Share

Bab 7. Gara-gara Dia

Author: TrianaR
last update Last Updated: 2023-03-02 22:12:21

Part 7

Aku memperhatikannya tapi tetiba ia menyetop taksi dan masuk ke dalam mobil berwarna biru itu, ingin rasanya kukejar Risna tapi kembali ada notif di ponselku.

[Aku tidak main-main dengan ucapanku, Mas. Pulang sebentar atau kau rasakan akibatnya!]

Aku menghela nafas kasar usai membaca pesan dari Alya. Terpaksa aku memutar balik mobil dan pulang menuju ke rumah. Aku harus menuruti Alya, atau kalau tidak, dia benar-benar nekat.

Sementara Risna? Meski aku khawatir padanya karena dia begitu asing dengan kota mertropolitan ini. Namun, aku yakin dia pasti bisa sampai di rumah dengan selamat. Aku percaya padanya karena dia wanita yang cukup cerdas.

Kuhubungi nomor Risna, tapi panggilanku tak kunjung diangkat.

[Kamu sekarang dimana? Mau ke terminal apa ke stasiun?]

Kukirimkan pesan untuknya, terkirim tapi belum terbaca.

[Hati-hati di jalan, Risna. Maaf kita tidak bisa pulang bersama. Mas akan menyusulmu setelah urusan dengan Alya selesai. Kamu kabari Mas Dewangga saja untuk jemput kamu di stasiun ya, soalnya sampai sana pasti sudah larut malam.]

[Sungguh sebenarnya Mas tidak ingin hubungan kita jadi seperti ini. Mas sayang sama kamu. Jaga dirimu baik-baik, Sayang]

Aku kembali mengiriminya pesan meskipun pesan wa-ku belum terbaca. Gegas kupacu mobil dengan kecepatan kencang, karena lagi dan lagi Alya menghubungiku tapi tak kujawab.

Sungguh sebenarnya kesal sekali, sudah perjalanan jauh, Alya tidak mau mengerti. Dan sekarang, aku meninggalkan Risna di kota ini.

Kuketuk pintu rumah beberapa kali, Alya langsung membuka pintu.

"Apa benar, Hendra sakit? Atau kau hanya bersandiwara saja?" tanyaku langsung bergegas masuk ke kamar anak tiriku.

Kulihat dahinya sedang dikompres. Kupegangi badannya, memang benar, ternyata Alya tidak berbohong.

"Bukankah tadi baik-baik saja?"

"Aku tidak tahu Mas, mendadak jadi seperti ini."

"Ya sudah, ayo ke dokter!" Aku langsung menggendong Hendra, sedangkan Alya membukakan pintu mobil.

"Lho, istri kampunganmu kemana, Mas? Dia gak ikut?"

"Gara-gara kamu, dia turun di jalan dan pulang sendirian."

Alya justru tersenyum. "Baguslah, itu memang yang kuharapkan. Untung dia sadar diri!"

"Alya!! Aku tuh justru khawatir dengan dia, takut dia kesasar, dia kan gak pernah kesini!"

"Halah, ya gak mungkin, Mas. Punya mulut buat bertanya dan otak buat berpikir itu bisa digunakan kecuali emang orangnya bego!"

Aku menghela nafas panjang. Percuma berdebat dengan Alya sekarang. Kulajukan mobil menuju ke praktek dokter terdekat. Selepas diperiksa dokter, Hendra diberi resep obat penurun panas.

"Sudah ya, kamu gak usah khawatir. Hendra demam biasa, nanti juga sembuh. Sekarang aku pamit ya mau pulang kampung dulu," ujarku setelah membaringkan Hendra di kamarnya lagi.

Bolak-balik perjalanan cukup memakan waktu juga karena harus rela mengantri saat mau diperiksa.

"Nanti berikan obatnya sesuai anjuran dokter, jangan sampai lupa ya, biar Hendra cepat sembuh."

"Iya, Mas," sahut Alya. Kali ini sebuah senyuman melengkung di bibirnya yang manis.

"Udah tenang, sekarang?"

Alya langsung memelukku dengan erat. Dia mencium pipiku sekilas. "Iya, terima kasih banyak, Mas. Aku jadi makin sayang," sahutnya gemas.

"Janji ya, pulang lagi kesini!"

"Iya."

"Aku berangkat sekarang ya, Al. Jaga dirimu dan Hendra baik-baik ya."

Wanita itu mengangguk, meski berat melepaskan akhirnya kami berpisah untuk sementara waktu saja.

Kulirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan. Ternyata sudah pukul delapan malam. Itu artinya, aku sudah meninggalkan Risna 2 jam sendirian. Entah dimana dia sekarang. Apakah sudah naik kereta? Atau naik bus?

Ponsel kuperiksa lagi, melihat apakah ada balasan dari Risna? Ternyata nihil, pesanku pun tak dibaca olehnya. Kuhubungi nomornya, tapi operator yang menjawab bahwa nomornya tidak aktif.

Aku menggeram kesal. Ketar-ketir, tentu saja. Ini semua gara-gara Alya. Kalau tidak kami sudah separuh perjalanan. Hanya harapan semoga Risna baik-baik saja dan sampai di rumah dengan selamat.

[Risna, kalau sudah sampai, jawab pesanku, Sayang. Aku khawatir padamu]

Kukirim sebuah pesan untuknya, tapi hanya centang satu.

Kali ini kupacu kendaraan roda empatku dengan kencang. Kukunjungi stasiun terdekat, berharap Risna masih menungguiku di sana, tapi sampai sana nihil, aku tak dapat menemukannya. Pun aku bertolak menuju ke terminal bus. Menanyakan ciri-ciri Risna pada orang-orang yang berada di sana. Namun tak ada satupun yang mengenalnya. Ya sih, aku hanya melakukan pekerjaan yang sia-sia.

Kupaju mobil dan berusaha untuk tetap fokus di jalan. Perjalanan malam yang cukup sunyi, terkadang membuat rasa kantuk yang luar biasa. Aku rehat beberapa kali di rest area. Meminum kopi serta menyeduh pop mie karena tetiba perut terasa begitu lapar. Usai mata bisa diajak kompromi lagi kulanjutkan perjalanan.

Aku memilih melewati jalan tol, agar cepat sampai. Kuputar musik untuk menemani perjalanan yang sepi.

Sembilan jam perjalanan kutempuh agar sampai di rumah ibu. Ya, kami memang masih tinggal menumpang di rumah orang tua, apalagi hanya tinggal ibu saja yang sakit-sakitan.

Sebenarnya tempat tinggalku di kota itu adalah rumahku sendiri, kubeli dengan cara kredit, masih ada cicilan tiap bulannya. Menurutku kredit perumahan lebih baik dari pada mengontrak. Tapi aku bilang pada orang-orang kalau aku mengontrak rumah.

Dari malam sampai pagi menjelang, akhirnya sampai di desa kelahiran. Tepat pukul 06.00 pagi. Aku turun dari mobil, menarik nafas dalam-dalam, menghirup udara segar di desaku yang masih asri dan sejuk, tak seperti di kota, meski masih pagi pun sudah terkontaminasi asap kendaraan.

Pintu rumah ibu masih tertutup dengan rapat. Entah kenapa, jantungku berdebar lebih kencang. Apa yang akan dibicarakan Mas Dewangga? Lalu, apakah Risna sudah sampai? Dia sama sekali belum membeliku kabar.

Tok ... tok ... tok ... Kuketuk pintu rumah ibu. Rumah yang masih sama seperti dulu, belum tersentuh renovasi, hanya perbaikan-perbaikan kecil saja.

Tak lama pintu terbuka, terlihat seorang pria yang berdiri gagah. Rambut yang cepak dan kumis tipis. Aku tersenyum dan segera meraih tangannya.

"Mas?" sapaku seraya menyalami tangannya. Sudah sangat lama aku tak bertemu dengan kakakku. Ternyata ketampanan kakakku masih sama seperti dulu, tak ada yang berubah.

"Kau datang sendiri? Mana istrimu?"

Deg! Mendengar pertanyaannya membuat jantungku makin berdegup kencang. Jadi, maksudnya Risna belum sampai ke rumah?

"Memangnya, Ri-Risna belum sampai, Mas?"

"Belum sampai? Apa maksudmu?"

"Kemarin Risna pulang lebih dulu, Mas. Kemungkinan naik kereta. Kupikir dia sudah sampai sejak semalam."

"Apaaa? Kau membiarkan istrimu pulang sendiri dari kota sebesar itu?"

Aku tertunduk merasa bersalah. Ah, jadi kemana kau pergi, Risna? Apakah kamu tersesat?

Tetiba Mas Dewangga menarik tanganku menjauh menuju halaman rumah. Mungkin agar ibu tak mendengar percakapan kami.

