Home / Romansa / Terjerat Hasrat Ayah Mertua / Bab 7. Cairan Kenikmatan Milik Pak Raja

Share

Bab 7. Cairan Kenikmatan Milik Pak Raja

Author: Cececans
last update Huling Na-update: 2025-12-12 16:57:28

"Sial!" Raja berdecak kesal melihat tonjolan dari balik celananya semakin membesar.

Raja sekarang duduk di ruang kerjanya sendirian sehingga dia bisa bebas melepaskan celananya tanpa takut ada yang melihatnya.

Ketika celana dalamnya sudah terlepas, kejantanan Raja yang berukuran sangat besar langsung berdiri tegak bagaikan mercusuar.

Hanya dengan bersentuhan dengan Aina tadi di dapur, kejantanan Raja bisa mengeras secepat ini. Padahal dengan Tari pun dia kesulitan berdiri.

Raja memakai kedua tangannya untuk mengurut pusaka kebanggaannya. "Ahh ...."

Raja mendesah sambil membayangkan tubuh perempuan yang dia habisi di hotel miliknya dua hari yang lalu.

Raja gagal mencari tahu identitas dari perempuan itu. Membuat Raja merasa frustrasi karena hanya dengannya Raja bisa turn on kembali.

Raja merilekskan punggungnya ke sandaran kursi saat dia akan mencapai gelombang kenikmatannya.

Cairan miliknya yang kental dan berwarna putih segera menyembur mengenai lantai dan meja kerjanya.

Raja mengulas senyumnya. Dia memejamkan matanya saat bayangan siluet tubuh perempuan yang berhasil membangunkan gairahnya kembali muncul di benaknya.

Milik Raja berdiri lagi. Raja memijatnya sambil menggumamkan sesuatu.

"Ini yang saya tunggu-tunggu. Ahhh ...."

Raja terus masturbasi hingga tiga kali.

Setelah puas, Raja keluar dari ruang kerjanya dan menghampiri Tari di kamar mereka.

"Mas Raja kerjanya kok lama banget sih? Kan aku udah tidak betah ingin main kuda-kudaan sama Mas," ucap Tari dengan mengerucutkan bibir tebalnya saat melihat Raja muncul dari balik pintu kamar yang terbuka.

Tapi, Raja sama sekali tak berselera bercinta dengan istrinya yang sudah menopause itu.

Rasanya menjemukan setiap bercinta dengan Tari harus memakai pelumas.

"Tari, besok aja ya. Saya lagi capek. Ingin langsung tidur," balas Raja dingin.

Tari mendengus dari balik punggung Raja yang kini tertidur menyamping.

"Gitu terus. Sampai kita punya cucu, Mas," sindir Tari.

Tapi, Raja tak menghiraukan Tari sama sekali. Memilih memejamkan kedua matanya, dan tertidur pulas.

***

Paginya Aina terkejut memandangi meja makan yang sudah terdapat lima kursi di sekelilingnya. Meski, salah satu kursinya tampak berbeda.

Aina menyajikan masakannya di atas meja makan sambil menguap kantuk. Semalaman dia kurang bisa tidur karena bermimpi buruk lagi.

Ilham yang datang bersama Della tampak begitu mesra, disusul Raja dan Tari.

Mereka semua masing-masing berpasangan. Hanya Aina yang sendiri.

Tapi, itu tak jadi pikiran.

Yang lebih Aina pikirkan sekarang adalah kehidupannya sendiri.

Bagaimana caranya Aina mendapatkan pekerjaan di luar sebelum dia diceraikan Ilham dan diusir dari rumah ini? Bagaimana caranya agar Aina bisa berdiri di kakinya sendiri tanpa menggantungkan hidupnya lagi pada keluarga ini?

Namun, pikiran Aina itu segera runtuh saat perhatian Aina teralihkan oleh wajah rupawan ayah mertuanya yang semakin bersinar pagi ini.

