Joy kembali ke organisasi karena dia tidak menemukan keberadaan Harmoni. Dia harus memberikan laporan pada pemilik organisasi jika mereka kehilangan pembunuh terbaik yang mereka miliki dan dia pun harus memberitahu jika misi mereka telah gagal.
Seorang pria dengan postur tubuh yang cukup tinggi telah menunggu kedatangannya. Pria itu berkulit hitam dengan kepalanya yang tak memiliki rambut. Pria itu adalah Denzel Ward dan dialah pemilik organisasi itu. Seseorang membayarnya dengan harga yang cukup tinggi untuk melenyapkan Archer Smith dan pekerjaan itu sia serahkan kepada Joy juga Harmoni. Kini dia menunggu kabar baik tapi Joy justru menghampirinya dengan tergesa-gesa. "Aku harap kau memberikan kabar baik untukku, Joy. Kau tahu aku tidak terima kabar buruk apalagi kegagalan!" "Maaf, Sir. Kali ini aku benar-benar harus menyampaikan kabar tak menyenangkan untukmu, " Joy berdiri cukup jauh dari pria itu. Dia terlihat begitu waspada apalagi dia sangat tahu Denzel akan membunuh siapapun termasuk anak buahnya sendiri ketika dia sedang marah. "Aku tidak senang, Joy. Benar-benar tidak senang mendengarnya. Sekarang katakan padaku kabar tak menyenangkan apa yang hendak kau sampaikan padaku!" "Aku kehilangan Harmoni dan sepertinya misi kami telah gagal!" Begitu mendengar perkataan Joy, Denzel berpaling dan memandangi Joy dengan tatapan tajamnya. "Jadi kalian telah gagal membunuh Archer Smith?" "Maaf, kami telah salah mengenali orang dan sekarang Harmoni entah pergi ke mana. Aku rasa dia telah terbunuh!" "Bodoh!" Teriakan Denzel yang begitu keras membuat nyali Joy menjadi ciut. Dia mundur beberapa langkah dan menundukkan kepalanya semakin dalam. "Kenapa kalian bisa gagal?" Denzel melangkah menghampiri. Joy tidak berani mengangkat kepala untuk memandangi wajah pria itu. Langkahnya kembali mundur ke belakang. Dia merasa terintimidasi hanya dari tatapan tajam pria itu saja. "Katakan padaku, kenapa kalian bisa gagal dan katakan bagaimana Harmoni bisa terbunuh?" "Kami salah mengenali orang, Sir. Harmoni mengikutinya dan tidak kembali lagi. Aku pikir Harmoni telah dibunuh dan dibuang ke dalam laut!" "Apa ada yang melihat kejadian itu?" Jangan katakan Harmoni melarikan diri karena ingin mengkhianati dirinya. "Tidak, Sir." "Jika begitu cari Harmoni sampai ketemu. Sebelum aku melihat mayatnya, maka aku tidak akan percaya jika dia sudah mati!" Denzel berbalik, kembali ke tempat duduk, "Ini adalah kesalahan pertama dan terakhir yang kau lakukan karena jika kau melakukannya lagi?" Langkahnya terhenti, Denzel menatap Joy dengan tatapan sinis. "Aku akan menghabisi dirimu juga keluargamu jadi segera temukan Harmoni dan bunuh Archer Smith!" "Baik, Sir," Joy pamit pergi, keluar dari ruangan itu. Denzel kembali ke tempat duduk. Dia yakin Harmoni tidak mungkin mati begitu saja. Kecurigaannya semakin kuat jika Harmoni ingin mengkhianati dirinya seperti yang dilakukan oleh kakaknya dulu. Apa Harmoni sudah tahu apa yang dia lakukan pada kakaknya? Dia rasa tidak karena tidak ada yang tahu apa yang dia lakukan tapi jika Harmoni menghianati dirinya maka dia pun akan menyingkirkan Harmoni. *** Angin pantai yang berhembus menerpa wajah Harmoni. Dia sedang duduk di sisi pantai, menunggu bantuan datang. Dia