"Apa yang kamu lakukan sampai membiarkannya pergi sendiri, Ramdan?! Kau tidak takut istrimu diculik orang? Seharian ibu selalu menanyakan Risna, ibu khawatir pada istrimu. Ibu bahkan tidak bisa tidur karena terus memikirkan menantunya. Lalu gimana reaksi ibu kalau Risna tidak ikut pulang bersamamu?! Kamu mau membuat ibu bertambah sakit lagi 'hah?"

Aku menelan ludah mendengar perkataan Mas Dewangga. "Maaf Mas, kemarin aku banyak pekerjaan yang harus diurus dan tidak bisa ditinggalkan, jadi--"

"Jangan pernah berbohong di hadapanku! Jangan kau pikir kakakmu ini tidak tahu apa yang sudah kau lakukan!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
rasain lo Ramdan
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
mampus loh Ramdhan suami tukang selingkuh...kayaknya mas Dewangga mencintai Risma makanya pergi merantau pas Risma dan Ramdhan menikah dan sampai skrg masih melajang
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ternyata Suami Mendua Ketika Kami Tak Bersama   Part 83. END

    Part 83Dua tahun berlalu... Ini hari yang paling membahagiakan untuk Risna, karena dia berhasil menyelesaikan pendidikannya sebagai seorang mahasiswi. Hari ini adalah hari kelulusan alias hari wisuda di perguruan tinggi tempatnya menuntut ilmu. Gadis kecil mungil itu berlarian kecil menuju Risna. "Ate ate ate...." ocehnya dengan lucu. Risna yang tengah dirias dan memakai kebaya dan rok dari kain jarik menoleh ke arah bocah mungil itu. Dewangga tersenyum, langsung menggendong gadis mungil itu dan menciuminya. "Ate..." Ia terlihat berontak tak ingin digendong oleh Dewangga, tangan gadis kecil itu terulur padanya. "Sini, Mas, Rina sepertinya ingin digendong olehku," sahut Risna sambil senyum. Risna menciuminya dan menjawil pipinya yang chubby. "Keponakan ante udah wangi nih, udah siap mau ikut tante?" tanya Risna dengan lembut.Arina manggut-manggut sambil mengoceh tak jelas lagi. Ya, dia Arina, putri mungil kakaknya, Reyhan dan Zahra. Umurnya satu tahun lebih beberapa bulan, h

  • Ternyata Suami Mendua Ketika Kami Tak Bersama   Part 82

    Part 82Risna melambaikan tangan saat mengantar kepergian sang kakak dan istrinya di Bandara."Semoga sukses bulan madunya, Kak dan cepat dapat momongan!" seru Risna sambil tertawa renyah. Reyhan mengusap lembut kepala adiknya sambil tersenyum. Begitu pula dengan Zahra, dia yang sedari tadi berdiri di samping suaminya, merasa agak gugup karena ini pengalaman pertamanya untuk naik pesawat."Kamu juga ya, Dek. Pokoknya kita harus berikan kebahagiaan untuk papa dan mama. Dewa, kupercayakan sepenuhnya padamu. Jaga adikku dengan baik," sahut Reyhan."Tentu, Bang. Risna sudah jadi tanggung jawabku.""Aku juga titip papa dan mama ya. Kabari kalau ada apa-apa.""Iya, Bang, pasti. Abang gak perlu khawatir. Bersenang-senanglah bersama istri dan jangan pikirkan kami. Semoga honeymoonya sukses."Reyhan dan Zahra tersenyum, kemudian ia segera menuju ke pesawat setelah ada pengumuman, pesawat akan take off.Dewangga dan Risna saling berpandangan sejenak lalu melempar senyum. Mereka pulang setelah

  • Ternyata Suami Mendua Ketika Kami Tak Bersama   Part 81

    Part 81Kini Pak Hadiwilaga bisa bernapas dengan lega. Sungguh, ia tak menyangka, ternyata selama ini ia memelihara dua penjahat sekaligus selama puluhan tahun! Miris bukan?Bahkan Derry masih satu kerabat dengan istrinya itu. Maksudnya sang mantan istri.Reyhan dan yang lain pun baru tahu kalau dalang dibalik hilangnya Risna dulu adalah Bu Martha. Semua bukti dia dapatkan saat orang suruhannya melakukan penggeledahan di rumah terbengkalai milik Martha. Ia menemukan sebuah catatan diantara tumpukan buku yang sudah usang. Catatan yang menjelaskan dimana saja ia harus beraksi bersama.Saat pertama mengetahuinya, dadanya berdebar sangat kencang, jadi Martha memang sudah mengincar keluarganya dari dulu. Dia benar-benar tak kenal lelah untuk mendapatkan papanya. Obsesinya karena ingin jadi orang kaya hingga melemahkan akal pikirannya. *** Tiga wanita itu tengah berkumpul di ruang tamu, mereka tengah membicarakan pesta syukuran untuk pernikahan Reyhan dan Zahra. Mereka melihat-lihat foto

