Share

Bab 10 Menghangatkan Ranjangku

Disepanjang perjalanan menuju resto yang sudah di sepakati, sesuai permintaan bosnya. Anna menjelaskan beberapa materi di depan Daren, sebelum pada para klien.

Dengan penuh keseriusan Anna terlihat begitu memahami beberapa point yang sudah ia tuliskan dalam sebuah materi proyek, Daren yang terkesima hanya menatap kagum.

"Bagaimana, apa semua yang aku jelaskan sudah sesuai yang tuan tentukan?" tanya Anna seraya membereskan semua semua file yang ada di tangannya.

Daren seketika kembali fokus, dan kembali duduk tegap. Lalu menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Anna, dengan mode wajah seriusnya. "Hm, lumayan. Cara penyampaimu sangat mudah untuk di pahami tapi..." Daren menjeda perkataannya sejenak. .

Kening Anna berkerut dan merasa heran, entah apa lagi yang masih kurang padahal ia sudah berusaha semaksimal mungkin, dengan cara kinerjanya.

"Memangnya tapi kenapa tuan?" tanya Anna penasaran. Berharap jika pria yang ada di depannya tidak membuat dirinya kesal lagi.

Tanpa ragu Daren menjawab pertanyaan Anna. "Kamu kurang tegas Anna, aku tidak suka dengan cara bicaramu yang terlalu lembut seperti ingin menggoda para pria saja," ketus Daren memberikan jawaban.

Anna tercengang, saat mendengar kritikan sang bos. Yang selalu saja membuatnya kesal. Tapi mengingat dirinya hanya seorang karyawan. Membuat Anna berusaha untuk tetap bersabar dan terpaksa mengalah.

"Baiklah tuan, saya berusaha lebih baik lagi," Anna menundukkan wajah, rasanya ia tidak nyaman saat duduk satu kursi dengan atasannya itu.

Daren yang diam-diam menatap Anna dengan sudut ekor matanya, membuat lelaki tampan itu tanpa sadar tersenyum tipis. Entah kenapa saat melihat sekertarisnya yang tiba-tiba patuh membuat Daren sedikit senang dan terhibur.

"Kalau di lihat-lihat Anna sangat cantik dan manis juga jika jadi penurut," celetuk Daren tanpa ia sadari memuji wanita yang duduk di sampingnya.

Rudi yang tengah melajukan mobil, dia tak sengaja melihat sang bos di dalam kaca spion tampak tersenyum dan sesekali melirik ke arah Anna.

"Hm, baru kali ini aku melihat tuan tersenyum, apa beliau suka ya sama nona Anna?" Rudi bertanya-tanya dalam hati, tanpa sengaja ia tak melihat lubang yang ada di depan sana. Sampai membuat posisi mobil oleng dan...

BLUGH!

"Aw!!" pekik Anna yang tak sengaja terjeduk ke arah sandaran jok yang ada di depannya, sampai semua berkas yang ia pegang tanpa sengaja terjatuh ke bawah sana.

Daren yang sedikit kaget, dengan nada yang meninggi langsung menegur sang asisten. Agar membawa mobilnya dengan hati-hati.

"Rudi! kau ini apa tidak bisa menyetir kenapa membuat orang duduk tidak nyaman saja," bentak Daren. Dengan cepatnya Rudi meminta maaf dan mengakui kecerobohannya.

"Tuan, nona Anna tolong maafkan saya," sesal Rudi yang kembali fokus melajukan mobilnya kembali.

Daren yang kesal dia tidak menggubris permintaan maaf Rudi, namun melihat Anna yang sedang memunguti berkas-berkas di bawah, seketika membuat hati Daren tak tega dengan spontan dia pun mulai membantu Anna, menggambil berkas penting tentang semua materi meeting dan kontrak kerja samanya yang telah Anna ketik baik-baik dan...

Seketika tangan Anna tak sengaja tersentuh oleh Daren, membuat wanita cantik itu terkejut dengan jantung yang berdegup kencang. Begitu juga dengan Daren. Tatapan kedua insan itu pun tak sengaja saling bertemu dan saling pandang satu sama lain.

Deg!

Melihat bibir merah ranum Anna, seketika membuat Daren sebagai seorang pria dewasa. Seolah hasratnya kembali terpancing. Apa lagi saat bayangan terlihat ambigu di dalam pikirannya kembali muncul.

"Biar aku saja yang membereskannya tuan," Anna berusaha menjaga jarak. Setelah memungut semua bekas penting perusahaan.

Daren yang masih terdiam, tanpa sengaja melihat kening Anna berdarah membuatnya sedikit cemas dan segera memastikan.

"Tunggu Anna! keningmu berdarah," Daren memberitahukan sembari menyapu rambut dan melihat luka kecil sang sekertaris.

