Share

Sulitnya bertemu

Author: Risya Petrova
last update Huling Na-update: 2025-07-08 22:44:28

Langit kota sudah mulai menguning. Matahari menggantung malas di ufuk barat, menebar cahaya hangat yang menyusup masuk ke sela-sela jendela kosan Adit. Jam dinding menunjukkan pukul 15.07. Tapi belum ada kabar dari Sarah.

Adit duduk di tepi ranjang, mengenakan kaos putih bersih dan celana jeans gelap. Rambutnya sudah disisir rapi. Bahkan ia sempat menyemprotkan parfum yang biasa ia pakai saat presentasi penting di kampus. Hal yang jarang ia lakukan sejak kuliah terasa hambar belakangan ini.

Tapi sudah lebih dari tiga jam ia bersiap. Dan belum ada satu pesan pun dari Sarah.

Kosan sedang sepi. Tigar belum pulang kerja. Hardian juga tidak mampir hari ini. Katanya tadi pagi ada tugas kuliah dan harus bertemu dosen pembimbing. Adit menduga memang ini hari yang tepat untuk bertemu Sarah, karena tidak akan ada yang mengganggu.

Namun nyatanya, semesta seakan kembali menguji mereka.

Adit menatap layar ponselnya. Membukanya. Tidak ada pesan baru.

Ia menghela napas, berusaha tetap tenang. Tapi j
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Sulitnya bertemu

    Langit kota sudah mulai menguning. Matahari menggantung malas di ufuk barat, menebar cahaya hangat yang menyusup masuk ke sela-sela jendela kosan Adit. Jam dinding menunjukkan pukul 15.07. Tapi belum ada kabar dari Sarah.Adit duduk di tepi ranjang, mengenakan kaos putih bersih dan celana jeans gelap. Rambutnya sudah disisir rapi. Bahkan ia sempat menyemprotkan parfum yang biasa ia pakai saat presentasi penting di kampus. Hal yang jarang ia lakukan sejak kuliah terasa hambar belakangan ini.Tapi sudah lebih dari tiga jam ia bersiap. Dan belum ada satu pesan pun dari Sarah.Kosan sedang sepi. Tigar belum pulang kerja. Hardian juga tidak mampir hari ini. Katanya tadi pagi ada tugas kuliah dan harus bertemu dosen pembimbing. Adit menduga memang ini hari yang tepat untuk bertemu Sarah, karena tidak akan ada yang mengganggu.Namun nyatanya, semesta seakan kembali menguji mereka.Adit menatap layar ponselnya. Membukanya. Tidak ada pesan baru.Ia menghela napas, berusaha tetap tenang. Tapi j

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Janji temu

    “Kenapa bengong? Mikirin apaan sih Dit? Kesambet aja deh. Mana lu baru juga bangun dari sakit kan.”Suara itu membuat Adit tersentak pelan dari lamunannya. Ia menoleh cepat ke arah Hardian yang sedang berdiri di ambang pintu kamar, bersandar santai dengan satu tangan menyelip di saku celana.Hardian menyipitkan mata, lalu melirik ke arah ponsel Adit yang tergeletak di meja. Layar ponsel itu masih menyala sebentar, menampilkan panggilan terakhir dari Sarah sebelum akhirnya padam.“Udah dihubungin sama nyokap gue?” tanya Hardian kemudian.Adit mengangguk. “Iya. Baru aja tadi. Video call.”“Oh,” ucap Hardian pendek. Ia lalu berjalan masuk dan duduk di kasur Adit tanpa permisi, seperti biasa. “Mama aku cerita apa? Dia baik-baik aja kan? Tadi sama aku sempet mau ke sini, boncengan motor. Tapi Papaku maksa mama buat ikut pulang.”Adit mendengarkan. Sejenak hening ketika Hardian bercerita dan beberapa detik setelahnya, hingga akhirnya Adit kembali bersuara, “Hardi … Maapin aku ya … Aku nggak

