Home / Horor / Teror Hantu Janda Muda / Thomas dan Teman-Teman

Share

Thomas dan Teman-Teman

Author: M Nur Fadli
last update Last Updated: 2022-10-08 17:18:45

Hantu itu menghilang tepat ketika istrinya bangun dan menanyakan apa yang sedang terjadi. Aryo tak langsung menjawab. Ia mengatur dulu napasnya sekaligus mengembalikan ketenangannya. Setelah ia tenang, barulah ia menjawab pertanyaan dari istrinya.

"Nggak apa-apa. Cuma mimpi buruk," jawabnya berbohong.

"Ya ampun. Emang mimpi apaan sampai teriak kayak gitu?" tanya istrinya sambil tertawa kecil.

"Mimpi buruk pokoknya. Udah, kamu tidur sana. Jangan sampai anak kita terbangun mendengar pembicaraan kita," ucap Aryo. Wanita itu mengangguk paham.

Malam ini Aryo benar-benar ketakutan. Ia mencoba tidur dengan membenamkan wajahnya ke bantal. Sekujur tubuhnya dibalut dengan selimut. Setidaknya dengan cara yang seperti itu, ia bisa sedikit meredam ketakutannya akibat kejadian barusan.

***

Keesokan harinya, ramai diperbincangkan tentang penampakan hantu perempuan yang sangat menyeramkan. Ternyata bukan hanya Aryo saja yang melihat, tetapi juga hampir seluruh penduduk desa.

"Tadi malam suami saya ngelihat hantu."

"Tunggu! Hantunya perempuan? Pakai daster putih? Rambutnya panjang? Wajahnya hancur mengerikan?" tebak yang lain.

"Kok Bu Ani bisa tahu?"

"Saya juga semalem ngelihat," katanya.

"Yang bener, Bu? Gimana ceritanya?"

"Waktu saya mau nutup gorden, dari jendela saya melihat hantu itu berjalan di sekitar rumah. Saya nggak terlalu memperhatikannya, karena saya takut jika hantu itu malah masuk ke rumah saya," ucap Bu Ani.

"Lah, masih mending, Bu. Tadi malam suami saya malah melihat hantu itu di kamar mandi. Parah banget, kan?"

Semua yang ada di sana bergidik ngeri. Namun sekali lagi, sebuah rasa penasaran selalu bisa mengalahkan rasa takut. Sehingga mereka tetap ingin mendengar kelanjutan ceritanya walaupun ketakutan.

"Apa? Di kamar mandi?"

Bu Endang, si wanita bertubuh gemuk itu bertanya. Ia sangat penasaran dengan cerita seram dari temannya itu.

"Iya, Bu. Kejadiannya sekitar jam sebelas malam. Saat itu suami saya mau kencing. Eh habis kencing tiba-tiba dia lari. Saat saya tanya katanya dia habis ngelihat hantu di kamar mandi."

"Terus gimana?"

"Ya saya takut lah."

"Nggak diperiksa kamar mandinya?"

"Enggak. Kalau beneran ada, bisa pingsan saya."

Pembicaraan mereka didengar oleh seorang anak remaja yang sedang berangkat ke sekolah. Dia lah Thomas, seorang lelaki yang bisa dibilang adalah tokoh utama dalam cerita ini. Ia yang sangat tertarik dengan gosip itu pun memutuskan untuk ikut walau cuma sebentar.

"Eh, Thomas. Mau berangkat sekolah?" tanya Bu Ani.

"Iya, Bu. Hehehe," jawabnya.

"Saya denger tadi Bu Ani habis ngelihat hantu, ya?" tanyanya setelahnya.

"Iya, di sekitar rumah saya," jawab Bu Ani.

"Kok bisa ya, tiba-tiba desa kita jadi angker?" ucap Thomas.

"Memangnya kamu juga ngelihat hantu itu, Thomas?"

"Enggak, Bu. Tapi semalem waktu aku begadang main game, aku kayak denger suara orang nangis. Tapi gak tahu siapa. Nggak aku pedulikan," kata Thomas.

"Positif. Pasti hantu itu," kata Bu Endang.

"Emm ... Gak tahu juga sih, Bu. Ya sudah kalau begitu aku mau berangkat sekolah dulu. Takut telat. Hehehe," kata Thomas.