  • Ternyata Suami Mendua Ketika Kami Tak Bersama   Part 80B

    Tak ingin membuang-buang waktu dan berkonsultasi dengan dokter yang merawat ayahnya, Reyhan meminta surat pengantar agar bisa membawa ayahnya ke rumah sakit lain yang lebih besar dan lengkap peralatan medisnya. Hal itu disetujui oleh pihak RS. Agar Pak Hadiwilaga mendapatkan perawatan semaksimal mungkin tanpa gangguan dari siapapun lagi.Setelah mengurus berkas-berkas sekaligus administrasinya, Pak Hadiwilaga langsung dibawa pergi dengan ambulance. Disusul oleh Reyhan dan juga Zahra di mobil belakang.Reyhan bertindak cepat agar tak keduluan oleh sang ibu tirinya. Ia mendapatkan laporan dari Arfan dan Zhafi mengenai rencana licik Martha ingin membuat kondisi Pak Hadiwilaga makin memburuk. Meskipun kemarin Pak Hadiwilaga terlihat lebih baik dari pada biasanya, tapi sebentar-sebentar terbangun dan merasakan dadanya yang begitu sesak."Dek Zahra, aku mau minta satu permohonan padamu," ujar Reyhan saat berjaga dalam ruang perawatan ayahnya di rumah sakit yang baru."Katakan, Mas.""Tolong

  • Ternyata Suami Mendua Ketika Kami Tak Bersama   Part 80A

    Part 80Beberapa waktu sebelumnya ... Setelah Ramdan pergi dan tak kembali lagi. Dia menghubungi lelaki itu berkali-kali tapi tak kunjung direspon. Ia juga tetap menunggunya pulang, tapi sampai sekarang, Ramdan tak pernah kembali. Alya bingung dan frustasi. Apa yang harus ia lakukan sekarang, tak ada lagi yang menanggung biaya hidupnya.Hingga akhirnya tiba waktunya bayar kontrakan, tapi Alya tak sanggup membayarnya karena uangnya sudah habis, habis untuk makan, dia dan anak-anak."Maaf ya, Mbak. Tidak ada toleransi. Bukan karena saya manusia yang tidak punya hati, bisnis tetaplah bisnis. Jadi lebih baik sekarang mbaknya dan anak-anak pergi dari kontrakan saya," tukas pemilik kontrakan yang sudah memberi waktu lewat dua hari dari jatuh tempo."Pak, saya mohon, tunggu sampai suami saya pulang!" Alya memohon dengan mata berkaca-kaca. Tapi pemilik kontrakan itu tak menggubrisnya. Hidup Alya makin kacau."Maaf ya, Mbak, penghuni baru akan segera datang, jadi tolong kosongkan kontrakan

  • Ternyata Suami Mendua Ketika Kami Tak Bersama   Part 79

    Part 79Saat wanita itu mendongak, baik Dewangga dan Risna sangat terkejut saat melihatnya dengan penampilan yang awut-awutan tak karuan."Ka-kamu?"Alya terperanjat kaget melihat mereka kini ada di dekatnya. "Alya, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Dewangga tak habis pikir, pada wanita yang suka sekali bersandiwara."Kamu sengaja ya melakukan ini? Kamu ingin mencelakakan dirimu sendiri dan bayimu itu?"Alya bangkit seraya mendekap bayinya yang masih terus menangis. Dia menggeleng pelan lalu beringsut mundur ke pinggir jalan. Badannya sudah tak terurus, wajah kusut dan kumal, begitu pula dengan bajunya yang tampak kotor dan dekil. Dia tak menanggapi ucapan dari Dewangga maupun pandangan menuntut dari Risna yang seolah ingin tahu apa yang terjadi pada dirinya. Dia berlari-lari kecil sambil terus menggendong bayinya yang kelaparan."Mas, apa yang sebenarnya terjadi padanya?" tanya Risna sambil terus memandang wanita itu yang berjalan terus tanpa menoleh lagi. Ia berjalan tanpa alas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status