membiarkan kedua kakinya diterjang oleh deburan ombak yang menerjang bibir pantai. Aiken sedang pergi, mencari sesuatu untuk dijadikan senjata untuk jaga-jaga. Dia juga mencari kayu dan beberapa alat yang dapat mereka gunakan untuk membuat api. Dia tidak tahu kapan anak buahnya akan datang jadi dia harus mempersiapkan semuanya agar malam ini mereka tidak kedinginan. Beberapa batang kayu yang runcing serta beberapa daun kering telah dia dapatkan. Aiken kembali ke sisi pantai dan melemparkan semua barang-barang itu ke atas pasir. Suaranya menarik perhatian Harmoni yang sedang termenung. Dia berpaling dan segera beranjak ketika melihat Aiken telah kembali. “Apa ada yang bisa aku bantu?” “Tidak!” Pria itu menjawab tanpa melihatnya. Dia sedang sibuk membuat sebuah tombak karena dia berniat mencari ikan. “Katakan saja apa yang harus aku lakukan, aku pasti akan membantumu.” “Sudah aku katakan tidak!” Dia sedikit membentak yang membuat Harmoni terkejut. “Ke-Kenapa kau marah?” Harmoni melangkah mundur dengan kedua mata berkaca-kaca, “Apa aku telah membuat kesalahan sehingga kau marah seperti ini?” Dia benar-benar sedih diperlakukan seperti itu oleh Aiken. “Sudah aku katakan?” Ucapannya terhenti ketika dia melihat Harmoni menangis. “Aku tahu semua yang terjadi karena kesalahanku? Apa karena aku tidak berguna oleh karena itulah kau melirik wanita lain di acara pesta itu?” Dia terlihat kecewa pada dirinya sendiri. Aiken menghela nafas. Dia lupa jika mereka berdua sedang berperan sebagai suami istri. Seharusnya dia tidak menipu Harmoni sampai seperti itu. Cukup katakan mereka adalah pasangan kekasih, dia yakin wanita itu pun akan percaya dengannya. “Aku minta maaf karena aku benar-benar tidak berguna,” tangisannya semakin menjadi padahal dia bukan wanita yang cengeng dan dia tidak pernah menangis seperti itu sebelumnya tapi karena ingatan yang tidak ada, membuatnya berubah total sesuai dengan keadaan. “Sudahlah, jangan menangis seperti itu.” “Aku tahu aku tidak berguna oleh karena itulah kau melihat wanita lain. Apa kau ingin meninggalkan aku oleh karena itulah kita bertengkar sampai membuat aku melepaskan cincin pernikahan kita dan lihat, kau pun tidak menggunakan cincin!” “Tidak ada yang seperti itu?” Aiken menghampiri Harmoni. Kini dia terjebak dengan kebohongannya sendiri. “Lalu apa? Kau bahkan tiba bisa mengandalkan aku hanya untuk masalah kecil seperti ini saja!” “Aku hanya tidak ingin kau terluka oleh karena itu aku tidak mau kau membantu aku.” “Benarkah?” Harmoni menghapus air mata. Dia terlihat begitu menyedihkan. “Percayalah!” Aiken menarik Harmoni, lalu memeluknya. Dia benar-benar sudah gila karena harus melakukan hal itu pada wanita asing yang tidak dia kenal. “Aku sedang membuat senjata agar aku dapat menangkap ikan dan aku pun ingin membuat api. Kita tidak tahu kapan bantuan akan datang oleh karena itu kita harus bertahan hidup. Carilah sesuatu yang ada di bibir pantai. Mungkin saja kau menemukan sesuatu yang dapat kita gunakan untuk menyimpan air bersih.” “Apa kau tidak marah dan kecewa padaku?” “Tidak. Untuk apa aku marah dan kecewa? Semua yang terjadi pada kita juga salahku. Segera lakukan apa yang aku perintahkan sebelum langit gelap!” Dia tahu drama itu tidak