Mereka mengangguk tanda menyetujui. Setelahnya, percakapan tentang hantu itupun kembali berlanjut. Namun tak ada yang menceritakan tentang sosok Marni yang masuk ke dalam rumah Aryo. Entah mereka belum mendengar berita itu ataupun karena mereka memang tidak ingin menceritakannya. Tidak ada yang tahu soal itu selain mereka saja.

***

Cahaya jingga dari sang senja sudah mulai muncul. Indah sekali. Namun sayangnya, keindahan itu cuma bertahan sebentar sebelum akhirnya warna hitam menguasai semesta. Ya, warna hitam yang menandakan bahwa hari sudah berganti menjadi malam yang menakutkan.

Di depan rumah yang besar itu seorang lelaki sedang duduk. Dia adalah Thomas. Matanya yang tajam ia pergunakan untuk memandang langit yang semakin lama semakin menghitam tanda akan hadirnya sang malam. Di wajahnya, tersimpan sebuah gambaran atas kekhawatirannya pada datangnya malam. Sebuah ketakutan akan banyaknya rumor yang beredar tentang hantu yang gentayangan di desanya.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada desa ini? Kenapa tiba-tiba jadi angker?" tanyanya pada diri sendiri sambil menghembuskan napas pelan.

"Ah, sial! Ada kerja kelompok pula nanti," lanjutnya.

Itulah yang menjadi ketakutan tersendiri buatnya. Mengingat keadaan desanya yang sedang diteror oleh hantu gentayangan, harusnya ia tidak boleh keluar pada malam hari. Namun sebuah keharusan memaksanya untuk keluar.

Alhasil, malam harinya ia pun pergi ke rumah temannya yang kebetulan juga masih satu desa dengannya. Bersama Rio, temannya, ia berangkat berboncengan dengan naik motor. Tak jauh memang tempatnya, tapi untuk menuju ke sana harus melewati kebun pisang yang sangat gelap. Ya, karena di area itu tidak ada penerangan apapun selain lampu motor dan juga cahaya bulan.

"Thomas, cepatlah! Gelap banget, nih. Serem," kata Rio.

"Sabar lah. Jalannya jelek," kata Thomas.

Suasana sekitar yang gelap dan sepi membuat kedua manusia itu sedikit merasa takut. Di samping kanan dan kiri jalan terjejer pepohonan pisang yang jumlahnya tak dapat dihitung dengan jari. Berbagai cerita juga sudah banyak mereka dengar tentang kebun tersebut. Katanya, ada sosok hantu berbalut kain kafan di sana. Namun yang sekarang mereka takuti bukan hanya itu, melainkan juga hantu perempuan yang sedang bergentayangan.

Hanya keheningan yang menghiasi perjalanan mereka. Tak ada sedikitpun pembicaraan yang tercipta. Jalanan yang buruk membuat laju motor mereka menjadi sangat pelan. Thomas mencoba untuk tenang. Sampai pada akhirnya, ia pun berhasil melewati area kebun pisang tersebut tanpa ada gangguan sedikitpun dari alam lain.

"Lama sekali kalian," ucap seorang perempuan yang sudah berada di sebuah teras rumah. Sebut saja namanya Miya.

"Huff ... Iya, maaf. Semuanya sudah datang, ya?" tanya Thomas.

"Iya. Ayolah masuk! Sebaiknya kita cepat-cepat selesaiin nih tugas. Jangan sampai kemalaman," kata Sendy, sang pemilik rumah.

Mereka mengangguk menyetujui. Selanjutnya, lima manusia itupun berkumpul di dalam rumah. Di depannya sudah ada berbagai alat untuk membuat sebuah prakarya. Tugas itu wajib untuk diselesaikan malam ini karena besok sudah harus dikumpulkan.

Lumayan lama mereka mengerjakan, akhirnya tugas untuk membuat sebuah kotak pensil dari pelepah pisang itupun berhasil mereka selesaikan. Napas lega pun turut menghiasi suasana.

"Akhirnya selesai juga," kata Nana, gadis cantik berambut poni.

"Ngomong-ngomong, dari mana kamu dapat pelepah pisang sebanyak ini, Sen?" tanya Thomas.

"Oh ini? Ini dari kebun pisang Pak Mamat," jawab Sendy.

