Milla ingat ketika pertama kali sahabatnya, Shasha menunjukan foto Eddy saat mereka sudah menemukan panti asuhan tempat kekasihnya ini dirawat. Saat itu dirinya sudah merasa tertarik pada ketampanan kakak sahabatnya yang pernah hilang ini. Tidak disangka sekarang dirinya dan Eddy malah memiliki hubungan sebagai sepasang kekasih. Padahal dulu Shasha sempat menjodohkan dirinya dengan Eddy dan mengatakan kalau dirinya tidak akan pernah bisa memiliki hubungan yang langgeng dengan pria lain selain kakaknya. Awalnya Milla hanya tertawa dan mencandai sahabatnya itu karena terlalu bernafsu ingin menjadikannya saudara ipar. Saat itu dia sudah menjalin kasih dengan mantan kekasihnya. Milla pertama kali bertemu dengan mantan kekasihnya itu ketika dia masih di sekolah menengah dan terus berlanjut hingga dirinya menyelesaikan kuliah dan bekerja. Mantan kekasihnya itu sudah memiliki usahanya sendiri ketika mereka sedang menjalin kasih karena jarak usia mereka juga bisa dibilang lumayan jauh
Eddy dan Milla memulai diskusi mereka kembali, karena wallpaper sudah dipasang oleh Eddy maka mereka mendiskusikan bagian yang lainnya. Eddy merasa sangat nyaman dengan kondisinya saat ini. Dipikir-pikir suasana sekarang ini mirip sekali dengan suasana pasangan yang baru saja menikah dan sibuk berdiskusi tentang istana kecil mereka yang akan ditempati bersama. "Tidakkah Kamu merasa kalau kita saat ini seperti pasangan pengantin baru yang sibuk membicarakan urusan tempat tinggal yang akan kita tempati di masa depan?" tanya Eddy sambil tersenyum jahil kepada Milla. " ... " Milla merasakan panas menjalar di wajahnya ketika mendengar perkataan Eddy. Bagaimana mungkin di saat sedang serius seperti ini Eddy malah memikirkan hal-hal seperti itu? "Mengapa wajahmu memerah? Bukankah apa yang Aku katakan itu benar?" tanya Eddy masih dengan senyum jahilnya. "Diam! Lagipula rumah ini akan Kamu jual, jadi jangan bermimpi yang tidak-tidak!" cibir Milla kesal karena merasa telah ditertawai.
Hari-hari mereka lewati dengan penuh bunga-bunga cinta dan kasih sayang. Hingga sebulan kemudian ketika Milla hampir selesai melakukan renovasi bagian dalam Vila, tunangan Eddy yang ditunjuk oleh almarhum kakeknya datang mengunjungi Eddy di vila. Eddy benar-benar lupa kalau dia telah bertunangan dengan Nining. Dia terkejut dan merasa seperti tertangkap basah ketika tunangannya itu berdiri di depan pintu Vila dan tersenyum sambil menatapnya. "Hai Eddy, bagaimana kabarmu?" tanya Nining sambil tersenyum kepada Eddy. "Kamu datang ... ayo masuk!" kata Eddy cepat setelah tersadar dari rasa terkejutnya. Ketika Nining masuk Eddy mengikutinya dari belakang sambil menepuk keningnya berulang kali dengan telapak tangan. Dia lupa memutuskan pertunangan dengan Nining sebelum memulai hubungan baru dengan Milla! Milla yang sedang menggambar denah perubahan renovasi vila bagian dalam tahap akhir terlihat mengerutkan kening ketika melihat kekasihnya terlihat canggung masuk ke dalam vila bersama s
Nining mengerutkan keningnya ketika mendengar penjelasan Eddy. Terus terang dia merasa heran mengapa tunangannya ini tahu banyak soal gadis di hadapannya ini, yang terlihat acuh tak acuh sedang asik menggambar denah seolah tidak peduli pada kehadiran dirinya dan juga Eddy. "Apakah kalian teman sekolah?" tanya Nining ingin tahu. "Bukan, Dia masih bagian dari vila ini," sahut Eddy. "Apa maksudmu?" tanya Nining merasa tidak enak ketika mendengar Eddy menyebutkan Milla sebagai bagian dari vilanya. Bukankah itu sama saja dengan tunangannya ini mengakui kalau Milla masih bagian dari keluarganya? "Dia sahabat almarhum adikku yang sudah seperti anak bagi kedua orang tuaku," jawab Eddy menjelaskan secara singkat. Dia hampir keceplosan ngomong dan mengatakan kalau Milla adalah anak sopir papanya namun, Eddy ingat bagaimana gadis itu tersinggung ketika dia menyebutkan hal ini saat mereka pertama kali bertemu. Sementara Milla hanya diam mendengarkan percakapan tersebut seolah dia bukanlah