akan berakhir jika dia tidak segera mengalihkannya. “Baiklah,” Harmoni menghapus air matanya dan tersenyum tipis, “Aku akan melakukan apa yang kau perintahkan.” “Pergilah, aku pun akan mencari makan malam untuk kita berdua!” Harmoni mengangguk tapi sebelum dia melangkah pergi, tiba-tiba dia menghampiri Aiken lagi. “Aku akan segera kembali,” ucapnya seraya memberikan sebuah kecupan di bibir pria itu. Aiken terkejut, kedua mata melotot. Harmoni bergegas pergi dengan wajah yang memerah karena dia jadi malu. Aiken mengusap wajahnya dengan kasar dan bertanya dalam hati. Apa sebenarnya yang sedang dia lakukan? Tatapan matanya tertuju pada Harmoni yang telah melangkah pergi. Dia benar-benar telah bermain api dengan pembunuh bayaran itu."Mommy... Mommy, sakit perut!" Axel berlari menghampiri ibunya sambil memegang perutnya yang sakit. "Wah, ayo cepat!" Harmoni beranjak, dia hendak menggendong putranya tapi tiba-tiba saja pandangannya berputar. Dia hampir jatuh tapi beruntungnya Harmoni berpegangan kuat pada kursi. "Kenapa, Mommy?" putranya tampak mencemaskan dirinya "Tidak. Tidak ada apa-apa." Sepertinya dia terlalu lelah menjaga Axel yang mulai aktif. Harmoni membawa putranya pergi ke kamar mandi. Dia menjaga Axel sambil berdiri di depan pintu. Dia merasa ada yang salah dengan keadaannya itu dan dia mulai mengingat kapan terakhir dia datang bulan. Sesungguhnya ini bukan pertama kali dia merasa pusing seperti itu. Dia sudah merasakannya sejak beberapa hari belakangan bahkan dia sering memuntahkan makanan yang mudah makan. Dia tidak pernah mengeluh sama sekali karena dia masih bisa menahannya tapi sekarang dia jadi curiga dengan keadaan yang dia alami. "Sudah, mommy. Axel sudah selesai!" Putranya m
"Mommy, Uncle dan Aunty mau menikah!" Perkataan putranya mengejutkan Harmoni.Dia dan Aiken sudah berada di restoran tapi mereka tidak menemukan keberadaan Joy dan Stuart. Harmoni menghubungi sahabat baiknya tapi yang menjawab justru putranya. Dia tidak mengerti apa yang telah terjadi, apalagi perkataan putranya itu. Dia menanyakan di mana mereka berada dan cukup terkejut karena mereka berada di kantor catatan sipil. Harmoni mengajak suaminya pergi ke sana tapi dia masih berbicara dengan putranya. Dia bahkan ingin berbicara dengan Joy tapi Axel berkata Joy sedang berganti pakaian. "Apa maksud Axel? Apa Aunty dan Uncle benar-benar mau menikah?""Axel tidak tahu, Mommy. Aunty Joy berkata Dia suka dengan anak-anak dan Uncle mau memberikannya.""Wah," meski ucapan putranya kurang jelas tapi dia dapat mengerti apa yang dimaksudkan. "Jika begitu Mommy dan Daddy akan segera pergi ke sana.""Cepat, Mommy. Axel mau makan enak!" Ucapan putranya membuat Harmoni tertawa. Sepertinya Axel belum
“Aunty!” Teriakan Axel mengalihkan perhatian Joy yang sedang menunggu Harmoni.Joy berpaling melihat ke arah pintu masuk. Sedotan yang ada di mulut terjatuh. Dia tampak mengagumi sesuatu tetapi bukan Axel yang sedang melambai ke arahnya melainkan Stuart yang berjalan masuk.Axel berada di dalam gendongan Stuart. Tatapan Joy tidak berpaling sama sekali dari pria itu. Entah kenapa dia merasa Stuart seperti hot Daddy yang begitu menggoda.Pria itu menghampirinya dengan gagah. Dia menggendong Axel dengan satu tangannya saja sehingga otot tangannya terlihat. Joy mulai mengaduk minuman, dia masih terlihat terpana.“Aunty, Axel datang untuk makan enak!” Axel kembali memanggilnya tapi perhatian Joy tak teralihkan dari wajah Stuart.“Aunty?” Axel kembali memanggil.“Oh, hm,” Joy mengalihkan perhatiannya, “Aunty juga ingin makan enak,” minumannya kembali diseruput. Dia baru menyadari jika Stuart terlihat tampan.“Aunty, Aunty lihat apa?” Pertanyaan itu mengalihkan perhatiannya.“Oh, tidak. Mana