Thomas langsung membuka matanya lebar-lebar. Kebun pisang yang dimaksud itu bukankah kebun pisang yang tadi ia lalui? Teringat kembali cerita tentang penampakan pocong yang seringkali terjadi di area itu. Tak tahu mengapa, ia malah menjadi takut jika harus pulang melewati area sana lagi.

"Apa? Jangan bilang kalau kau mencurinya dari sana," ucap Thomas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Teror Hantu Janda Muda   Keanehan Ayahnya Thomas

    Sendi berusaha untuk mengatur napasnya yang tak beraturan. Bayang-bayang tentang wajah mengerikan dari sang hantu masih terus singgah di kepalanya. Sangat menyeramkan memang.“Dia di sini,” ucap Sendi pelan.Thomas langsung paham dengan apa yang Sendi katakan. Ia tentunya terkejut sekaligus takut. Ia arahkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar, tapi tak ada apapun di sana. Ia tahu, hantu itu pasti hanya akan memunculkan diri di depan satu orang. Mungkin setelah ini, giliran dia yang akan didatangi.“Gak ada apa-apa, Sen. Udah, tenanglah!” pinta Thomas.“Dia di sini, Thomas.”Thomas bingung harus berbuat apa. Di satu sisi, ia memang takut. Tapi di sisi lain, ia juga ingin permasalahan ini cepat-cepat selesai. Ia tak mau ini jadi teror yang berkelanjutan tanpa ada ujungnya. Rasanya sudah lelah kalau tiap hari harus dihantui oleh hantu Marni. Ia ingin hidup dengan tenang seperti sedia kala.“Hufff ....” Thomas mengembuskan napas pelan.“Kalau kamu beneran Tante Marni, keluarlah! Kami i

  • Teror Hantu Janda Muda   Dihantui Lagi

    "Udah, jangan banyak nanya. Lupakan saja! Intinya fokus nyetir supaya bisa cepat-cepat sampai," kata Rio."Oke, oke."Entah makhluk yang dimaksud Rio masih mengejar atau tidak, Thomas pun tak tahu. Rio pun mungkin juga sama tidak tahu. Akan tetapi hal itu sudah tak perlu dikhawatirkan lagi kala mereka sudah sampai di rumah Thomas."Cepetan Thom, buka garasimu. Biar aku yang masukin motornya.""Tam Tom. Aku bukan kucing.""Sudahlah, jangan protes! Cepat!" perintah Rio lagi."Iya, tunggu!"Thomas langsung berlari masuk ke dalam rumah dan segera membuka pintu garasi. Selepas itu ia pun langsung menyuruh kedua temannya itu untuk memasukkan motor ke garasi.***"Hufff. Emang kamu lihat apa tadi?" tanya Sendi sembari merebahkan tubuhnya di atas kasur kamar Thomas."Biasalah. Ya tahu sendiri, lah," jawab Rio."Kurasa kita memang harus cepat-cepat memecahkan misteri ini, deh. Kita gak bisa membiarkan hantu itu meneror kampung kita lebih lama lagi," ucap Thomas."Iya, emang. Makanya itu kita h

  • Teror Hantu Janda Muda   Pulang Tanpa Hasil

    Sendy yang mendengar ucapan Thomas pun langsung terkejut dan melihat ke arah yang ditunjuk. Ternyata di sana tidak ada apa-apa."Mana?""Hahaha. Nggak, nggak. Aku cuma bercanda.""Sialan! Jangan kayak gitu!""Kenapa mendadak jadi penakut? Padahal tadi siang berani banget nyelidiki sampe toilet," ucap Thomas."Masalahnya ini baru aja habis ngelihat hantu. Ya kesan takutnya masih kerasa, lah. Entah kalau nanti. Mungkin akan hilang. Ya biasanya kayak gitu," ucap Sendy."Berarti berani pulang sendiri, entar?" Kali ini Rio yang bertanya."Mungkin.""Yeee. Ya jangan mungkin. Yang yakin, dong.""Hmm. Ya, ya. Aku berani. Aku laki-laki. Ngapain juga harus takut," ucap Sendi."Baguslah. Kita emang gak boleh takut," ucap Thomas.Setelah itu, ketiganya pun diam. Musik mulai menyala, dan sang penyanyi di cafe itupun mulai menyanyikan sebuah lagi. Thomas, Rio dan Sendi dapat melihat dengan jelas tentang bagaimana penyanyi cantik itu bernyanyi serta berjoget di sana. Namun itu bukan tujuan utama mer

