Share

Bab 15

Author: Lucy
Dimas menepuk kepala Amel dengan pelan dan berkata, "Ya, untung saja ada kamu."

Amel tersenyum malu, kemudian dia meletakkan barang yang dibeli dari pusat belanja di ruang tamu. Kemudian, dia duduk di atas karpet dan mulai membongkar barang-barang.

"Taplak meja, bumbu masak, peralatan makan ...."

Setelah selesai, Amel membawa barang-barang tersebut ke dapur dan memberikan taplak meja kepada Dimas. "Kamu pasang taplak mejanya."

Dimas merasa tidak terbiasa menggenggam taplak meja berwarna krem dengan pinggiran berenda dan bermotif bunga putih.

Warna dan motif seperti ini sama sekali tidak cocok dengan pria sepertinya.

Namun, imut juga.

Dimas memasang taplak meja dan memasukkan bunga yang dibeli oleh Amel ke dalam pot bunga.

Setelah mereka menyusun barang, Amel naik ke lantai atas untuk berkeliling dan sudah memiliki ide untuk mendekorasinya.

Mereka memesan makanan pesan antar sebagai makan siang. Setelah makan, mereka mulai merapikan kamar lagi.

Perlengkapan kasur yang baru dibeli juga sudah dicuci dan dikeringkan. Amel pun pergi ke kamar utama untuk mengganti seprai, sedangkan Dimas terus mengikuti di belakangnya seperti anak ayam.

Melihat Amel memberinya seprai, Dimas pun berpura-pura membentangkan seprainya dengan terlatih dan memasukkan kepalanya ke dalam.

Amel tertegun melihat Dimas yang ikut terkunci oleh ritsleting seprai.

Apakah biasanya Dimas juga memasang seprai dengan cara seperti itu di rumah?

Amel berusaha keras untuk menahan tawanya.

Setelah agak lama, Dimas pun melihat hasil kerja kerasnya dengan puas, yaitu seprai yang dia pasang sendiri.

Sepanjang hidupnya selama 30 tahun, Dimas tidak pernah tinggal di kamar sehangat ini. Ditambah dengan senyuman Amel yang imut, hati Dimas terasa hangat.

Melihat seprai yang berantakan, Amel juga tidak tega untuk mengatakannya.

Amel hanya menghampiri kasur, kemudian menarik dan mengibaskan kedua ujung seprai sehingga menjadi rapi.

Ekspresi Dimas tampak seperti sudah paham, kemudian dia berkata, "Istriku memang jago."

Amel pun tertawa, jangan-jangan suaminya tidak pandai mengerjakan pekerjaan rumah? Dia akan memperhatikannya di hari-hari berikutnya.

"Kamar utamanya memang sangat besar, tidurku juga sangat tenang. Kamu pasti akan memerlukan ruang baca untuk kerja, aku nggak akan menyentuh ruangan itu, jadi kamu bisa mendekorasinya sesuai dengan keinginanmu."

"Itu hanya tempat untuk kerja, nggak perlu didekorasi."

Pasti Dimas hanya tidak pandai mendekorasi, 'kan? Tatapan Amel seolah sedang mengejeknya. Kemudian, mereka berdua turun ke bawah.

Setelah didekorasi, ruang tamunya pun berubah. Hanya saja, berbagai bungkus paket yang menumpuk di lantai masih harus dibersihkan.

Dimas berinisiatif mengajukan, "Biar yang berberes, kamu istirahat saja."

Amel memang sudah merasa agak lelah. Dia mengangguk dan pergi mencuci tangan, tapi dia tidak bisa menahan diri untuk melirik Dimas.

Tampaknya Dimas memang tidak sering mengerjakan pekerjaan rumah. Meskipun demikian, dia tetap berinisiatif untuk mengerjakannya, setidaknya dia lebih baik daripada pria yang hanya bisa bicara saja.

Dari kemarin, Amel tidak tahu bahwa dia salah menikahi orang. Namun, dia terus mengkhawatirkan apakah dirinya menikah dengan orang yang salah. Setelah berhubungan hari ini, Amel merasa bahwa Dimas sangat baik. Dimas sangat sopan, juga sangat memperhatikan perasaannya.

Amel menggigit bibirnya dan berbicara sambil tersenyum, "Malam ini kamu mau makan apa?"

