Share

Bab 3 Kenyataan Tak Terduga

Author: Clavita SA
last update Last Updated: 2023-08-30 20:29:02

Dengan tubuh sempoyongan, Nara menyelesaikan langkah kakinya untuk menuju kamar. Nafasnya tersengkal-sengkal membuat salah satu tangannya bertumpu di pintu kamar dengan badan agak condong ke depan. Perlahan, ia mengatur nafasnya sebentar sebelum memasuki kamar.

"Tatapannya membuatku sulit bernafas, apalagi saat membayangkan tubuhnya yang ...."

"Apakah aku akan kuat jika nanti dia memintanya?"

Nara kembali dihantui bayangan menakutkan saat dirinya nanti harus meladeni birahi pria itu demi memenuhi kontrak pernikahan yang sudah tertulis yang menyatakan bahwa dirinya harus melahirkan seorang bayi yang sehat.

Kriieett! Pintu dibuka perlahan.

Setelah sekiranya nafas kembali normal, ia pun mengayunkan kakinya memasuki kamar, lalu pintu itu ditutupnya kembali.

Namun, setibanya di sana ia malah dikagetkan dengan sosok pria bertubuh tegap dengan rambut ikal yang perlahan berbalik badan sembari melontarkan sebuah senyuman kepadanya.

"Reyhan ...!" seru Nara dengan kaki terhenti seketika.

Pria itu mendekat perlahan, tetapi Nara hanya diam mematung menyaksikan mantan kekasihnya yang tiba-tiba berada kamar tanpa tahu dari arah mana ia masuk.

"Aku tidak boleh diam saja," batinnya.

Dengan sedikit keberanian, Nara berjalan ke arah Reyhan.

"Apa yang kamu lakukan di sini?"

Reyhan dengan santainya malah menjawab. "Kamu pasti kaget dengan keberadaanku yang tiba-tiba ini, kan?"

"Bagaimana caranya kamu bisa masuk ke sini? Bukannya hanya pihak keluarga saja yang boleh memasuki area sini?"

Reyhan mendekat ke arah Nara. "Memang benar. Dan aku ini sepupu suamimu." Sebelumnya, Reyhan pun sudah mencari tahu di mana keberadaan kamar Nara, sehingga dengan begitu ia bisa memasuki kamar tersebut untuk melancarkan tujuan liciknya.

Nara yang mendengarnya langsung terperangah kaget. Ia sungguh tidak percaya dengan kenyataan itu.

"Bagaimana bisa kebetulan begini?" batin Nara dengan mata membelalak.

"Tenang saja, aku datang ke sini bukan untuk mengganggu. Aku hanya ingin sedikit membantu. Sebenarnya, aku juga menyesal karena telah memutuskan hubungan kita secara sepihak, tapi ...."

Nara berbalik badan. "Lebih baik kamu keluar dari kamar ini! Tidak usah kamu ingat-ingat lagi cerita masa lalu kita!"

"Nara, aku hanya ingin membantumu sedikit saja sebagai permintaan maafku. Apa itu salah?"

Perkataan itu membuat kelopak matanya naik dengan bulu mata yang menjadi tampak lentik.

"Apa maksudnya? Apa dia sedang mengelabuiku seperti waktu dulu?" batin Nara. Dirinya masih menaruh curiga atas perkataan Reyhan.

Meskipun begitu, ucapan Reyhan ini membangkitkan rasa penasaran yang semakin menyeruak.

"Memangnya apa yang sekarang bisa kamu lakukan?"

Reyhan mendekat dan menghadapkan tubuhnya pada Nara. "Aku bisa membantumu tentang hal apapun mengenai suamimu. Karena aku yang lebih tahu segala sifatnya."

Nara mengernyit tanpa kata.

"Bukan apa-apa, aku hanya ingin memberitahumu agar berhati-hati saja. Aku sudah menyadari kesalahanku dan sudah seharusnya aku menebus itu semua dengan menolongmu."

"Jangan bertele-tele, aku tidak punya waktu untuk meladeni omong kosongmu. Lebih baik sekarang tinggalkan kamar ini. Aku tidak mau suamiku mengira yang tidak-tidak mengenai kehadiranmu di sini!"

Reyhan berjalan perlahan menuju pintu dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.

