Ini adalah pengalaman baru baginya. Selama ini Eddy sama sekali tidak pernah merasakan perasaan seperti yang dialaminya sekarang. 'Apakah perasaan ini yang dinamakan jatuh cinta? Apakah mungkin Aku jatuh cinta pada gadis yang saat ini ada di hadapanku ini? Kami baru saja bertemu, apakah mungkin untuk cinta pada pandangan pertama?' tanya Eddy dalam hati bingung. Dia merasakan manis, bahagia dengan jantung yang berdebar kencang serta ada perasaan seperti naik turun yang membuatnya senang berada di dekat Milla. Dia merasa seperti sedang menghadapi sebuah tantangan dan masih banyak perasaan-perasaan baru yang sebelumnya tidak pernah dia rasakan saat berhadapan dengan gadis lainnya. "Bagaimana perasaan Kamu memakai pakaian yang sama denganku?" tanya Eddy berusaha mengalihkan perasaan campur aduknya dengan mengajak Milla berbicara. "Hanya sedikit aneh, kenapa bisa benar-benar sama," sahut Milla sambil mengamati kembali cara berpakaian Eddy. "Tapi ada yang membedakan," kata Eddy sambil
"Kenapa tidak disamakan saja dengan yang sebelumnya?" tanya Eddy bingung. Mengapa hal remeh seperti itu sampai membuat gadis di sampingnya mengerutkan kening dan berpikir dengan sangat keras seperti sedang ujian. "Tanah di sini sudah tidak subur lagi untuk bisa ditanami bunga mawar karena mereka mudah sekali rapuh dan pertumbuhan mereka juga tergantung pada cuaca," jelas gadis itu sambil menghembuskan napas kencang merasa sangat menyayangkan terjadinya hal tersebut. Milla merasa tidak mungkin untuk menanami tanah pekarangan vila dengan tanaman bunga mawar lagi karena itu akan sangat merepotkan sekali. Dia dan para tukang akan memerlukan waktu ekstra untuk membalik tanah dan memupuknya terlebih dahulu agar tanah itu kembali menjadi subur seperti sediakala, barulah tanaman bunga mawar bisa ditanam kembali di tanah tersebut. "Aku heran setelah mendengar penjelasan Kamu, menanam bunga mawar itu sepertinya rumit sekali tapi anehnya mengapa banyak sekali wanita yang tergila-gila untuk
"Apakah Aku terlihat bercanda? Bagaimana kalau Kamu datang ke pondok ku dan melihat sendiri bagaimana tanaman rumput itu menghiasinya," kata Milla sambil terus menatap lahan kosong di depannya. Eddy terdiam. Kalau sampai dipakai untuk menghias rumah berarti gadis di sampingnya ini benar-benar penggemar rumput liar sejati. Eddy menggaruk kepalanya bingung tidak tahu harus berkata apa, ini sangat aneh, oke? Baru kali ini dia mendengar ada seorang gadis mengaku menyukai rumput liar. "Aku hanya berpikir kalau warna hijau mereka itu menyejukkan mata, mereka tidak mudah rusak dan sangat mudah untuk dipelihara," kata Milla dengan tatapan mata kosong. "Apakah Kamu tidak menyukai tanaman lain? Ayolah ini sangat aneh, oke? Apa yang terjadi jika seluruh rumah luar dan dalam Kamu hias dengan rumput liar?" tanya Eddy bingung. "....." "Kemudian juga bagaimana pacar Kamu, suami Kamu nantinya jika ingin menghadiahi Kamu bunga?" tanya Eddy lagi. "Mereka bisa memberikan rumput yang dihias dengan
"Kalau Kamu tidak ingin vila ini Aku tanami rumput liar maka sumbangkan ide mu soal tanaman bunga yang bagus!" ancam Milla kesal karena dia merasa Eddy seperti sedang menertawakan kesukaannya pada tanaman rumput liar. Apa buruknya menyukai tanaman rumput liar? Milla benar-benar tidak mengerti kenapa semua orang akan merasa aneh pada kegemarannya yang satu ini. Perasaan ditertawakan membuat gadis itu merasa tidak nyaman hingga tanpa sadar dia memasang wajah cemberut dan kesal. "Kalau menurut Kamu menanam mawar sesulit itu maka ganti saja dengan tanaman bunga yang lain, Aku terlalu sibuk untuk mengurusi tanaman bunga yang membutuhkan perhatian ekstra," sahut Eddy cepat. Dia benar-benar merasa takut ketika mendengar ancaman gadis di sampingnya yang berkata jika tidak dapat membantu ide tanaman bunga yang cocok maka dia akan menanam rumput liar sebagai ganti tanaman bunga mawar di halaman vila miliknya. "Aku juga sedang mempertimbangkannya dan menyesuaikan dengan kesibukanmu, itu sebab