Raja tampak segar karena dia bisa tidur nyenyak. Padahal biasanya Raja harus meminum obat tidur dulu baru bisa terlelap.

"Masak apa hari ini?" tanya Tari menatapi makanan yang terhidang di meja dengan sinis.

Tari tidak bisa memarahi Aina seperti biasanya di depan Raja. Jadi, sebagai gantinya dia mencoba merecoki masakan menantunya itu.

"Ikan goreng, sambal bajak, tumis kangkung, dan bakwan, Ma," jawab Aina menarik kursinya sendiri untuk dia duduki setelah Raja, Tari, Ilham, dan Della sudah duduk lebih dulu.

"Cuma itu? Mas Raja tidak bisa makan itu semua. Mas Raja terbiasa di Amerika jadi lidahnya belum terbiasa. Kamu cepat buatkan Mas Raja daging panggang," tandas Tari tanpa menghilangkan nada sinis dari suaranya.

Padahal Aina baru saja hendak menyendok sarapannya, tapi justru disuruh masak lagi.

Apa boleh buat.

Tapi, di saat Aina berdiri dari kursi. Raja berucap mencegahnya.

"Tidak perlu. Saya makan ini saja. Saya malah rindu masakan rumah."

Aina menghela napas lega. Tidak ada alasan lagi ibu mertuanya itu menyuruh-nyuruhnya.

Tari mendengus, dan melanjutkan sarapannya.

Aina yang duduk berhadapan dengan Ilham dan Della berusaha menahan rasa muaknya ketika dua pasangan itu saling suap.

"Sayang, Mas mau ikannya. Tolong suapi," ucap Ilham sambil memejamkan kedua mata.

Membuat Aina bergidik. Merasa ilfeel dengan suaminya itu.

"Ini, Sayang. Buka matamu." Della menjulurkan tangannya, dan dengan rakus Ilham melahap daging ikan dari tangan Della. Lalu, menjilati tangan kekasihnya itu sampai bersih.

Aina buru-buru mengalihkan pandangan sebelum selera makannya hilang.

Tapi, pandangannya justru beradu dengan kedua mata hazel ayah mertuanya.

Ayah mertuanya menatap Aina tanpa ekspresi.

Pria itu lalu menghabiskan sarapannya dalam diam, dan segera beranjak berangkat kerja.

Walau, ayah mertuanya itu dan suaminya bekerja di perusahaan yang sama. Tapi, keduanya memilih berangkat terpisah.

"Hati-hati ya, Mas. Semangat kerjanya." Tari melabuhkan kecupan singkat yang mendarat di pipi Raja karena pria itu sudah lebih dulu menghindar sebelum ciuman Tari jatuh di bibirnya.

Della tak mau kalah dengan calon ibu mertuanya itu. Dia mencium lama bibir Ilham, dan melumatnya sedikit.

Saat ciuman Della terlepas dia berucap manis. "Semangat kerjanya, Mas sayang."

"Iya, Sayang."

Di saat mobil Raja dan Ilham sudah tak terlihat, Tari dengan penuh emosi menghampiri Aina yang sedang sibuk mencuci piring di wastafel dapur.

"Setelah cuci piring, pel rumah! Jangan malas kamu! Enak aja makan gratis di sini secara cuma-cuma!" sembur Tari pada Aina.

Aina hanya bisa mengangguk, dan melakukan perintah ibu mertuanya tanpa banyak bicara. "Iya, Ma."

Selesainya Aina dengan pekerjaannya di dapur, dia beralih menyapu dan mengepel seisi rumah.

Membersihkan rumah yang sangat besar ini sendirian sungguh menguras tenaga Aina.

Aina sampai merasa lapar lagi setelah menghabiskan satu piring saat sarapan tadi.

Lantai satu sudah bersih, kini Aina pindah ke lantai dua.

Betapa herannya Aina begitu dia masuk ke ruang kerja ayah mertuanya yang pintunya selalu dibiarkan tertutup.

Aina menemukan cairan putih kental yang sudah mengering di lantai. Dia mencoba mencoleknya sedikit, dan membauinya.