"Aku nggak pilih-pilih makan, kamu mau makan apa? Aku akan membawamu pergi makan." Dimas tersenyum. Mungkin orang-orang di sekelilingnya akan terkejut jika mengetahui hal ini.

Pencernaan Dimas sudah tidak bagus sejak kecil, jadi orang rumahnya mempekerjakan seorang ahli gizi untuk merawatnya. Bisa dibilang bahwa perutnya lebih berharga daripada emas, perutnya akan langsung sakit begitu ada sedikit masalah. Namun, sekarang dia malah bilang dirinya tidak pilih-pilih makan?!

Amel tidak mencurigainya, tapi dia tidak menyetujui pendapat Dimas, "Makanan di luar nggak akan lebih bersih daripada masakan rumah. Aku bisa membuat masakan lokal dan masakan barat, biar aku masak saja!"

Amel bahkan mendengus dengan bangga, jelas sekali dia sedang pamer.

...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 541

    Lidya sudah terbiasa bebas dan tidak ingin terlalu cepat terikat oleh pernikahan."Baiklah, kita berdua nggak perlu terburu-buru. Orang tuamu dan orang tuaku mungkin sudah nggak sabar untuk menyuruh kita menikah karena ingin segera punya cucu," kata Andi dengan nada bercanda."Kalau Amel nggak menceraikan Dimas, dia mungkin harus mengikuti Dimas kembali ke Kota Ambara. Akan sulit untuk bertemu dengannya lagi di masa depan," sahut Lidya dengan sedih ketika memikirkan hal ini.Andi memeluk bahu Lidya dengan hangat sambil berkata, "Nggak apa-apa. Kalau kamu merindukan kakakku, kita bisa mengunjunginya kapan saja. Lagi pula, sekarang masih ada aku yang menemanimu, 'kan?"Lidya menghela napas, lalu menjawab, "Bagaimana kamu bisa dibandingkan dengan kakakmu."Di sisi lain, Dimas mengambil sup penghilang rasa mabuk yang sudah dimasak, lalu dengan hati-hati menyuapkannya kepada Amel. Setelah sibuk selama setengah malam, dia baru tertidur di samping Amel dengan mengantuk.Sinar matahari pagi me

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 540

    Pada saat ini, Amel sudah tersungkur di atas meja, sementara Lidya terbelalak saat melihat Dimas melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah ke arah mereka. Lidya pun mengguncang bahu Amel dengan lembut sambil berkata, "Amel, Dimas ada di sini.""Dimas? Dia itu penipu besar. Aku nggak akan pernah peduli lagi padanya," ucap Amel dengan tidak jelas sambil memeluk botol bir.Dimas mengerutkan kening saat mendengar kata-kata Amel. Melihat Amel dalam keadaan mabuk seperti itu, Dimas merasakan sakit di dalam hatinya."Amel, aku akan mengantarmu pulang," kata Dimas dengan lembut. Amel memaksakan diri untuk mengangkat kepalanya, lalu menatap Dimas yang ada di depannya. Dimas tampak tersenyum kepadanya."Aku nggak akan pulang." Amel menegaskan setiap kata yang diucapkannya. Dia masih marah karena Dimas sudah menipunya."Ka ... kalau begitu, aku serahkan Amel kepadamu. Aku pergi dulu." Melihat suasananya tidak terlalu bagus, Lidya pun bersiap untuk menyelinap pergi. Identitas Dimas sebagai dir

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 539

    Amel ragu-ragu untuk beberapa saat, sebelumnya akhirnya perlahan-lahan berkata, "Sejujurnya, aku benar-benar nggak rela berpisah dari Dimas. Sejak kami menikah sampai sekarang, dia selalu memperlakukanku dengan sangat baik. Dimas adalah contoh sempurna dari suami yang baik."Semalam saat berbaring di tempat tidur, yang terlintas di benak Amel hanyalah kebaikan Dimas kepada dirinya. Amel pun menjadi tidak begitu marah lagi."Hatiku masih sangat kacau sekarang." Amel menggaruk-garuk kepalanya dengan kesal."Jangan khawatir. Semua pasti akan ada jalan keluarnya," bujuk Lidya sambil menepuk bahu Amel dengan lembut."Bagaimana kalau kita minum bersama malam ini, untuk menenangkan suasana hati?" usul Lidya saat melihat Amel tampak bingung dan gelisah.Sebelumnya, Amel pasti akan menolaknya. Namun, sekarang Amel langsung menyetujuinya tanpa ragu. "Oke."Dimas menghabiskan sepanjang pagi di rumah sakit. Kondisi Nenek Salma juga sudah stabil. "Ayah, Ibu, Nenek, masih ada beberapa hal yang harus