"Apa yang Kamu lakukan?" tanya Eddy sambil mengerutkan kening dan memeluk Milla. Milla berontak sambil menyembunyikan tangisnya namun, tenaga Eddy bukanlah tandingannya. Melihat Milla yang sedang menangis Eddy berusaha membujuk dan menenangkannya. Setelah beberapa saat akhirnya Milla pun berhenti menangis dan mulai tenang. Tiba-tiba tangan Eddy mulai bergerak ke sana kemari menelusuri tubuh halus Milla dari balik pakaiannya membuat gadis itu bergetar halus dan mengeluarkan erangan tertahan saat tangan Eddy menjadi semakin aktif. Milla tersentak kaget dan merasa malu ketika mendengar suaranya sendiri. Dia berusaha mendorong pria yang mengaku mencintainya namun, membuatnya kembali merasakan berada di posisi orang ke tiga dalam sebuah hubungannya percintaan. Milla duduk di kasur dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, kembali menangis tersedu-sedu. Dia merasa benar-benar kesal kepada dirinya sendiri yang tidak bisa melawan hasratnya hingga terlena dan membiarkan Eddy den
Eddy dan Milla ke luar dari kamar menuju dapur. Mereka melihat Nining sedang sibuk memasak di dapur. Milla berinisiatif untuk membantu Nining, gadis itu pun mulai berjalan mendekat. "Ada yang bisa Aku bantu?" tanya Milla kepada Nining. Nining yang sedang sibuk meracik bumbu mengalihkan pandangannya ke arah Eddy dan Milla lalu tersenyum. "Kalian sudah datang ... kebetulan sekali Aku baru saja akan mulai masak." Eddy dan Milla saling pandang penuh arti. Keduanya sama sekali tidak menyangka kalau Nining mengira mereka baru datang dari luar. "Maaf harusnya Aku yang masak," kata Eddy merasa tidak enak karena tidak memenuhi ucapannya sendiri. Sebelum turun dia telah mengatakan kepada Nining akan masak untuk makan mereka semua. "Tidak apa ... kamu bisa goreng tempe?" tanya Nining kepada Eddy. "Biar aku saja," kata Milla sambil mendahului Eddy mendekat ke tungku. "Oke." Milla segera mengambil tempe lalu mengirisnya menjadi beberapa bagian, membumbui dan menggoreng tempe tersebut h
Saat ini Eddy sedang galau memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa memberitahukan kepada Nining tentang hubungannya dengan Milla. Eddy benar-benar tidak mengerti dengan perasaannya saat ini. Dia merasa kalau dirinya benar-benar sangat mencintai Milla. Namun, di sisi lain Eddy juga merasa kalau kelembutan Nining sebagai seorang wanita itu sangat menarik hati pria manapun termasuk dirinya. Hal itu juga mampu untuk mengundang rasa iba dan kasihan di hati Eddy sehingga dirinya tidak sampai hati untuk memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Milla. Dia khawatir tunangannya itu akan bersedih! Sementara itu Milla yang sedang fokus mengerjakan pekerjaannya merenovasi bagian dalam vila, dibantu para tukang tampak acuh tak acuh melihat kehadiran Eddy di sekelilingnya. Eddy tahu Milla marah karena sampai saat ini dia belum juga mengatakan yang sebenarnya kepada Nining. "Eddy, toko pakaian pengantin telah menghubungi Aku, mereka meminta kita datang ke sana untuk p
Setelah Nining dan Eddy pergi, Milla merasa tidak ada mood lagi untuk kembali meneruskan mengawasi para tukang. Dia hanya memberikan pengarahan saja untuk hal-hal yang harus dikerjakan hari ini, setelah itu Milla keluar vila menuju taman. Dia duduk di kursi taman dan menyandarkan tubuhnya sambil menghela napas panjang. Milla merasa hari-harinya terakhir ini benar-benar sangat berat. Setelah kehadiran Nining, terakhir kali dirinya dan Eddy bersama adalah ketika kekasihnya itu berjanji akan memberitahukan kepada Nining soal hubungan mereka berdua. Namun, sepertinya Eddy tidak akan pernah mengatakan hal tersebut kepada tunangannya itu. Milla menundukkan wajah dan merasakan air mata yang jatuh dari pelupuk matanya. Dia berusaha untuk kuat tapi rasanya berat sekali. 'Apa yang harus Aku lakukan? Apakah Aku akan terus menjadi obat nyamuk di antara mereka?' keluh Milla dalam hati merasa sedih. Dia mulai terisak meratapi nasibnya yang selalu sial dalam hubungannya dengan lawan jenis. Mil