Seketika pipi Aina memanas mengetahui cairan apa ini.

-Bersambung

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Hasrat Ayah Mertua   Bab 8. Sepasang Payudara Bergoyang

    Brakk!!! "Eh, ayam!" Jantung Dodik nyaris meloncat dari tempatnya saat Raja tiba-tiba membanting tabletnya ke meja cukup keras. "Pak Raja, kenapa sih marah-marah? Masih pagi loh, Pak." Dodik tanpa sadar meringis menatap tablet atasannya itu yang malang. Selain suara tadi begitu mengerikan, dia juga merasa sayang pada benda pipih berharga belasan juta itu. Memang sih Pak Raja kaya raya. Tapi ya tidak gini juga. Pikir Dodik murung. Entah kenapa atasannya itu uring-uringan di hari yang masih pagi ini di kantor. Tapi, Raja tak menjawab pertanyaan Dodik sama sekali, Raja justru balik bertanya dengan tatapan tajam pada orang kepercayaannya itu. "Kamu sudah dapat infonya?" tanya Raja dingin tanpa ekspresi. Dodik menelan ludahnya dengan susah payah. Sekarang dia tahu apa yang membuat Raja kesal. Semuanya karena perempuan misterius yang sudah membuat junior atasannya bisa turn on kembali. Bekerja di bawah Raja selama delapan tahun, Dodik jadi mengerti kalau atasannya itu orang yang t

  • Terjerat Hasrat Ayah Mertua   Bab 7. Cairan Kenikmatan Milik Pak Raja

    "Sial!" Raja berdecak kesal melihat tonjolan dari balik celananya semakin membesar. Raja sekarang duduk di ruang kerjanya sendirian sehingga dia bisa bebas melepaskan celananya tanpa takut ada yang melihatnya. Ketika celana dalamnya sudah terlepas, kejantanan Raja yang berukuran sangat besar langsung berdiri tegak bagaikan mercusuar. Hanya dengan bersentuhan dengan Aina tadi di dapur, kejantanan Raja bisa mengeras secepat ini. Padahal dengan Tari pun dia kesulitan berdiri. Raja memakai kedua tangannya untuk mengurut pusaka kebanggaannya. "Ahh ...." Raja mendesah sambil membayangkan tubuh perempuan yang dia habisi di hotel miliknya dua hari yang lalu. Raja gagal mencari tahu identitas dari perempuan itu. Membuat Raja merasa frustrasi karena hanya dengannya Raja bisa turn on kembali. Raja merilekskan punggungnya ke sandaran kursi saat dia akan mencapai gelombang kenikmatannya. Cairan miliknya yang kental dan berwarna putih segera menyembur mengenai lantai dan meja kerjanya. Ra

  • Terjerat Hasrat Ayah Mertua   Bab 6. Namanya Pak Raja

    Semua orang tak akan percaya jika Raja adalah ayah kandung Ilham. Begitu pun dengan Aina yang baru melihatnya sekarang.Ayah mertuanya itu kembali ke Jakarta setelah menetap dua tahun lebih di Amerika. Raja masih muda. Mungkin usianya masih tiga puluh delapan tahun. Hanya selisih empat belas tahun dari Ilham. Raja juga memiliki perawakan yang tinggi gagah, dengan garis wajah seperti orang blasteran. Semua fisik yang menjadi nilai plus milik ayah mertuanya itu sama sekali tidak menurun pada Ilham. Untuk beberapa saat Aina seolah terbius oleh ketampanan Raja. Tapi, setelah ayah mertuanya balas menatapnya dengan dingin, Aina segera tercekat. "Siapa dia, Tari?" tanya Raja pada istrinya tanpa mengalihkan tatapannya dari Aina. Entah kenapa Raja merasa familier dengan perempuan belia di depannya. Dia lupa bertemu di mana, tapi dia merasa ada sesuatu dari perempuan itu yang berhasil menarik perhatiannya. Aina mengingatkan Raja pada seseorang. Tari melirik menantunya sinis karena tat