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 538

    "Tentu saja, Kak Amel. Aku benar-benar ingin terus bekerja di sini," kata Clara dengan tegas. Dia sudah memantapkan hati untuk tetap bekerja pada Amel."Oke." Raut wajah Amel langsung menunjukkan perasaan lega.Dimas memesan penerbangan paling awal dan bergegas pulang malam itu juga. Sesampainya di rumah sakit, Salma sudah beristirahat di bangsal."Ayah, Ibu, aku datang.""Akhirnya kamu datang juga. Nenekmu terus menyebut-nyebut namamu sepanjang malam tadi," tegur Bela.Dimas berjalan menghampiri ranjang Salma dengan perasaan bersalah. Tiba-tiba saja Dimas menyadari jika neneknya benar-benar sudah sangat tua. Entah sejak kapan, rambut neneknya sudah memutih semua.Untuk sementara waktu ini, Dimas tidak memenuhi kewajibannya sebagai cucu. Dimas juga gagal membina hubungan asmaranya. Tiba-tiba saja, Dimas merasa agak sedih dan kecewa karenanya.Salma perlahan-lahan membuka matanya. Melihat Dimas, raut wajahnya tampak agak emosional."Aku sudah pulang, Nek." Dimas menggenggam erat tangan

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 537

    Amel memandangi punggung kepergian Dimas. Dia merasa agak kehilangan di dalam hati. Namun, melihat Dimas yang tampak begitu cemas, Amel merasa pasti ada suatu masalah yang sangat penting.Lantaran suasana hatinya sedang buruk, Amel tidak punya keinginan untuk mengurus toko makanan penutup miliknya. Dia memutuskan untuk sementara waktu membiarkan Clara membantunya mengawasi toko. Keesokan harinya, Amel bangun pagi-pagi sekali, lalu pergi ke toko untuk memberi penjelasan pada Clara."Tenang saja, Pak Irfan. Aku pasti akan membantu Bu Amel menjaga toko dengan baik. Aku yakin Pak Dimas dan Bu Amel pasti akan baikan nanti."Begitu memasuki pintu, Amel mendengar suara Clara. Amel pun mengerutkan kening. Dia bertanya-tanya kenapa Clara berkata seperti itu.Memikirkan kembali sikap Clara terhadap Dimas dan fakta bahwa Clara yang merupakan seorang ahli pembuat makanan penutup top, tapi bersedia merendahkan diri untuk bekerja di toko makanan penutup kecil miliknya ini, Amel pun sepertinya sudah

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 536

    Amel sangat sadar diri dan tahu bahwa dia tidak layak untuk pria di depannya ini. Mungkin sekarang Dimas memiliki perasaan padanya, tetapi jika kesenjangan antara keduanya mulai ditemukan di masa depan, kemungkinan besar cinta mereka akan perlahan-lahan kandas.Dimas cukup baik, orang-orang di sekitar Dimas juga sangat baik. Amel hanya seorang wanita biasa, benar-benar tidak bisa berjalan berdampingan dengan pria itu.Saat mendengar kata cerai, Dimas langsung terbelalak kaget, lalu berkata, "Aku nggak bisa. Amel, jangan cerai, ya? Nggak peduli siapa aku, cintaku padamu nggak akan pernah berubah."Dimas menjelaskan dengan tegas kepada Amel alasan kenapa dia menyembunyikan identitasnya, tetapi Amel tampaknya tetap bertekad untuk menceraikannya."Dimas, beri aku waktu untuk menenangkan diri dulu," jawab Amel, lalu menutup pintunya lagi.Lili menepuk bahu Dimas sambil berkata, "Beri dia waktu. Bagaimanapun, ini bukan masalah sepele. Dia perlu waktu untuk menerimanya."Dimas mengangguk frus

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status