Tom makan dengan lahap, makanan yang baru saja disediakan. 3 tahun berada di sana, dia justru menikmati hidupnya. Walaupun dia terkurung di tempat itu dan tidak bisa pergi kemanapun tapi dia menjalani kehidupannya dengan nyaman.Tidak ada yang menyiksa dirinya. Dia pun diberi makan. Dia tidak perlu memikirkan apa pun. Dia tidak tahu apa yang terjadi karena Harmoni tidak pernah datang lagi setelah hari itu.Dia menebak Harmoni telah mati dibunuh oleh Danzel. Bisa saja gara-gara kejadian itu, Aiken melupakan dirinya dan tidak berminat untuk membunuhnya lagi.Makanan yang disediakan pun tidak buruk. Dia merasa tidak seperti seorang tawanan tapi dia tak tahu jika itu adalah makanan terakhir yang akan dia nikmati.Sebuah tong besar yang terbuat dari kaca dibawa masuk ke dalam. Tom berhenti makan, dia tampak heran karena anak buah yang selalu menjaganya selama ini terlihat begitu sibuk.Dia menyimpan piring makanan yang sudah kosong ke atas lantai dan meneguk minumannya dengan cepat. Dia
Setelah menikah, mereka tidak berencana pergi berbulan madu. Harmoni tidak mau melakukannya. Dia merasa tidak perlu karena mereka sudah memiliki anak. Dia pun tidak ingin meninggalkan putranya. Dia ingin putranya mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan yaitu kasih sayang dari mereka. Siang itu dia ada janji dengan Joy. Setelah menikah, banyak yang dia lakukan. Salah satunya mengambil tulang belulang kakaknya yang masih berada di rumah sakit. Tadinya dia berencana membawa pulang tulang belulang kakaknya ke kampung halaman tapi dia mengurungkan niat dan memutuskan untuk memakamkan kakaknya di makam pribadi milik keluarga Aiken. Tidak saja kakaknya yang dimakamkan di sana. Putri kecilnya sudah dipindahkan beberapa minggu yang lalu. Dia dan Aiken pergi secara langsung untuk memindahkan makam Putri mereka. Satu hal yang dia lupakan, dia lupa dengan keadaan orang kepercayaan Danzel yang masih berada di markas Aiken. Dia belum menanyakan hal itu dan dia tidak tahu apakah pria itu ma
Beberapa waktu telah berlalu, acara pernikahan dipersiapkan dengan cepat tapi Harmoni tidak melibatkan diri karena dia sibuk menjalani operasi. Dia ditemani oleh Aiken, putra mereka bersama dengan sang nenek. Keluarga besar Aiken tentu membantu apalagi dia memiliki banyak sepupu. Mereka dengan sukarela membantu Aiken untuk menyiapkan pernikahannya dengan Harmoni sehingga Aiken berfokus dengan operasi yang dijalankan oleh Harmoni. Pernikahan itu akan diadakan secara tertutup. Tidak banyak yang diundang karena Harmoni sudah tidak memiliki siapapun lagi. Hanya Joy saja yang dia undang karena dia memang tidak begitu memiliki banyak teman. Semua persiapan sudah selesai. Operasi yang dijalani oleh Harmoni pun berjalan dengan lancar. Dia kira wajahnya tidak akan kembali lagi tapi rupanya dokter yang menangani dirinya mampu mengembalikan wajahnya seperti semula. Tidak ada bekas luka bakar, satu goresan pun tidak ada. Semuanya tampak seperti semula dan tentunya ada bagian kulit lain yan
