Balasan chat Sarah tidak secepat sebelumnya. Adit jadi merasa nggak enak hati. Jari jemarinya segera bergerak ke layar ponsel dan hendak mengatakan kalau dia cuman bercanda ngajak Sarah ke kosan habis pulang kerja ini.Tapi tepat saat Adit hendak mengetikkan kata-kata, pesan balasan chat Sarah masuk.“Oke, aku setuju. Kayaknya enak kalau santai di kosan kamu dulu sebelum ketemu Yuna. Nanti aku jalan ke apertemennya habis dari kosan kamu.”Sarah mengirimkan pesannya sambil tersenyum kecil. Adit memang selalu punya cara untuk menenangkannya, membuatnya merasa bahwa ada tempat aman di tengah segala kekacauan ini. Dia merasa lega bisa menghabiskan waktu tanpa harus memikirkan soal pekerjaan atau masalah dengan Yuli, setidaknya untuk beberapa jam ke depan.Setelah jam kerja berakhir, Sarah membereskan mejanya dengan perlahan. Sambil mengangkat tas kerjanya, ia menatap layar ponselnya sekali lagi, memastikan tidak ada pesan penting lain yang masuk.Adit sudah siap menunggunya di kosan, dan
Adit melangkah cepat menyusuri lorong menuju taman belakang lantai dasar. Ia tahu waktunya terbatas, dan situasi di kantor semakin kacau. Nama Nico terus bergema di pikirannya, seperti petunjuk samar yang harus ia gali lebih dalam.Selama beberapa bulan magangnya di MIMPI MEDIA, Adit sudah mengenal sebagian besar karyawan, dan ia tahu Nico adalah salah satu teknisi IT yang biasanya bekerja di balik layar, jarang terlihat oleh kebanyakan orang.Setelah keluar dari pintu belakang, ia melihat Nico sedang berdiri di balkon luar taman belakang. Pria itu tampak santai, merokok sambil memandang langit. Seolah-olah tidak ada yang salah di dunia ini.Adit hampir saja melangkah mendekat, namun nalurinya tiba-tiba menghentikannya. Ada sesuatu yang membuatnya berpikir dua kali.Adit menyipitkan mata, memperhatikan gerak-gerik Nico dari jauh. Pria itu tampak terlalu tenang, seolah benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi di kantor, tentang gosip panas yang menjadi trending topik hari ini.Ki
Sementara itu, di tempat lain, Sarah tengah bergerak cepat. Dia tahu bahwa ada orang di balik semua ini, dan kecurigaannya mengarah pada Bagus, seseorang yang dia kenal memiliki akses ke rekaman CCTV.Dari insting dan firasatnya, kemungkinan besar Bagus memberikan rekaman itu ke Yuli, yang kemudian menyebarkannya kepada Pak Indra secara anonim.Langkah kaki Sarah berhenti mendadak ketika di koridor, tepat di depannya, Bagus melintas. Si pria berkacamata dengan tubuh kurus tinggi itu menyapa Sarah dengan ramah, wajahnya seolah tanpa dosa. Tapi Sarah sudah terlalu jauh untuk membiarkan keramahan itu memanipulasinya.“Bagus, saya ingin bicara empat mata sama kamu," kata Sarah dengan nada tegas, tanpa basa-basi, meski ini jam istirahat.Bagus tampak sedikit kaget. Wajahnya yang tadinya tenang mendadak pucat. Dia langsung menyadari ada sesuatu yang salah. Sarah tidak pernah berbicara seperti ini sebelumnya, apalagi memintanya bicara empat mata. Pria berkacamata itu terkesiap, tahu bahwa di
Saat jam makan siang tiba, suasana kantor mulai sedikit lebih santai. Beberapa karyawan mulai beranjak dari meja mereka untuk pergi ke kantin atau mengambil makan siang di meja masing-masing.Di tengah keramaian itu, Sarah berjalan melewati meja Adit tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya. Mereka sudah membahas taktik ini sebelumnya, kalau untuk sementara, mereka harus bersikap seolah-olah mereka tidak dekat. Adit sendiri tetap sibuk mengetik di komputernya, bahkan tidak melirik bayangan Sarah yang bergerak menjauh menuju pintu keluar.Erni, yang duduk tak jauh dari meja Adit, memperhatikan adegan itu dengan seksama. Ia membisikkan sesuatu pada Yuli yang duduk di sampingnya, "Mungkin mereka sekarang sudah putus. Mungkin Adit diputusin Bu Sarah untuk menyelamatkan kariernya. Tadi, kan, Pak Indra ke ruangan Bu Sarah lama banget. Aku yakin Pak Indra kasih warning buat mereka."Namun, Yuli hanya diam. Meski terlihat sibuk dengan pekerjaannya, pikirannya jelas sedang berada di tempat lain. T
Indra menghela napas. "Video rekaman cctv itu memang tidak terlalu jelas. Tapi menurut email yang dikirim, mereka mengklaim memiliki lebih banyak bukti. Aku belum tahu apakah ini hanya ancaman kosong atau memang ada yang berniat buruk pada radaksi perusahaan ini atau hanya masalah pribadi sama kamu.Aku bicara pribadi empat mata kaya gini sama kamu, karena aku masih menghargai jalinan pertemanan kita. Si anonim yang mengirimkan email ke aku itu bilang kalau dia punya lebih banyak bukti.”"Lebih banyak bukti?" Sarah merasa tubuhnya lemas. Dia sadar bahwa ini lebih besar dari sekadar gosip. Jika si pengirim email benar-benar memiliki lebih banyak rekaman, posisinya dan Adit akan semakin terjepit."Ya, dan menurutku, ini bukan sekadar gosip biasa. Sepertinya ada yang mencoba menjatuhkanmu, mungkin juga ... Adit."Nama Adit yang diucapkan Inda langsung membuat Sarah tersentak. Ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya, tetapi ia tahu, Indra sangat jeli dalam membaca bahasa tubuh."Aku ben
Adit menatap Sarah dengan lembut sebelum memberikan kecupan perpisahan yang singkat namun penuh makna. "Aku akan pergi dulu, hati-hati ya." Dengan tenang, dia melirik ke sekeliling basement untuk memastikan tak ada yang memperhatikan mereka. Setelah merasa aman, Adit membuka pintu mobil dan keluar dengan hati-hati.Sebelum berjalan menuju lift, dia melirik lagi ke arah Sarah dan tersenyum kecil, tanda segalanya baik-baik saja. Setelah itu, Adit berjalan menjauh, memasuki lift, dan menghilang dari pandangan Sarah.Sarah tetap duduk di mobilnya sejenak, mengamati gerakan Adit hingga dia benar-benar menghilang dari pandangannya. Napasnya sedikit tertahan, perasaan gugup dan cemas bercampur jadi satu. Dia tahu risiko hubungan ini sangat besar, terutama jika Yuli benar-benar menyebarkan rekaman CCTV mereka.Walau wajah mereka tidak terlihat dan rekaman cctv itu tidak jelas. Tapi perawakan dan gestur mereka berjalan pasti jelas menunjukkan jika yang bersembunyi berdua di balik bayangan gela