"Berdarah," Anna berusaha menyentuh keningnya, lalu tanpa sengaja tangan mereka kembali bertemu dan bersentuhan lagi.

Suasana di dalam mobil terasa hening dan canggung. Tak ingin di tuduh menggoda lagi Anna menepis pelan tangan Daren yang mendarat di keningnya.

Daren tercengang, saat melihat sikap Anna yang lagi-lagi seolah menghindari dan seolah tak ingin berinteraksi dengannya, membuat Daren sedikit tersinggung.

"Keningmu sedikit berdarah Anna, diamlah sebentar. Aku akan membantumu untuk memakaikan krim luka."

"Tidak usah tuan, aku bisa sendiri," Anna berusaha menolak. Tapi Daren tetap pada pendiriannya..

"Patuh sedikit, aku tidak mau jika sampai meeting ini gagal hanya karena kamu terluka," tegas Daren dengan alasannya, dan segera meraih kotak P3K lalu perlahan mulai membantu membersihkan luka di kening, sebelum menempelkan plester di kening Anna.

Anna yang merasa canggung dan tidak nyaman, terpaksa harus patuh dan diam, saat Daren tengah mengobatinya. " Kenapa dia repot-repot ingin membantuku?" batin Anna bertanya-tanya, lalu berusaha membuang pandangan ke samping.

***

Sementara suasana malam di Paris terasa dingin.

Renata yang baru saja tiba di sebuah restoran termahal di sana, wanita berambut pirang dan bertubuh seksi itu pun perlahan berjalan dengan langkah pelan dengan memakai long dress tanpa lengan, dan belahan paha yang cukup tinggi serta belahan dada yang begitu rendah.

Membuat wanita yang berprofesi sebagai model itu terlihat lebih percaya diri, saat menghampiri seorang pria yang tak lain adalah tuan Andrew. Pria paruh baya itu tengah duduk sambil meneguk kopi.

"Selamat malam, apa benar anda adalah tuan Andrew?" tanya Renata yang berdiri tepat di depan pria berjambang tebal itu sembari memancarkan senyum genit.

Pria itu terkejut, selain pengusaha tas ternama dia juga terkenal sebagai seorang Casanova yang begitu loyal terhadap para wanita di sekelilingnya.

Melihat sosok Renata dari ujung kaki ke atas rambut, dengan penampilan yang begitu seksi dan menggugah hasratnya. Membuat pria paruh baya itu menelan salivanya beberapa kali, bahkan pria itu terlihat seperti hewan buas yang begitu senang saat melihat mangsanya yang sudah ada di depan mata.

"Benar, aku Andrew. Apakah nona ini adalah nona Renata yang ingin menjadi model brand perusahanku?" jawab Andrew berbalik tanya.

"Hmm, anda benar tuan. Aku Renata. Senang sekali bisa bertemu dengan anda," Renata memancarkan senyuman lebar di bibir merah merekahnya sembari menyodorkan tangannya.

Tentu saja pria itu mendengus dan mencium tangannya dengan penuh hasrat yang menggebu-gebu, seolah sudah tak sabar ingin mencicipi wanita daun muda yang ada di depannya itu.

Cup!

"Ternyata nona Renata sangat cantik." Sanjung Andrew.

Renata hanya tersenyum, ia tidak peduli syarat apa yang nanti akan di ajukan oleh Andrew yang lebih penting dia harus mendapatkan job yang sedang di incar para model di luaran sana.

"Duduklah, aku sangat senang bisa bertemu langsung denganmu nona Renata. Ku dengar kau ingin mendaftar sebagai brand ambassador tas yang akan aku lauchingkan, sebenarnya aku bisa memilihmu tanpa harus mengikuti seleksi, tapi ada syaratnya," kata Andrew menyeringai penuh arti.

Renata yang baru duduk, perlahan ia meminum segelas kopi yang sudah tersedia di atas meja. Lalu menanggapi perkataan Andrew.

"Benarkah itu tuan, jadi katakan saja apa syaratnya?" tanya Renata dengan nada yang seolah menantang.

Melihat sikap Renata, membuat pria berusia hampir kepala lima itu pun tanpa ragu lagi mengungkapkan kemauannya.

"Aku akan memilihmu, asalkan malam ini nona Renata bisa menghangatkan ranjang ku," bisik Andrew sembari menjilat lidah.

Mendengar perkataan lawan bicaranya, Renata hanya tersenyum lebar. "Jika itu syaratnya, aku bisa melakukannya, asal sesuai kesepakatan," Renata tanpa ragu setuju dengan syarat yang di katakan oleh pria tua yang seumuran dengan mendiang sang ayah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status