Share

2. Striptease Dancer

Kikan tidak tahu pekerjaan seperti apa yang akan diberikan oleh Adelia untuknya dan Manda. Yang Kikan tahu, bayaran untuk pekerjaan itu sangatlah tinggi sehingga membuat Manda sangat tergiur saat mendengarnya.

Sebenarnya Manda sendiri bisa sangat tergiur seperti itu adalah karena dorongan untuk membayar hutang mereka. Manda sampai kalap dan langsung menerima tanpa bertanya soal pekerjaan apa yang akan mereka lakukan nantinya.

Saat ini Kikan dan Manda sudah berada di sebuah ruangan di salah satu kelab malam terkenal di Jakarta. Ya, Adelia adalah salah satu pekerja di kelab ini. Dan sekarang wanita bertubuh seksi itu akan menyeret Kikan berserta sahabatnya ke dalam dunia gemerlap itu bersama.

“Oke, kuperhatikan tubuh kalian berdua nggak jelek-jelek banget. Terutama Kikan, tubuh kamu cukup bagus dengan kulit putih susu itu.” Adelia memindai tubuh Kikan dan Manda dari ujung kepala hingga kaki.

Kikan meneguk saliva dengan sedikit berat. Entah mengapa perasaannya tiba-tiba terasa tidak nyaman saat mendengar ucapan Adelia barusan. Apa hubungannya pekerjaan yang akan mereka lakukan nantinya dengan keindahan tubuh?

“Del, jangan bilang pekerjaan kami nanti adalah menjual diri?” Kikan tak bisa menahan pemikirannya. Ia langsung bertanya untuk mendapatkan jawaban pasti.

Adelia sontak terkekeh saat mendengar pertanyaan Kikan barusan. “Ey, enggak lah. Kalian cuman jadi penari striptis kok,” ujarnya begitu enteng. “Di mana lagi kalian bisa dapat bayaran tinggi padahal cuman nari-nari doang?” sambungnya tersenyum lebar.

Kedua mata Kikan sontak membulat dengan sempurna. Penari striptis? Kikan tidak salah mendengar ‘kan?

“Kamu bilang penari striptis? Bukannya itu penari ....” Kikan tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Bahkan memikirkannya saja membuat Kikan merasa malu. Apalagi jika ia harus melakukannya di depan pria asing!

“Yups! Penari seksi untuk menghibur para tamu-tamu kaya,” jawab Adelia sembari memperagakan tarian seksi yang ia tahu. Sebenarnya Adelia sendiri bukan penari striptis, ia melakukan pekerjaan lain yang akan mengejutkan Kikan dan Manda jika keduanya tahu.

Kikan menggeleng tegas. Ia tidak bisa menerima pekerjaan itu meskipun katanya bayarannya sangat tinggi. Bagaimana bisa Kikan menjatuhkan harga dirinya untuk melakukan pekerjaan semacam itu?

“Enggak. Kita nggak bisa melakukan pekerjaan itu, Manda!” Kikan menatap Manda yang sedari tadi diam di atas pijakan.

Raut wajah Adelia tiba-tiba berubah tidak senang. Ia sudah mati-matian meyakinkan atasannya untuk mempekerjakan kedua orang ini. Kalau keduanya tidak jadi bekerja, ke mana Adelia harus mencarikan penggantinya dalam waktu yang singkat ini?

“Kalian jangan begini. Aku sudah mati-matian meyakinkan atasanku untuk mempekerjakan kalian. Kalau kalian hanya main-main, seharusnya jangan memintaku untuk mencarikan pekerjaan! Lagi pula, bukannya Manda bilang kalian lagi perlu duit yang banyak untuk bayar hutang?”

Ah, iya hutang. Kikan hampir melupakan hal itu. Namun tetap saja menjadi penari striptis bukan jalan keluar untuk keduanya!

“Del, bisa tinggalin kita berdua sebentar nggak? Aku mau bicara sama Kikan dulu, kamu tunggu di depan dulu ya,” pinta Manda dan Adelia setuju untuk menunggu di luar.

Sepeninggal Adelia, Manda langsung menangkap kedua tangan Kikan yang masih memasang wajah masam. “Kikan, aku tahu berat bagi kamu untuk melakukan pekerjaan itu. Bagiku pun sama, Kikan. Aku juga merasa berat.”

Kikan mengangguk pelan. “Ya makanya. Kita pergi aja sekarang. Tanpa melakukan pekerjaan ini kita pasti bisa mendapatkan kekurangan uang untuk bayar tunggakan.”

Manda menggelengkan kepala dengan mantap. Tatapannya berubah penuh harap dan saat itu juga Kikan langsung tertegun.

“Please, Kikan. Sekali ini saja.” Manda memohon dengan sungguh-sungguh. Meminta sahabat baiknya itu untuk menerima saja pekerjaan sebagai penari striptis itu. “Lagian cuman malam ini aja, nggak akan ada lain kali. Aku janji sama kamu,” sambungnya kemudian.