"Baiklah. Tapi, jangan merengek minta tolong padaku kalau di masa depan sesuatu terjadi padamu. Lagi pula, aku sudah memperingatkan. Dan lagi, apa ada orang yang mendatangimu dengan maksud menolong selain aku?"

Kini, Nara semakin dibuat bimbang oleh ucapan Reyhan. Jika di pikir-pikir, selama berada di sana, memang tak satupun orang yang bersikap ramah kepadanya.

Alih-alih mendapatkan keramahan, Nara hanya mendapatkan rasa sakit hati atas tindakan Sarah yang bahkan berani memfitnah dirinya.

Kini, hatinya kian diombang-ambing atas pikirannya sendiri. Hingga ....

"Tunggu sebentar!"

Entah benar atau salah. Nara hanya mencoba untuk mengetahui sesuatu dari pria yang tampaknya serius ingin membantunya itu.

"Apa kamu mau? Kenapa ingin membantuku? Katakan sejujurnya!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 162 Pengungkapan Rasa (TAMAT)

    "Papa mau ketemu dengan istriku. Apa dia ada di sini?" tanya Rivanto."Ada, Pa. Tunggu sebentar biar saya panggilkan dulu!" sahut Ardhan sembari bangkit dari duduknya.Ardhan pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu. Ia membuka pintu itu perlahan. Rupanya, di depan pintu sana sudah ada Nara yang tampak khawatir sekaligus penasaran dengan pembicaraan antara Ardhan dengan Rivanto -- Ayahnya."Bagaimana kondisinya sekarang, Nak?" tanya Verra dengan antusias."Dia bicarakan soal apa sama kamu, Mas?" tanya Nara dengan serius.Ardhan pun perlahan menjawabnya satu persatu."Ma, katanya Papa mau ketemu."Tanpa mendengarkan kalimat lanjutan dari Ardhan, Verra pun bergegas masuk untuk melihatnya.Nara menarik tangan Ardhan dan mengajaknya untuk bicara sambil duduk di kursi tunggu itu."Mas, ceritakan sama saya, apa yang Papa katakan sama kamu. Dia tidak mengatakan hal yang aneh-aneh, 'kan?"Ardhan tersenyum senang. Ia menatap lekat-lekat sepasang mata Nara."Papamu sepertinya sudah sanga

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 161 Indahnya Perdamaian

    Kakek Roland yang yang menyaksikan Verra terduduk lemas di lantai pun bergegas menghampiri."Ada apa? Kenapa?" tanyanya dengan santai. Verra merasa kesal. Dalam hati ia menggerutu sembari menatap wajah Kakek Roland yang penuh ambisi itu.'Kalau bukan karenamu, dia pasti tidak akan mengalami ini? Kenapa dia memiliki Ayah seperti dirimu?' Hidungnya berkerut dengan tangan mengepal di lantai.Air mata itu disekanya dengan tangan. Ia memegang ujung meja dan berusaja bangkit dari duduknya. Walaupun tubuhnya masih terasa lemas, tetapi ia berusaha bangkit untuk pergi menemuinya suaminya yang terbaring di rumah sakit."Kenapa malah diam saja? Beritahu aku kenapa? Ada apa ini?"Verra menoleh. "Suamiku mengalami kecelakaan!" jawabnya ketus.Alih-alih peduli dengan Rivanto, Kakek Heraldo yang mengetahui musibah ini malah menyalahkan Ardhan atas apa yang terjadi."Ini semua karena pria itu! Kalau saja tidak membawa Nara pergi, pasti suamimu tidak akan menyusul mereka sampai mengalami kecelakaan

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 160 Cinta Suami Yang Tulus

    Setelah suara kecelakaan itu terdengar sangat nyaring, orang-orang yang berseliweran di sana pun langsung terhenti dan menghampiri korban kecelakaan. Terutama mereka berkerumun hingga membentuk lingkaran sembari melihat kondisi Rivanto yang jauh lebih parah dibanding yang mengemudikan mobil.Darah bercucuran dengan banyak robekan pada kulitnya yang membuat orang-orang bersimpati. Tetapi, untungnya dengan gesit ada salah seorang di antara mereka yang langsung menghubungi ambulance."Mas, ayo kita lihat!" ajak Nara dengan antusias.Tanpa menyahut, Ardhan keluar dari mobil itu untuk mengikuti keinginan Nara. Dirinya akan mengusahakan apapun yang Nara inginkan, asalkan itu masih dalam batas wajar.Nara dengan cepat langsung berjalan memasuki kerumunan untuk melihat korbannya. Begitu melihatnya dengan jelas di depan mata. Sontak, tubuh Nara lemas dengan air mata mengalir deras melihat Ayahnya yang dalam keadaan tak berdaya.Ardhan yang mendengar suara tangisan Nara itu segera menghampiri

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 159 Entah Karma atau Apa?

