergerak liar di dalam mulut Harmoni. Wanita itu yang memulainya dan dia hanya mengikuti permainan Harmoni. “Aiken, ahhh!” Tubuh Harmoni bergetar, sentuhan tangan Aiken membuat bagian intimnya terasa berdenyut. Melihat itu membuat Aiken semakin menggerakkan tangannya dengan bebas. Pakaian Harmoni pun diturunkan. Ciumannya kini sudah berpindah ke bahu. Kecupan yang dia berikan membuat jantung Harmoni berdegup. Dia tidak mau memikirkan apapun lagi, yang dia inginkan hanyalah kebersamaan itu. Lagi pula mereka suami istri, jadi melakukan hal itu bukanlah hal aneh. Sedikit cahaya bulan yang menyinari membuat Aiken dapat melihat kedua dada yang begitu padat berisi. Meskipun tidak terlalu besar tapi itu sudah cukup. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan, tubuh Harmoni sedikit diangkat agar dia dapat mencium dadanya dengan mudah. Harmoni tahu apa yang harus dia lakukanx dia mengangkat tubuhnya dan membiarkan bibir pria itu bermain di atas dadanya. Jilatan yang dia dapatkan di puncak dada, membuat Harmoni mendesah. Tidak sabar membuat Aiken mengulumnya, dan menghisapnya bagaikan bayi. “Akh!” Harmoni mencengkram bahu Aiken dan berusaha menopang tubuhnya agar dia tetap dalam posisi seperti itu. Tangan Aiken pun kembali mengusap pahanya dan dengan perlahan masuk ke dalam pakaian dalamnya. "Akh... Ah" Harmoni kembali mendesah panjang tak kala Aiken menyapukan jarinya ke arah intimnya yang sudah basah. "Ternyata kau sudah tidak tahan, Harmoni," Dia kembali mengecup puncak dada Harmoni dan tak henti memainkan jarinya. "Ja... ngan, akh!" Tubuhnya semakin bergetar hebat. "Benarkah?" Dengan sengaja, Aiken memasukkan jarinya yang membuat Harmoni memekik. "Apa aku harus berhenti?" Aiken memaju mundurkan jarinya dibawah sana. "Tidak.. Tidak!" Harmoni tampak putus asa. "Aku tahu kau memang sudah tidak tahan!" Aiken kembali mencium bahunya, menjelajahi dan kembali mengulum dadanya. "A-aku menginginkan dirimu, Aiken!" Dia tidak tahan hanya dengan jari saja. "Katakan sekali lagi?" "Aku menginginkan dirimu," Nafasnya sudah memburu. Dia semakin tidak tahan. Aiken menarik jarinya keluar, lalu menjilatinya. "Seperti keinginanmu!" Dia kembali mencium Harmoni, lalu menggendongnya. Aiken membawa Harmoni mendekat api unggun. Dia membaringkan Harmoni dengan perlahan, pakaiannya pun dilepaskan dengan tidak sabar. Mereka berdua sudah lepas kendali akibat hasrat yang sudah menggebu. Walau hanya beralaskan dedaunan, percintaan mereka pun dilakukan. Aiken menahan satu kaki Harmoni, lalu menyatukan tubuh mereka berdua. Dia mulia mendorong, dengan perlahan tapi semakin dia mendorong, gerakannya semakin cepat saja. Harmoni menikmatinya, menikmati percintaan panas itu. Di pulau yang tak berpenghuni, dia mengerang dengan keras. Aiken pun tidak melepaskan dirinya. Kedua tangan mencengkeram pasir dengan begitu kuat. “Fa-faster, akh… ahh!” permintaannya itu membuat Aiken tersenyum. Bukankah wanita itu melawannya beberapa hari yang lalu? Tapi sekarang lihatlah, Harmoni benar-benar menikmatinya dan dia menikmati perannya sebagai suami palsu wanita itu."Mommy... Mommy, sakit perut!" Axel berlari menghampiri ibunya sambil memegang perutnya yang sakit. "Wah, ayo cepat!" Harmoni beranjak, dia hendak menggendong putranya tapi tiba-tiba saja pandangannya berputar. Dia hampir jatuh tapi beruntungnya Harmoni berpegangan kuat pada kursi. "Kenapa, Mommy?" putranya tampak mencemaskan dirinya "Tidak. Tidak ada apa-apa." Sepertinya dia terlalu lelah menjaga Axel yang mulai aktif. Harmoni membawa putranya pergi ke kamar mandi. Dia menjaga Axel sambil berdiri di depan pintu. Dia merasa ada yang salah dengan keadaannya itu dan dia mulai mengingat kapan terakhir dia datang bulan. Sesungguhnya ini bukan pertama kali dia merasa pusing seperti itu. Dia sudah merasakannya sejak beberapa hari belakangan bahkan dia sering memuntahkan makanan yang mudah makan. Dia tidak pernah mengeluh sama sekali karena dia masih bisa menahannya tapi sekarang dia jadi curiga dengan keadaan yang dia alami. "Sudah, mommy. Axel sudah selesai!" Putranya m