  • Terjerat Hasrat Ayah Mertua   Bab 5. Bertemu Ayah Mertua

    "Astaga! Maafkan aku. Aku kurang hati-hati." Aina buru-buru mengumpulkan pecahan gelas, dan mengelap lantai yang basah karena kecerobohannya. "Bagaimana ini? Jus lemon dariku sangat mahal loh. Bisa-bisanya terbuang sia-sia karena pembantu sialan ini," celoteh salah satu teman Ilham disertai dengusan kasar. "Pecat saja pembantumu itu, Ilham. Dasar pembantu tak berguna," tambah teman Ilham lainnya dengan mendecakkan lidah. Ilham sama sekali tak membantah teman-temannya yang mengatai Aina sebagai pembantu. Ilham juga tak membantu istrinya itu yang sedang membungkuk-bungkuk di hadapannya demi membersihkan serpihan gelas yang tercecer. "Aww ...." Satu pecahan gelas yang tajam menggores telapak tangan Aina karena dia kurang hati-hati. Darah segar mulai merembes keluar dari bagian tangannya yang terluka. Aina meringis merasakan perihnya. Tapi, hatinya kini terlampau sakit karena perlakuan Ilham, dan ucapan teman-teman suaminya itu. Meski, pakaian Aina sederhana. Dia-lah istri sah Ilh

  • Terjerat Hasrat Ayah Mertua   Bab 4. Noda Merah

    "Apa? Kalian gagal membawanya ke hotel?" Della nyaris berteriak pada pria gempal yang sudah dia bayar untuk memerkosa Aina, di telepon.Sebenarnya tadi Della berniat menjebak Aina, membuat istri Ilham itu seolah-olah sedang bersenang-senang dengan seorang pria di hotel yang sudah Della pesan sebelumnya.Sehingga Ilham semakin membenci Aina.Dengan begitu Ilham menceraikan Aina lebih cepat, dan Della bisa segera menguasai harta keluarga Ilham yang sangat banyak."Tadi dia menghilang begitu saja saat kami mengejarnya," balas pria gempal dari seberang telepon takut-takut, memicu emosi Della memuncak."Dasar kalian tidak berguna! Cuma mengatasi satu perempuan lemah saja kalian tidak becus! Aku tidak akan memakai jasa kalian lagi!" Della berteriak geram. Dia langsung mematikan sambungan telepon dengan dada bergemuruh.Sialan! Rencananya gagal! Della menendang meja tak bersalah di depannya. Dia akan berusaha mencari cara lain untuk menyingkirkan Aina. Secepatnya!"Della sayang, kenapa waja

  • Terjerat Hasrat Ayah Mertua   Bab 3. Pria Bermata Hazel

    Aina tidak tahu berapa lama dia pingsan di dalam kolam renang. Dia membuka matanya saat langit sudah gelap. Mungkin Ilham dan ibu mertuanya sudah pulang. Pikir Aina panik. Dia harus segera membuatkan makan malam untuk mereka."Ughh ...." Aina berusaha bangun dengan susah payah. Dan di saat Aina sudah dalam posisi duduk, dia merasakan rasa sakit yang berdenyut-denyut di kepala dan sekujur tubuhnya.Aina mencoba menyentuh kepalanya, dan tercekat mendapati ada darah kering di bagian pelipisnya.Mengabaikan rasa sakitnya, Aina cepat-cepat keluar dari kolam sebelum Tari melihatnya. Dia tidak mau ibu mertuanya kembali menenggelamkan kepalanya ke wastafel penuh dengan air dingin seperti yang sudah-sudah, saat mendapati Aina ketiduran karena kelelahan.Setelah berhasil keluar dari kolam renang, Aina berderap dengan kaki tertatih-tatih menuju ruang utama. Namun, rumah terlihat sepi. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Ilham, Tari, ataupun Della.Aina mendesah berat, lalu mendudukkan dirinya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status