    Tanpa mempedulikan apapun lagi, Nara berlari keluar dari rumah itu. Di susul oleh Ardhan yang melihat istrinya tengah dilanda kekecewaan yang mendalam.Rivanto yang tidak mau Nara benar-benar pergi sampai tidak bisa lagi ia temui pun membuatnya bergegas menyusul. Nara sudah memasuki mobil, begitu juga dengan Ardhan yang terus mengikuti istrinya, karena dirinya tidak mau jika sampai terjadi sesuatu kepada Nara tanpa sepengetahuan dari dirinya."Mas, tolong cepat jalankan mobilnya! Saya tidak mau kalau mereka mengejar saya dan tidak membiarkan saya menemui Mas lagi!" pinta Nara dengan gelisah.Rasa yang semakin tidak karuan membuat Nara seakan ingin menyalakan mobil itu sendiri. Tetapi, sayangnya yang saat itu menyetir adalah Ardhan.Begitu selesai menyalakan mesin mobil, Ardhan langsung tancap gas pergi. Bukan maksud Ardhan membuat Nara durhaka kepada orang tuanya, hanya saja ia juga tidak rela jika melihat Nara tersiksa. Terlebih lagi keadaan istrinya sedang hamil muda."Saya tahu ka

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 158 Bersama Melawan Badai

    Rico yang ada di luar rumah itu hanya menyimak. Dirinya sama sekali tidak berani ikut campur atas masalah keluarga majikannya."Pokoknya aku tidak setuju! Aku cuma mau Nara menikah dengan pilihanku!" Kakek Heraldo tetap menentang pilihan Nara. "Kamu tahu 'kan Kendra itu seperti apa orangnya? Dia itu anak yang baik dan lebih terpandang! Berasal dari lulusan ternama di luar negeri! Lalu, suamimu apa kelebihannya? Dia belum tentu sehebat Kendra!" sanjung Kakek Roland untuk Kendra di depan Nara, Rivanto dan Verra.Verra yang merasa hanya seorang wanita tidak berani membantah ataupun angkat bicara. Ia hanya terdiam ketika Ayah mertuanya cukup membuatnya geram."Kek! Kenapa Kakek ikut campur dengan urusan pernikahan aku? Tidak bisalah membiarkan aku bahagia dengan pilihanku? Aku mencintai Mas Ardhan, aku juga tidak mau kehilangan dia! Apapun keputusan Kakek, Kakek tidak bisa semena-mena mengatur hidupku! Aku ini juga manusia, bukan piala bergilir yang dapat dengan bebas diperebutkan oleh

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 157 Manusia Pengacau

    Nara memegang perutnya, lalu ia mengelus-elusnya secara perlahan. Rivanto terdiam, ia terus memperhatikan anaknya yang bertingkah aneh baginya."Kamu .... Jangan hilang kamu ....?" Rivanto mulai menduganya. Tetapi, ia belum berani untuk mengatakan hal tersebut."Benar, Pa. Papa tidak salah lagi kalau mengira aku lagi hamil. Sekarang ini aku memang lagi mengandung janin dari Mas Ardhan. Setelah tahu ini, aku harap Papa tidak lagi memikirkan dendam lama Papa. Aku hanya ingin keluarga kita tenang dan damai!" tutur Nara dengan lirih. Nada bicaranya sudah terdengar pasrah. Nara hanya mengusahakan, agar dirinya menjadi tenang. "Tidak Nara! Papa 'kan sudah memperingatkanmu supaya jangan sampai hamil anaknya!"Verra yang tak sengaja mendengar kabar kehamilan Nara itu langsung mendekat dan duduk di samping Nara. "Benarkah, Nak?" Berbeda dengan Rivanto yang kecewa karena Nara mengandung anak Ardhan, Verra malah tampak senang karena dirinya akan memiliki cucu. Sudah sekian lama ia menantikan k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status