"Mommy, Uncle dan Aunty mau menikah!" Perkataan putranya mengejutkan Harmoni.Dia dan Aiken sudah berada di restoran tapi mereka tidak menemukan keberadaan Joy dan Stuart. Harmoni menghubungi sahabat baiknya tapi yang menjawab justru putranya. Dia tidak mengerti apa yang telah terjadi, apalagi perkataan putranya itu. Dia menanyakan di mana mereka berada dan cukup terkejut karena mereka berada di kantor catatan sipil. Harmoni mengajak suaminya pergi ke sana tapi dia masih berbicara dengan putranya. Dia bahkan ingin berbicara dengan Joy tapi Axel berkata Joy sedang berganti pakaian. "Apa maksud Axel? Apa Aunty dan Uncle benar-benar mau menikah?""Axel tidak tahu, Mommy. Aunty Joy berkata Dia suka dengan anak-anak dan Uncle mau memberikannya.""Wah," meski ucapan putranya kurang jelas tapi dia dapat mengerti apa yang dimaksudkan. "Jika begitu Mommy dan Daddy akan segera pergi ke sana.""Cepat, Mommy. Axel mau makan enak!" Ucapan putranya membuat Harmoni tertawa. Sepertinya Axel belum
“Aunty!” Teriakan Axel mengalihkan perhatian Joy yang sedang menunggu Harmoni.Joy berpaling melihat ke arah pintu masuk. Sedotan yang ada di mulut terjatuh. Dia tampak mengagumi sesuatu tetapi bukan Axel yang sedang melambai ke arahnya melainkan Stuart yang berjalan masuk.Axel berada di dalam gendongan Stuart. Tatapan Joy tidak berpaling sama sekali dari pria itu. Entah kenapa dia merasa Stuart seperti hot Daddy yang begitu menggoda.Pria itu menghampirinya dengan gagah. Dia menggendong Axel dengan satu tangannya saja sehingga otot tangannya terlihat. Joy mulai mengaduk minuman, dia masih terlihat terpana.“Aunty, Axel datang untuk makan enak!” Axel kembali memanggilnya tapi perhatian Joy tak teralihkan dari wajah Stuart.“Aunty?” Axel kembali memanggil.“Oh, hm,” Joy mengalihkan perhatiannya, “Aunty juga ingin makan enak,” minumannya kembali diseruput. Dia baru menyadari jika Stuart terlihat tampan.“Aunty, Aunty lihat apa?” Pertanyaan itu mengalihkan perhatiannya.“Oh, tidak. Mana
Tom makan dengan lahap, makanan yang baru saja disediakan. 3 tahun berada di sana, dia justru menikmati hidupnya. Walaupun dia terkurung di tempat itu dan tidak bisa pergi kemanapun tapi dia menjalani kehidupannya dengan nyaman.Tidak ada yang menyiksa dirinya. Dia pun diberi makan. Dia tidak perlu memikirkan apa pun. Dia tidak tahu apa yang terjadi karena Harmoni tidak pernah datang lagi setelah hari itu.Dia menebak Harmoni telah mati dibunuh oleh Danzel. Bisa saja gara-gara kejadian itu, Aiken melupakan dirinya dan tidak berminat untuk membunuhnya lagi.Makanan yang disediakan pun tidak buruk. Dia merasa tidak seperti seorang tawanan tapi dia tak tahu jika itu adalah makanan terakhir yang akan dia nikmati.Sebuah tong besar yang terbuat dari kaca dibawa masuk ke dalam. Tom berhenti makan, dia tampak heran karena anak buah yang selalu menjaganya selama ini terlihat begitu sibuk.Dia menyimpan piring makanan yang sudah kosong ke atas lantai dan meneguk minumannya dengan cepat. Dia
Setelah menikah, mereka tidak berencana pergi berbulan madu. Harmoni tidak mau melakukannya. Dia merasa tidak perlu karena mereka sudah memiliki anak. Dia pun tidak ingin meninggalkan putranya. Dia ingin putranya mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan yaitu kasih sayang dari mereka. Siang itu dia ada janji dengan Joy. Setelah menikah, banyak yang dia lakukan. Salah satunya mengambil tulang belulang kakaknya yang masih berada di rumah sakit. Tadinya dia berencana membawa pulang tulang belulang kakaknya ke kampung halaman tapi dia mengurungkan niat dan memutuskan untuk memakamkan kakaknya di makam pribadi milik keluarga Aiken. Tidak saja kakaknya yang dimakamkan di sana. Putri kecilnya sudah dipindahkan beberapa minggu yang lalu. Dia dan Aiken pergi secara langsung untuk memindahkan makam Putri mereka. Satu hal yang dia lupakan, dia lupa dengan keadaan orang kepercayaan Danzel yang masih berada di markas Aiken. Dia belum menanyakan hal itu dan dia tidak tahu apakah pria itu ma