"Apakah Kamu sadar dengan apa yang Kamu katakan barusan?" tanya Milla tidak habis pikir. Tadinya Milla berpikir orang tampan seperti Eddy pasti memiliki selera yang bagus soal penataan dan keindahan, itu sebabnya dia bertanya tentang tanaman apa yang cocok untuk halaman vila. Siapa sangka jawaban pria ini pada akhirnya malah membuat Milla ingin muntah darah karena kesal. Baginya ucapan Eddy itu benar-benar tidak masuk akal, bagaimana mungkin halaman yang sangat luas seperti ini hanya diplester? Itu penghinaan atas keindahan dan estetika, oke? Tidak sekalian saja dia bikin lapangan basket atau tenis itu masih lebih baik dari pada hanya diplester semen. Itu sungguh tidak terbayangkan bagi Milla dan sejaligus merupakan penghinaan serius terhadap profesinya sebagai arsitek. "Ya mau bagaimana lagi? Bukankah semua tanaman menurut Kamu sulit untuk dirawat dan Kamu sendiri tahu Aku tidak ada waktu untuk mengurusnya!" kata Eddy cuek. Dia memang tidak merasa penting untuk bolak balik mem
"Ngomong-ngomong, kenapa Aku jadi merasa kita seperti pasangan suami istri yang sedang ribut membahas masalah rumah masa depan yang nantinya akan ditempati bersama-sama ya?" tanya Eddy sambil mengusap dagunya dan menatap Milla jahil. Apa yang dikatakan Eddy tidak salah, cara mereka saling adu pendapat soal tanaman bunga lebih mirip pasangan pengantin baru dari pada arsitek dengan kliennya. Mendengar kata-kata Eddy wajah Milla langsung merah merona karena malu. Milla merutuk dalam hati, kenapa pemuda di sampingnya ini pandai sekali membuatnya malu dan jengah. 'Dia berbeda sekali dengan Shasha, kepribadian mereka sangat bertolak belakang sekali,' keluh Milla dalam hati sambil melirik pemuda yang ada di sampingnya itu diam diam. Padahal, awal dia mengenal pemuda ini Milla mengira Eddy adalah sosok yang kalem seperti Shasha namun, waktu membuktikan bahwa dugaannya selama ini ternyata sangat salah. Mungkin itu sebabnya kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari sampul luarnya saja.
"Kita mungkin bisa melihat-lihat vila yang ada di sekitar sini dan menjadikannya sebagai referensi tanaman apa yang biasanya ditanam oleh pemilik villa lain," saran Eddy. Selain vila miliknya memang terdapat juga beberapa vila lain yang merupakan milik beberapa artis dan pengusaha ibukota, bangunan vila mereka tidak kalah indah dengan vila milik orang tuanya. Eddy ingat dulu dia sering mendengar ibunya mengeluh bahwa mawar langka yang dia lihat di pelelangan ternyata sudah dibeli oleh tetangga mereka yang juga penggila mawar. "Tidak, kita tidak harus mengikuti mereka, akan lebih bagus jika vila ini berbeda dari yang lain, sehingga vila ini memiliki keunikannya tersendiri," kata Milla sambil menengadahkan wajahnya menatap langit yang mulai meredup tidak seterik sebelumnya. Mila memang tidak tertarik untuk mencontek hasil kerja arsitek lain yang menangani vila di sekitar vila milik Eddy, baginya lebih baik bekerja sesuai kemampuannya saja tidak perlu mencontek hasil kerja orang lain,
Suasana di antara mereka menjadi canggung dan kikuk. Milla mengalihkan pandangannya pada jalan di depannya. Dia bergegas menuju pondokannya sambil berusaha menetralkan perasaan gelisah dan jantungnya yang berdebar-debar. "Gila, debaran ini lebih parah dari ketika Aku mengikuti lomba lari estafet di sekolah," kata Milla sambil berpegangan pada sandaran kursi. Milla sadar ada yang tidak beres antara dirinya dan Eddy. Kadang gadis itu juga berpikir mengapa dia selalu berdebar-debar jika berada di dekat Eddy, padahal ketika pacaran dengan mantannya, dia tidak pernah merasakan debaran yang sama seperti ini. "Aku kenapa sebenarnya? Apakah Aku jatuh cinta pada Eddy? Tapi kenapa rasanya seperti ini? Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya," gumam Milla lebih seperti sebuah keluhan. Milla memutuskan untuk menepis semua perasaan itu karena tidak ada baiknya jatuh cinta kepada anak majikan, walaupun sekarang majikannya sudah meninggal dan ayahnya pun demikian tapi tetap saja predikat anak maj