Share

Wanita Menyeramkan di Rumah Aryo

Orang-orang itu hanya terdiam. Mereka tidak punya alasan lagi untuk menguatkan tuduhan bahwa Marni ada di rumah Aryo. Bukti sudah benar-benar jelas. Ketika dilakukan penggeledahan, Marni tidak ada di dalam sana. Satu hal yang akhirnya menjadi kesimpulan. Bahwa Wahyu hanya salah lihat.

"Makanya jangan menuduh sembarangan! Saya punya istri yang sangat saya cintai dan punya anak. Tidak mungkin kalau saya tertarik dengan wanita lain. Kalau saya memang tertarik sama Marni, sudah dari dulu saya akan mencoba mendapatkannya. Tapi saya tidak sedikitpun tertarik ke dia. Jadi jangan asal nuduh!" kata Aryo panjang lebar. Dia juga kesal dengan tuduhan yang orang-orang tujukan ke dia.

"Iya Pak Aryo. Kami minta maaf. Mungkin kami hanya salah lihat aja," ucap salah satu dari mereka.

"Kalau begitu kami pamit dulu," ucap yang lain.

Aryo mencoba tersenyum walaupun sulit. Ia mengangguk dan mempersilahkan lima lelaki itu untuk keluar dari rumahnya. Sungguh malam ini adalah malam yang lumayan mendebarkan bagi dia. Bisa-bisanya dia dituduh membawa Marni masuk ke rumahnya.

"Ada-ada saja," ucap Aryo sambil menutup pintu sekaligus menguncinya.

Masalah sudah selesai. Kini saatnya dia beristirahat. Ketika dia ingin masuk ke kamarnya, sesuatu yang janggal tiba-tiba ia rasakan. Sesuatu itu pula yang membuat dia berhenti berjalan.

"Tunggu! Mereka bilang kalau Marni datang bertamu ke sini. Tapi bukannya yang tadi bertamu cuma Wahyu? Dan sebelumnya ...." Ia menggantung ucapannya.

Huaaaa!

Belum selesai ia dengan pemikirannya, anaknya yang masih kecil tiba-tiba menangis kencang. Ia tak tahu apa yang sedang terjadi. Naluri dia sebagai seorang ayah membuat dia langsung bergerak cepat untuk memeriksanya. Di saat dia masuk ke kamar, ia melihat anaknya yang sedang menangis sembari menutup matanya menggunakan kedua tangannya. Sang istri yang juga berada di situ pun kebingungan dan berusaha untuk menenangkan anaknya.

"Apa yang terjadi?" tanya Aryo.

"Nggak tahu. Tiba-tiba anak kita terbangun dan nangis seperti ini," jawab istrinya.

"Huuu Ayah. Itu ..." ucap lelaki kecil itu sambil menunjuk ke bagian atas lemari.

Sontak Aryo pun langsung melihat ke arah sana. Namun tidak ada apa-apa di sana. Ia semakin panik dan bertanya di dalam hatinya tentang apa yang sebenarnya telah dilihat oleh anaknya. Ia mendekat dan duduk di ranjang tempat tidur itu.

"Tidak ada apa-apa. Sudah, jangan menangis! Ada ayah di sini," ucap Aryo. Anaknya tetap saja menangis.

"Sekarang tidur dulu. Ada ayah sama ibu di sini. Kamu tidak usah khawatir," ucapnya lagi.

Aryo masih belum tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi. Pada hari-hari sebelumnya belum pernah ada kejadian semacam ini. Apa mungkin ada hubungannya dengan sosok Marni yang kata para warga masuk ke dalam rumahnya?

Aryo tak bisa tidur. Lebih tepatnya tak mau tidur. Ia lebih memilih untuk menjaga anak dan istrinya sekaligus memikirkan tentang kejadian yang malam ini terjadi. Tidak peduli jikalaupun ia harus begadang. Yang penting anak dan istrinya aman.

Malam semakin larut, dan sepi mulai terasa menjadi-jadi. Hanya suara dari detik demi detik jam dinding saja yang terdengar. Aryo ternyata tak mampu untuk menahan matanya agar tetap terbuka. Ia ingin tidur, tapi hati kecilnya mengatakan kalau ia tidak boleh melakukannya. Takut jika terjadi apa-apa nantinya.

