Share

12. Ke Rumah Mama

Kulihat Bang Fyan menyugar rambutnya secara kasar. Aku tak suka caranya seperti ini. Kenangan itu tak bisa dipaksakan untuk hilang. Membekas bukan berarti ingin mengulang. Perlu waktu untuk menggantikan seseorang yang telah terpatri di dalam hati. Dan aku sedang berusaha keras untuk itu.

Dia masih duduk di bangku itu dengan kedua sikut bertumpu pada pahanya. Kepalanya menunduk dengan urat-urat tegas jelas terlihat di wajahnya.

Nampak kemarahannya begitu ingin disembunyikan. Satu sisi hatiku merasa bersalah telah membuat wajahnya begitu memerah namun sisi hatiku yang lain juga merasa marah dengan caranya.

Beberapa menit kemudian nampak dia bangkit dan mengusap wajahnya kasar. Lalu berjalan tergesa-gesa menuju mobil dimana aku terlebih dahulu telah masuk.

Tanpa suara dia duduk di kursi kemudi, lalu melajukan mobil menuju rumah Mama.

Selama perjalanan yang hanya beberapa menit saja, kami saling diam. Tak ada suara selain deru mesin mobil yang memenuhi rongga telinga.

Hatiku yang mulai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status