Kikan menatap Manda dengan penuh kecewa. Ia tidak percaya bahwa seorang Manda mau menjatuhkan harga dirinya untuk mendapatkan beberapa nominal rupiah.

“Sorry, Manda. Aku nggak bisa. Kita cari jalan keluar yang lain ya.” Suara Kikan terdengar pelan namun tetap tegas di telinga Manda.

Manda menundukkan kepala. Pikirannya telah berkecamuk tidak karuan. Bagaimanapun mereka harus mendapatkan uang jika tidak ia akan dipaksa menikah dengan Badar.

“Kalau gitu, lebih baik aku mati aja. Aku lebih baik mati daripada harus jadi istri pria tua bangka itu. Sekarang sudah hampir tengah malam, Kikan. Dan kamu bahkan masih belum menerima gaji kamu. Itu artinya peluang untuk bisa membayar iuran sangat kecil.” Suara Manda terdengar berat. Ia serius dengan ucapannya ingin mengakhiri hidup.

Kikan langsung menangkup kedua pipi Manda yang siap menangis. “Jangan bicara begitu! Aku nggak akan membiarkan kamu melakukan hal bodoh itu. Oke, aku akan menuruti keinginan kamu untuk menerima pekerjaan ini. Tapi kamu harus janji bahwa hanya untuk malam ini saja dan nggak akan ada lain kali.”

Manda mengangguk mantap. “Aku janji!” serunya antusias.

Setelah sepakat akan melakukan pekerjaan itu, Manda dan Kikan bergegas keluar mendatangi Adelia yang menunggu di depan ruangan.

“Bagaimana? Apa kalian sudah memutuskan?” tanya Adelia.

“Kami akan melakukannya,” sahut Manda dan Kikan hanya diam saja membungkam mulutnya.

“Good! Kalian mengambil pilihan yang tepat! Sekarang ganti pakaian kalian dengan ini dan jangan lupa untuk berdandan.” Adelia menyerahkan satu bag kecil berisi pakaian kepada Manda. “Jangan membuatku menunggu terlalu lama. Klien kalian malam ini adalah orang-orang penting jadi berdandan yang cantik!”

Manda mengangguk pelan sebelum akhirnya menarik Kikan untuk kembali masuk ke dalam. Tak ingin membuang waktu, Manda segera membuka tas kecil yang Adelia berikan. Ternyata di dalam tas itu terdapat beberapa pakaian super seksi yang langsung membuat Kikan bergidik ngeri saat melihatnya.

“Manda, apa seperti ini bisa disebut pakaian?” Kikan menenteng pakaian seksi di hadapan Manda. “Dan ini, kenapa mereka meminta kita hanya mengenakan pakaian dalam? Astaga, Tuhan,” sambungnya saat melihat satu set pakaian seksi yang lain.

Manda bergumam pelan sementara kedua matanya sibuk melihat-lihat pakaian mana yang harus dia kenakan. “Aku akan mengenakan ini. Dan kamu bisa mengenakan ini,” ucapnya memberikan satu set pakaian kepada Kikan.

Kedua mata Kikan sontak membulat saat melihat pakaian seperti apa yang Manda pilih untuk kenakan. “Kamu yakin mau memakai ini? Dada kamu bisa terekspos dengan jelas kalau hanya mengenakan itu, Manda!”

“It’s okay, Kikan. Sekarang ayo ganti baju dan berdandan.”

Manda mendorong tubuh Kikan untuk membuatnya segera berganti pakaian. Tidak perlu waktu lama, keduanya benar-benar bergegas sebab Adelia terus mendesak mereka untuk segera keluar dari ruangan.

“Wow! Kalian berdua benar-benar sangat seksi,” cicit Adelia saat melihat Kikan dan Manda.

Baik Manda ataupun Kikan sama-sama tidak menjawab ucapan Adelia barusan. Kedua orang itu hanya fokus melangkah mengekori Adelia menuju ke sebuah ruangan di lantai atas. Saat mereka tiba di depan sebuah ruangan yang bertuliskan Room 8, Adelia membalik tubuhnya untuk memandangi Manda dan Kikan bergantian.

“Aku peringatkan kalian sekali lagi. Orang-orang yang ada di dalam ruangan ini adalah orang penting. Jadi turuti saja semua keinginan mereka, apa pun itu. Oke?”

Kikan mengangkat tangan kirinya. “Bagaimana kalau seandainya mereka ingin melecehkan kami? Apa kami juga harus menurut saja?” tanyanya dengan raut tidak senang.

Adelia menggaruk pelipis kanannya yang tidak benar-benar gatal. “Maka kamu boleh menolaknya jika bisa. Sekarang ayo masuk!!!” ujarnya kemudian membuka pintu ruangan lalu mendorong kedua orang itu masuk ke dalam sana.

Saat Kikan baru saja memasuki ruangan nomor delapan itu. Satu-satunya hal yang ia tangkap adalah keberadaan seorang pria yang duduk tak jauh darinya. Pria itu nampak mematung dengan mata membulat menatap ke arahnya.

“Ada apa dengan pria itu? Kenapa dia menatapku seperti itu?” gumam Kikan tak senang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status