Kenzo tidak tahu harus pergi ke mana setelah ini. Tidak ada mobil, tidak ada jemputan, tidak pula punya teman yang bisa ditumpangi. Dia ingin menghubungi Tuan Besar, tapi dia tidak boleh menggantungkan diri hanya karena janji dan komitmennya sudah tuntas.Saat tengah berjalan menyusuri jalanan ibukota, Kenzo merogoh sakunya. Dia ingat jika Melvin menyuruhnya datang ke suatu tempat untuk melihat file berkas Daidalos; tempat rahasia yang hanya diketahui orang-orang penting Daidalos.Baru saja dia melangkahkan kaki pergi ke titik koordinat yang dikirim Melvin kemarin, Martha kembali menelepon. Kali ini, dia minta Kenzo datang ke villa untuk menyelesaikan urusan yang tadi belum tuntas di hotel Lunar.Kenzo pun kembali ke villa Keluarga Latusia. Setibanya di villa, pandangan dua penjaga gerbang membuat Kenzo mengernyitkan dahi.“Tumben mereka sinis, biasanya mereka menyambutku sebagai menantu Keluarga Latusia, walau hanya menantu sampah.”Kenzo melangkah ke pintu depan villa.Setiap orang
Jika Kenzo menyelesaikan ini dengan emosi, yang hancur bukan lagi fisiknya, tapi mental dan harga dirinya. Sebagai Tuan Muda, harusnya dia mengayomi, bukan menyakiti. Meski dilukai berkali-kali, Kenzo tetaplah Kenzo, dia pantang menyakiti wanita, apalagi menyakiti secara fisik. Dan, sialnya lagi, penghuni rumah Keluarga Latusia, semuanya wanita.“Maaf,” kata singkat yang terlontar dari mulut Kenzo.“Tidak ada maaf bagimu!? Kamu, kamu, kamu sudah lancang nyakitin Mama! Tuh, lihat, lengan tangan Mama sampai merah kayak gitu!? Dasar brengsek, aku nggak sudi punya kakak ipar macam kamu ... cuih!”Kenzo makin naik pitam, tangannya mengepal dan matanya mulai merah.Tapi, separah apapun hinaan dan cerca fisik yang dia dapat, dia tetap tak bisa membalas.“Makan tuh, ludah! Laki-laki brengsek nggak pantas buat dihormati. Udah brengsek, nyakitin perempuan pula!”“Diam kamu!” Kenzo coba mengancam.“Apa? Mau nantang aku? Mau nampar, atau pukul? Sini, aku siap menerima semuanya. Jangankan tampar
“Fiuh ... syukurlah, kotaknya masih utuh. Hanya saja, sedikit berdebu.”Kenzo bisa bernapas lega setelah menemukan kotak itu dan mendapati isinya masih utuh.Begitu keluar dari kamarnya yang menyerupai gudang, Kenzo mendengar suara pintu dibuka. Dia menoleh ke arah kamar mandi, dan melihat Claudia dengan balutan handuk putih tebal.Claudia, yang terkejut melihat Kenzo, seketika berteriak. Suaranya melengking.“Aaaaa...”Tanpa terasa, handuk yang melilit tubuh Claudia, langsung jatuh karena Claudia tidak memegangi ujung handuk itu.Setelah hampir beberapa bulan menjadi suami sah, baru kali ini, dia bisa melihat tubuh Claudia secara utuh. Telanjang, tanpa dibalut sehelai kain pun.Kenzo juga laki-laki normal, nafsunya membara. Dia menatap sekujur tubuh Claudia, tanpa berkedip sekalipun. Gairahnya bangkit.Claudia sadar, percuma dia teriak, lorong kamar mandi posisinya agak jauh dari ruang tengah, apalagi jika Martha dan Nana ada di lantai dua.Maklum, rumah orang kaya, ukurannya sangat
“Ya ada urusannya, lah! Semua mesti bayar, Bos, nggak ada yang gratis di dunia ini! Dari penampilan, kamu udah mirip kayak orang miskin, gelandangan, peminta-minta di lampu merah. Mirip! Aku sangat yakin. Kalau kamu nggak percaya, aku bisa bawa kamu ke sana, miripin kamu sama mereka!”“Lalu?”“Udah, deh, miskin jangan sok cool gitu! Kamu serius bisa bayar ini? Jaraknya jauh banget, lho! Lebih dari dua puluh kilo. Agronya pasti mahal. Aku curiga, kamu cuma numpang, terus kabur nggak mau bayar. Jangan mentang-mentang badan gede bisa berbuat sesuka hati!”Kenzo merasa terganggu dengan celotehan Ujang, dan memilih diam.Namun, semakin lama didiamkan Ujang, malah makin membuat emosi Kenzo muntap. Akhirnya, Kenzo buka suara, dia menatap tajam ke arah spion tengah atas.“Aku pasti bayar! Kalau kamu nggak percaya, kita bertaruh, bagaimana?”“Halah, mulut busuk! Apa yang mau kamu pertaruhkan? Lihat tubuh dan pakaianmu, nggak ada barang mahal yang nempel di sana. Mau taruhin apa? Perhiasan? Man