Namun, sekeras apapun ia mencoba, ia masih tetap kalah dengan rasa kantuknya. Perlahan matanya tertutup. Dari yang awalnya memandang remang cahaya kamar, kini hanya gelap yang terlihat. Ya, karena matanya memang sedang dalam posisi tertutup.

Tap! Tap! Srek! Srek!

Deg!

Jantung Aryo berdetak jauh lebih cepat dari biasanya. Indra pendengarannya menangkap suara langkah kaki yang diseret. Padahal di rumah itu ia cuma tinggal bertiga bersama istri dan anaknya.

Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya di kala suara langkah kaki itu terdengar seperti menuju ke arah kamarnya. Deru napasnya tak bisa diatur. Ia sangat ketakutan sekarang.

Kriitt!

Aryo hampir kehilangan napasnya ketika ia mendengar suara pintu kamarnya. Ia ingin melihat, tapi takut jika apa yang akan ia lihat nanti adalah sosok yang menyeramkan. Lama-kelamaan, suara itupun menghilang. Namun langkah kaki itu masih terdengar jelas. Ya, jelas sekali bahwa itu menuju ke arahnya.

Dengan segala keberanian yang tersisa, ia mencoba menolehkan kepalanya ke arah sana. Dan apa yang terjadi? Apa yang ia lihat ketika ia menolehkan kepalanya?

"Lah. Kamu kenapa?"

Sebuah pertanyaan singkat perlahan membuat Aryo merasa tenang. Ia akhirnya bisa menghembuskan napas lega ketika mengetahui kenyataannya. Ternyata langkah kaki itu berasal dari istrinya. Bukan dari hantu ataupun makhluk menakutkan lainnya. Namun yang menjadi pertanyaannya adalah kapan istrinya keluar dari kamar?

"Hah, kamu dari mana?" tanya Aryo sambil berusaha mengatur napasnya.

"Dari kamar mandi. Kenapa?" jawab sekaligus tanya istrinya.

"Enggak. Nggak apa-apa."

Istrinya cuma menggeleng-gelengkan kepalanya saja. Setelah itu kembali berbaring di samping anaknya yang sudah tertidur pulas.

Sementara itu Aryo mencoba menenangkan dirinya. Ia berpikir bahwa di saat dia mengantuk itulah istrinya keluar dari kamar. Maka dari itu ia tidak menyadarinya. Rupanya ia terlalu takut dengan dua kejadian yang baru saja menimpanya.

"Penakut kamu, Yo. Gak ada apa-apa di sini," batinnya.

Setelah itu, ia pun memutuskan untuk memejamkan matanya. Ya, ia ingin segera tidur agar bisa melewati malam yang penuh dengan ketakutan seperti ini.

***

Tap! Tap! Srek!

Suara itu, sebuah suara yang jelas sekali bunyinya. Ya, itu adalah suara langkah kaki. Sontak hal itu kembali mengejutkan Aryo yang sedari tadi belum bisa tertidur. Tubuhnya menegang. Pikirnya, tidak mungkin untuk kedua kalinya tercipta hal yang sama.

Dengan ketakutan yang luar biasa, dirinya mencoba untuk menoleh ke arah samping. Anaknya masih ada di sana, begitu juga dengan istrinya. Mereka berdua sudah tertidur pulas. Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah tentang siapa yang sedang melangkah itu?

Ah, sial! Pintu kamarnya terbuka. Lebih sialnya lagi, Aryo malah terfokus ke arah sana. Perlahan suara langkah kaki itu semakin mendekat. Aryo juga semakin panik dan takut. Namun, tak lama setelahnya, suara itupun menghilang. Saat itulah ia kembali merasa tenang.

Sret!

"Haaaa!" teriak Aryo.

Di area pintu kamarnya sana, ia melihat kepala dengan wajah mengerikan dan rambut panjangnya yang tiba-tiba muncul dari balik dinding. Hanya kepalanya saja, entah di mana badannya. Mungkin ada, tapi terhalang oleh dinding.

Karena itulah Aryo tak dapat menahan diri untuk berteriak. Apalagi ketika sosok hantu itu menyeringai ke arahnya. Ia menjadi lebih ketakutan dan hampir saja pingsan. Beruntungnya ia masih bisa menahan diri untuk tetap sadar.

"Ayah. Ada apa ini? Kenapa berteriak?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status