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Ultimatum Damar

    Sarah menatap Damar untuk terakhir kalinya, lama. Tatapannya bukan lagi takut, bukan juga penuh kemarahan. Melainkan sebuah bentuk akhir dari semua yang ia simpan selama ini. Lelah dan luka, tapi juga ada kemauan keras di matanya, untuk tidak lagi bertahan demi sebuah pernikahan yang bahkan tak layak disebut rumah tangga.Tanpa menjawab sepatah kata pun, Sarah membalikkan badan. Alas sepatunya menginjak kerikil-kerikil kecil di halaman, menghasilkan suara gesek pelan yang terdengar kontras dengan atmosfer panas yang baru saja terjadi. Damar masih berdiri di sisi mobil, membeku seperti patung. Napasnya masih naik turun kasar, tapi tak satu pun gerakan keluar dari tubuhnya ketika Sarah melangkah menjauh darinya.Sarah membuka pintu rumah besar itu. Aroma wangi pembersih lantai dan bunga artifisial menyeruak menyambutnya. Nani, asisten rumah tangga yang datang di pagi, lalu pulang di sore hari itu pasti sudah mengerjakan tugasnya dengan baik. Rumah itu memang bersih dan wangi. Tapi te

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Kata siapa tak cinta?

    Mobil sedan hitam yang dikemudikan Damar akhirnya tiba di depan sebuah rumah besar dengan desain minimalis-klasik bergaya Eropa. Gerbang besi berwarna abu gelap terbuka otomatis setelah Damar mengarahkan remote dari balik jendela mobil. Suara mesin gerbang berdengung pelan, lalu disusul bunyi ban mobil melindas jalan setapak berbatu alam yang menghias halaman depan. Sarah diam sepanjang perjalanan. Pandangannya menatap keluar jendela, tapi pikirannya jelas tak ada di sana. Ia memikirkan Adit. Terbayang wajah pemuda itu yang selalu terlihat tenang namun menyimpan luka. Sama seperti dirinya. Ia ingin bertemu, ingin memastikan sendiri kalau Adit baik-baik saja. Video call mungkin bisa sedikit meredakan rindu dan cemasnya, pikirnya. Begitu mobil berhenti, Sarah langsung membuka pintu tanpa menunggu Damar. Ia ingin segera masuk kamar mandi, menguncinya dan diam-diam menelepon Adit. Namun baru saja satu kakinya menapak tanah, suara Damar terdengar dingin dari dalam mobil. "Tadi ... ser

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Pernah dijual

    “Jadi...” Adit membuka suara, nadanya hati-hati. “Kamu sengaja pindah ke sini?”Bela menggeleng pelan. Senyumnya tetap tenang meski sorot mata Adit tampak menyelidik."Enggak, aku enggak tahu kamu tinggal di sini juga.”Adit terdiam. Air mukanya menunjukkan kalau dia tidak percaya dengan jawaban Bela.“Sumpah, aku pikir ini cuma kosan biasa yang deket sama tempat kerja baru aku. Aku bener-bener enggak nyangka kamu tinggal sebelahan," ucap Bela, mencoba terdengar santai.Adit masih menatapnya dengan alis sedikit terangkat. Ia ingin percaya, tapi sulit rasanya. Terlalu kebetulan."Kamu tiba-tiba pindah ke sini? Kamu lupa ya waktu di danau tempo hari, aku bilang kosanku deket situ juga?"“Terus?”“Ya, mungkin saja kamu jadi sengaja pindah ke sini kan?”Bela tertawa renyah. “Jangan kepedean dong. Aku gak nguntit kamu.”Adit sedikit memicingkan kedua matanya.Bela menahan napas sejenak, lalu mengalihkan pandangan ke arah dalam kamar Adit. "Aku memang ingat kamu pernah bilang kalau kosan ka

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Kebetulan yang agak janggal

    Adit masih duduk di tepi ranjang. Ponselnya tergeletak di atas meja kecil di sisi tempat tidur, layarnya mati tapi bekas notifikasi pesan dari Sarah masih membekas jelas di benaknya. Wajahnya kosong, pikirannya dipenuhi pertanyaan.Bukan tentang kenapa Sarah batal mampir, tapi tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi di balik alasan yang ia yakin tidak akan pernah bisa diucapkan Sarah lewat pesan teks singkat.Ia mendesah pelan, menyandarkan punggungnya ke dinding, memejamkan mata. Tapi suara dari luar kamarnya justru membuyarkan ketenangannya.Samar-samar, alunan lagu jazz klasik mengalun dari arah sebelah. Lagu lama, suara trompet berpadu piano yang pelan tapi menyayat. Adit membuka mata dan menoleh ke arah tembok yang memisahkan kosannya dengan kamar sebelah.Alisnya langsung mengernyit.“Tumben-tumbenen Mas Yanto dengerin lagu jazz,” gumamnya, setengah berbicara kepada dirinya sendiri.Ia menoleh ke arah Tigar, yang sedang rebahan santai di lantai beralaskan karpet tipis. Ponsel

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status