“Sepakat!” Kenzo berkata dengan yakin.Ujang tersenyum. Terpancar hasrat mendalam di kedua bola matanya.Pria itu tidak langsung memacu gas taksi, tapi melihat wajah Kenzo dari spion atas. Lidahnya mulai menjulur, membayangkan nikmat yang dia dapat ketika Kenzo memuaskannya nanti.Kenzo, yang mulai tidak nyaman, segera menggertak. “Cepat berangkat sebelum aku naik pitam!?”“Tenang saja, Sayang, aku pasti memilikimu nanti. Aku yakin, seratus persen, kamu tidak mampu membayar agro taksinya. Hahaha...”“Cepat berangkat!?” Kenzo kembali menaikkan suaranya, membuat Ujang panik, lalu menekan pedal gas.Memang, di daerah pergudangan ini, hanya ada dua ATM yang bisa digunakan. Satu berada di dekat markas rahasia Daidalos, satunya lagi berada di ujung, dekat pintu keluar daerah Utara.ATM yang ada di dekat pintu masuk markas rahasia Daidalos tidak bisa digunakan. Petugas bank tidak ada yang berani datang ke sini karena konon, daerah ini dianggap sebagai daerah terlarang.Tapi, anehnya, Ujang m
Melihat foto yang tertampil di layar, Kenzo terbelalak.“I-itu, kan...”“Kristal. Aku ingat gadis itu. Dia sedang dalam bahaya! Sialan, kenapa bisa seperti ini?! Aku, aku, aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri jika mereka berhasil menculik Kristal!”Ya, foto gadis yang tampil di proyektor misi Kenzo adalah anak sulung keluarga Tatumia, salah satu keluarga terkaya di ibukota.Kristal punya popularitas sendiri.Selain jadi anak sulung keluarga Tatumia, tubuhnya yang aduhai, serta dianugerahi kecantikan tiada tara, membuat gadis itu kerap diundang di berbagai acara TV Nasional.Tak ayal, tabloid dan koran kecantikan juga memuat Kristal, hampir tiap hari, hingga dia dinobatkan sebagai satu dari sepuluh model tercantik di dunia versi lembaga survei terkenal Eropa.“Kenapa? Kenapa Black Mamba harus menargetkan Kristal? Apa mereka bodoh? Kristal orang terkenal. Mereka bisa memancing perhatian publik. Tidak. Tidak mungkin mereka melakukannya tanpa sebab. Pasti ada rahasia di balik ko
Rencana mencari informasi tentang Kristal terancam gagal. “Ini semua gara-gara kehadiran Claudia. Sialan, kenapa perempuan itu ada di sini?!” Kenzo membatin, tapi tidak bisa mengungkap amarahnya. Kali ini, sedikit berbeda. Steve tidak mau ikut campur urusan pernikahan kontrak itu. Mungkin takut. Mungkin juga trauma dengan apa yang terjadi di pesta ulang tahun Nenek Rika, pemimpin Keluarga Latusia. “Apa? Katamu mau cerai, sekarang, cepat ucapkan ikrar di hadapan semua miliarder yang hadir di pesta ini!” Claudia menaikkan suaranya, memancing atensi tamu undangan. Tuan Bram, selaku empunya pesta, tidak mau jika acaranya rusak gara-gara satu kuman kecil Keluarga Latusia. Yap. Keluarga Tatumia, menempati peringkat empat miliarder terkaya di negeri ini, jauh lebih kaya dari Keluarga Latusia yang hanya bertengger di peringkat dua puluhan. “Claudia, apa-apaan kamu? Mau hancurin pesta sakral keluargaku? Enak saja! Cepat minta maaf sebelum aku panggil petugas keamanan buat usir kamu!?”
Kenzo diam sejenak, merenung, lalu memutar kilas balik saat berjalan menyusuri parkiran mobil. Matanya terbelalak hebat kala ingat mobil van putih dan pajero hitam di parkiran belakang Hotel Hilton.“Ada enam orang. Dua menyamar sebagai tamu dan bertugas mengalihkan perhatian, dan dua lainnya berjaga di depan. Satu eksekutor. Satu lagi penyalur informasi.”Melvin mulai panik.Jika Kristal terbunuh dalam pesta ini, bisa-bisa, jenderal tertinggi memarahi Kenzo karena dirasa tidak becus menjalankan misi.“Ada satu cara,” desis Kenzo, lalu menyesap kopinya.“Keributan. Hanya itu yang bisa kita lakukan. Ada Claudia dan Steve di dalam sana. Aku bisa memprovokasi mereka, agar orang-orang menjadikanku sebagai pusat perhatian.”“Tuan Bram, Kristal, dan Sinta Alisandra, pasti marah dengan kelakuanku. Tapi, hanya itu satu-satunya cara menyelamatkan mereka dari serbuan Black Mamba.”“Apa kamu yakin cara ini berhasil?” Melvin sedikit ragu. Apalagi, hal itu bisa menciderai citra Kenzo di hadapan ta