  • Teror Hantu Janda Muda   Gangguan Perjalanan

    "Gak, gak. Aku berani," ucap Sendy."Oh. Syukur deh. Kalau begitu tunggu di rumah dulu. Jangan berangkat dulu.""Kenapa?""Aku belum izin orang tua. Hahaha. Kalau gak diizinin ya gak jadi.""Lah. Parah banget.""Lha iya. Tapi akan tetap aku usahakan. Ya udah. Udah dulu. Aku mau bilang ke mereka.""Siap, deh."Thomas mematikan panggilan teleponnya. Ia pun kemudian berniat untuk menemui orang tuanya yang kini sedang menonton televisi. Entah diberi izin atau tidak, ia tetap harus mencoba untuk meminta izin."Eee ... Aku mau keluar, boleh nggak?" tanya Thomas ke keduanya."Keluar ke mana, sih? Harusnya kalau malam-malam di rumah aja," kata ibunya."Harusnya sih gitu, Bu. Tapi ini penting banget," kata Thomas."Penting apa?" Kali ini ayahnya yang bertanya."Ada tugas. Lagian entar aku juga sama Rio. Sama si Sendy juga. Aku gak sendiri, kok."Ada keraguan di hati kedua orang tuanya untuk memberikan izin kepada sang anak. Tentu itu disebabkan oleh teror hantu yang akhir-akhir ini ada di kamp

  • Teror Hantu Janda Muda   Dugaan Pemerkosaan dan Pembunuhan

    "Rumit, sih. Kalau aku hubungkan dengan yang difilm-film, kayaknya Tante Marni ini diperkosa seseorang. Mungkin sampai hamil. Lalu setelah mengetahui bahwa dirinya hamil, dia jadi malu dan memutuskan untuk pergi dari kampung sini," ucap Thomas."Terus soal teror hantu itu?""Kurasa itu emang hantunya Tante Marni. Ini mungkin, ya. Mungkin ketika perjalanan pergi, si pelaku itu membunuh Tante Marni dan membuangnya di suatu tempat yang kita tidak tahu di mana. Makanya itu arwahnya jadi tidak tenang dan menghantui kampung ini.""Nah, sekarang yang jadi pertanyaan, kenapa yang dihantui kampung ini. Maksudku, kenapa dia gak menghantui orang yang udah memerkosa dia?" tanya Nana.Thomas tersenyum meremehkan. Ia sudah menebak dari awal kalau bakalan ada yang bertanya seperti itu, dan ternyata benar, Nana bertanya seperti yang ia pikirkan."Itulah alasan kenapa aku tidak ingin siapapun tahu tentang penemuan test pack itu, tak terkecuali juga Pak RT. Hantu Tante Marni meneror kampung ini, kemung

  • Teror Hantu Janda Muda   Test Pack

    Wajah makhluk itu tak nampak karena tertutup oleh rambut panjangnya. Namun tetap saja terlihat sangat menyeramkan.Thomas mengembalikan pensil alis itu ke tempat semula. Setelah itu ia memutuskan untuk mencari sesuatu yang lain. Di saat yang bersamaan, sosok hantu menyeramkan itu juga sudah menghilang dari sana."Ah, apa Tante Marni tidak meninggalkan sesuatu yang lain soal kepergiannya?" tanya Thomas pada dirinya sendiri.Ia mengembuskan napas pelan. Entah kenapa ia merasa bahwa penyelidikan ini pasti akan berakhir dengan sebuah kegagalan. Itu yang ada di pikiran Thomas saat ini.Thomas terus mencari sesuatu yang berada di kamar itu. Ia benar-benar mengesampingkan rasa takutnya, atau bahkan bisa dibilang menghilangkan rasa takutnya itu. Berada di dalam kamar yang gelap dan sepi tanpa ditemani oleh siapapun. Jelas itu terasa seperti uji nyali baginya. Namun ia seolah tak peduli dengan itu semua. Misinya jauh lebih penting daripada rasa takutnya."Seandainya aku punya indera ke-enam. A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status