Beberapa waktu telah berlalu, acara pernikahan dipersiapkan dengan cepat tapi Harmoni tidak melibatkan diri karena dia sibuk menjalani operasi. Dia ditemani oleh Aiken, putra mereka bersama dengan sang nenek. Keluarga besar Aiken tentu membantu apalagi dia memiliki banyak sepupu. Mereka dengan sukarela membantu Aiken untuk menyiapkan pernikahannya dengan Harmoni sehingga Aiken berfokus dengan operasi yang dijalankan oleh Harmoni. Pernikahan itu akan diadakan secara tertutup. Tidak banyak yang diundang karena Harmoni sudah tidak memiliki siapapun lagi. Hanya Joy saja yang dia undang karena dia memang tidak begitu memiliki banyak teman. Semua persiapan sudah selesai. Operasi yang dijalani oleh Harmoni pun berjalan dengan lancar. Dia kira wajahnya tidak akan kembali lagi tapi rupanya dokter yang menangani dirinya mampu mengembalikan wajahnya seperti semula. Tidak ada bekas luka bakar, satu goresan pun tidak ada. Semuanya tampak seperti semula dan tentunya ada bagian kulit lain yan
Joy telah mendapatkan kabar jika Harmoni sudah ditemukan. Kabar itu tentu memberikan kebahagiaan baginya. Joy tidak membuang waktu sama sekali, dia bergegas kembali karena dia sangat ingin bertemu dengan Harmoni.Entah bagaimana kabar Harmoni dan entah bagaimana dia bisa lolos dari ledakan itu, dia benar-benar ingin tahu.3 tahun dia hidup dalam perasaan bersalah dan tak hentinya dia menyalahkan diri atas kematian sahabat baiknya itu tapi hari ini, kabar baik justru dia dapatkan dari Stuart. Selama 3 tahun itu pula, dia tak henti mencari keberadaan Harmoni. Meski dia tidak kembali ke tempat kejadian itu lagi, tapi dia tak henti menelusuri CCTV untuk mencari jejak keberadaan sahabat baiknya. Harmoni menunggunya di restoran. Dia telah mendapat kabar dari Stuart jika Joy ingin bertemu dengannya. Dia pun sudah tidak sabar untuk bertemu dengan sahabat baiknya dan dia berada di sana bersama dengan Aiken. Mereka baru saja dari rumah sakit untuk berkonsultasi. Luka bakar di wajah Harmoni
Harmoni pergi mandi, untuk membersihkan tubuhnya yang kotor. Aiken mencarikan baju ibunya yang dapat dipakai oleh Harmoni. Dia sudah mengatakan pada ibunya jika Axel memiliki saudara kembar tapi telah tiada.Kabar itu tentu saja membuat sedih tapi mereka tidak bisa menyalahkan Harmoni karena mereka pun tahu Harmoni hidup menderita selama ini.Aiken kembali ke kamar setelah menemukan baju yang dapat dipakaikan oleh Harmoni. dia masuk ke dalam kamar mandi tanpa mengetuk dan apa yang dia lakukan mengejutkan Harmoni.Harmoni menutupi tubuhnya dengan cepat. Jujur saja dia malu Aiken melihat tubuhnya yang dipenuhi dengan bekas luka bakar.“Untuk sementara waktu, pakai pakaian ini terlebih dahulu,” dia memberikan pakaian itu.“Terima kasih, Aiken. Bisakah keluar sekarang?”“Kenapa, apa kau tidak suka aku berada di sini?”“Tidak. Aku hanya tidak mau kau melihat tubuhku yang sudah tidak bagus ini lagi!” Harmoni memeluk lengannya. Sebagai seorang perempuan tentu dia sangat malu dengan keadaanny
Pada akhirnya, Harmoni harus kembali dengan Aiken. Dia sudah berusaha menolak dengan begitu banyak alasan tapi Aiken tidak memperdulikan apa yang dia katakan. Dia telah mencari begitu lama, lalu bagaimana mungkin dia membiarkan Harmoni pergi darinya begitu saja?Dia memaksa Harmoni untuk ikut. Dia bahkan sedikit memberikan ancaman yang membuat Harmoni tidak memiliki pilihan karena jika dia tidak pulang, maka selamanya dia tidak akan bisa bertemu dengan putranya.Itu bukanlah hal yang dia inginkan, dia menitipkan putranya bukan berarti dia tidak ingin bertemu dengan putranya lagi. Ancaman itu membuatnya tidak berdaya sama sekali.Sepotong roti berada di tangan, Harmoni memakannya dengan lahap. Dia benar-benar lapar, dia tidak peduli Aiken melihatnya. Dia tidak pernah berpikir pria itu akan mencarinya dan dia pun tidak pernah berpikir akan kembali dengan pria itu lagi.Harmoni sedikit berubah, dia lebih banyak diam dan menunduk. Dia lebih tertutup dan menjaga jarak dengan Aiken. Dia ba