Joy telah mendapatkan kabar jika Harmoni sudah ditemukan. Kabar itu tentu memberikan kebahagiaan baginya. Joy tidak membuang waktu sama sekali, dia bergegas kembali karena dia sangat ingin bertemu dengan Harmoni.Entah bagaimana kabar Harmoni dan entah bagaimana dia bisa lolos dari ledakan itu, dia benar-benar ingin tahu.3 tahun dia hidup dalam perasaan bersalah dan tak hentinya dia menyalahkan diri atas kematian sahabat baiknya itu tapi hari ini, kabar baik justru dia dapatkan dari Stuart. Selama 3 tahun itu pula, dia tak henti mencari keberadaan Harmoni. Meski dia tidak kembali ke tempat kejadian itu lagi, tapi dia tak henti menelusuri CCTV untuk mencari jejak keberadaan sahabat baiknya. Harmoni menunggunya di restoran. Dia telah mendapat kabar dari Stuart jika Joy ingin bertemu dengannya. Dia pun sudah tidak sabar untuk bertemu dengan sahabat baiknya dan dia berada di sana bersama dengan Aiken. Mereka baru saja dari rumah sakit untuk berkonsultasi. Luka bakar di wajah Harmoni
Harmoni pergi mandi, untuk membersihkan tubuhnya yang kotor. Aiken mencarikan baju ibunya yang dapat dipakai oleh Harmoni. Dia sudah mengatakan pada ibunya jika Axel memiliki saudara kembar tapi telah tiada.Kabar itu tentu saja membuat sedih tapi mereka tidak bisa menyalahkan Harmoni karena mereka pun tahu Harmoni hidup menderita selama ini.Aiken kembali ke kamar setelah menemukan baju yang dapat dipakaikan oleh Harmoni. dia masuk ke dalam kamar mandi tanpa mengetuk dan apa yang dia lakukan mengejutkan Harmoni.Harmoni menutupi tubuhnya dengan cepat. Jujur saja dia malu Aiken melihat tubuhnya yang dipenuhi dengan bekas luka bakar.“Untuk sementara waktu, pakai pakaian ini terlebih dahulu,” dia memberikan pakaian itu.“Terima kasih, Aiken. Bisakah keluar sekarang?”“Kenapa, apa kau tidak suka aku berada di sini?”“Tidak. Aku hanya tidak mau kau melihat tubuhku yang sudah tidak bagus ini lagi!” Harmoni memeluk lengannya. Sebagai seorang perempuan tentu dia sangat malu dengan keadaanny
Pada akhirnya, Harmoni harus kembali dengan Aiken. Dia sudah berusaha menolak dengan begitu banyak alasan tapi Aiken tidak memperdulikan apa yang dia katakan. Dia telah mencari begitu lama, lalu bagaimana mungkin dia membiarkan Harmoni pergi darinya begitu saja?Dia memaksa Harmoni untuk ikut. Dia bahkan sedikit memberikan ancaman yang membuat Harmoni tidak memiliki pilihan karena jika dia tidak pulang, maka selamanya dia tidak akan bisa bertemu dengan putranya.Itu bukanlah hal yang dia inginkan, dia menitipkan putranya bukan berarti dia tidak ingin bertemu dengan putranya lagi. Ancaman itu membuatnya tidak berdaya sama sekali.Sepotong roti berada di tangan, Harmoni memakannya dengan lahap. Dia benar-benar lapar, dia tidak peduli Aiken melihatnya. Dia tidak pernah berpikir pria itu akan mencarinya dan dia pun tidak pernah berpikir akan kembali dengan pria itu lagi.Harmoni sedikit berubah, dia lebih banyak diam dan menunduk. Dia lebih tertutup dan menjaga jarak dengan Aiken. Dia ba