Safna jelas saja gelisah membaca pesan dari Roger, apalagi saat laki-laki tersebut kini sudah berdiri di ujung sana menatap dirinya sambil melambaikan tangannya. Hal tersebut membuat gadis itu semakin gelisah, dia berdiri mematung untuk beberapa waktu, berusaha untuk mencerna keadaan yang terjadi saat ini."Kecura'ngan Callister, dia mencurangi Roger untuk mendapatkan diri ku?." Pertanyaan tersebut menggantung di atas kepala nya saat ini."Aku terjebak dalam situasi rumit yang telah disusun dengan apik." Dan itu barisan salah satu pesan yang diberikan oleh Roger pada dirinya.Apa maksud nya?.Safna terus mengerutkan keningnya di mana tatapannya kini tertuju lurus ke arah, pertanyaan demi pertanyaan berhatap dirinya ditegak perasaannya yang tiba-tiba menjadi serba salah dan galau, kaki terasa hendak melangkah ke arah depan mendekati laki-laki di ujung sana tapi tidak tahu kenapa hati mencoba untuk melarangnya, seolah-olah berkata."Hey Safna kau adalah istri seseorang, lupakah kamu soa
Kafe kecil pasar ate,Bukit tinggi,Sejengkal menatap jam gadang.Mereka duduk di sebuah tempat makan di pasar ate (pasar atas) Bukittinggi bersebelahan dengan jam gadang, memesan menu sederhana untuk di nikmati bersama dengan secangkir kopi untuk Callister dan es jeruk untuk Safna. Keheningan terjadi sejenak di antara mereka, dimana Safna masih berusaha untuk menikmati menu makanan apapun yang ada di depan mata nya, padahal sebenarnya dia cukup kenyang saat ini.Callister menyesap kopi milik nya secara perlahan, memperhatikan mimik wajah istrinya untuk beberapa waktu. Dia tahu mimik wajah itu menampilkan sesuatu yang mengatakan keingin tahuan akan sesuatu, sorot mata Safna yang menangkap dirinya sesekali seolah-olah berkata berhenti membohongi aku dan tolong jujurlah pada ku secepatnya jika ingin hubungan ini baik-baik saja dan tidak memanas. Pada akhirnya laki-laki tersebut sadar sejauh inilah mereka pada akhirnya melangkah dan dia tahu lambat laut ini semua akan terjadi, Safna pas
Kembali ke masa lalu,Beberapa tahun silam.Kediaman utama keluarga Callister.Kamar mendominasi berwarna putih tersebut terlihat begitu tenang, sang penghuni nya tampak masih terlelap di atas kasur berukuran size jumbo tersebut. Suara burung terdengar dari balik jendela diiringi cahaya matahari yang mulai menyeruak masuk kedalam ruangan tersebut. Suara jarum jam menambah irama indah didalam kamar tersebut, meskipun begitu sang pemilik kamar masih tidak beringsut sedikit pun sejak tadi. Masih terlalu larut dalam lelap seolah enggan di ganggu oleh siapapun.Cukup lama suasana tersebut bertahan hingga pada akhirnya seseorang masuk kedalam kamar tersebut dengan sedikit tergesa-gesa. Laki-laki tampan dengan tubuh atletis nya.Laki-laki itu menggelengkan kepalanya saat dia menyadari sangat punya kamar belum juga terjaga sejak tadi meskipun sebenarnya beberapa pelayan sudah mencoba untuk membangunkan laki-laki tersebut mengingat ini ada di hari kerja yang normal. Hingga pada akhirnya satu
Masih kembali ke masa lalu,Mansion utama keluarga Callister,Taman belakang.Saat menunggu matahari sore perlahan terbenam, Callister memilih memberikan makan pada ikan-ikan yang ada di kolam belakang rumah, pandangan mata laki-laki tersebut cukup fokus kearah depan sana dan tidak beralih kemanapun dimana bisa dilihat secara perlahan lampu-lampu sudah mulai dihidupkan oleh para pelayan bahkan beberapa jendela yang terbuka juga gorden yang terbuka telah ditutup dengan sempurna. Laki-laki tersebut asik pada ikan dan makanan yang dia berikan, mengabaikan siapapun yang ada di sekitarnya. Dia terlalu asik dengan kesendirian hingga akhirnya dari arah belakang nya muncul seseorang yang bergerak perlahan mendekati dirinya."Paman di sini rupanya," Satu suara memecah keadaan."Aku mencari paman sejak tadi." lanjut suara itu lagi.Callister yang mendengar suara tersebut sana sekali tidak menoleh, dia masih sibuk memberikan makan pada barisan ikan kesayangan nya."Seperti biasa, kamu mengabaika
Callister tidak menjawab di mana kini kembali mengalihkan pandangannya ke dalam kolam, menatap ikan-ikan yang ada di depan tersebut di mana mereka saling berlomba untuk mengejar antara satu dengan yang lainnya. Roger terlihat gelisah melihat ekspresi yang ditampilkan oleh pamannya, dia benci ekspresi tenang tersebut karena baginya itu sangat mengganggu dirinya. sebentar menampilkan ekspresi seperti itu tidak ada yang pernah tahu apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran laki-laki tersebut."Tinggalkan Safna, paman bisa memberikan Safna pada ku dan biarkan aku yang membahagiakannya." lanjut Roger lagi kemudian.Callister yang mendengar ucapan dari keponakan seketika langsung berdecih, dia terkekeh dan mengejek mendengar apa yang diucapkan oleh Roger."Apa ini perintah? Permintaan atau sebuah ancaman?," Kini tatapan mata laki-laki tersebut berpindah dari kolam ikan tertuju pada Roger, tatapan bola mata Callister terlihat begitu tajam dan siap membunuh siapapun yang ada dihadapannya.Dia
Kembali ke masa sekarang,Pasar ate,Bukittinggi.Bola mata Safna kini terlihat berbinar-binar menatap ke arah Callister, dia Callister pada masa lalu tentang mereka semua terutama bagaimana Roger menginginkan dirinya dan mendapatkan dirinya. Dia membiarkan netra nya menatap laki-laki dihadapan nya tersebut nya baru saja menutup cerita tentang masa lalu Callister dan Roger. Laki-laki itu tidak terlalu banyak bicara, dimana Callister hanya bercerita apa adanya tentang dirinya dan juga Roger. Juga tentang bagaimana mereka terhubung antara satu dengan yang lain dan hal itu jelas saja membuat Safna cukup terkejut.Gadis itu mencoba untuk menyambung benang kusut yang terjadi di antara mereka. Sejujurnya dia memang pernah jatuh cinta pada ada Callister, normal dan sudah bukan rahasia umum, terkadang gadis muda menyukai laki-laki dewasa yang di anggap nya sebagai cinta ke dua setelah cinta pertama mereka, ayahnya.Tapi sejauh yang dia ingat, dia memang pernah mendengar soal pembicaraan perjo
Masih kembali ke masa kemarin,Beberapa bulan yang lalu,Saat hubungan Safna, Roger dan Luna masih baik-baik saja.Galleri pakaian pengantin.Luna menatap ke arah gaun pengantin yang ada di hadapannya untuk beberapa waktu, mengagumi sebuah mahakarya yang begitu luar biasa, terlihat terlalu indah dan begitu mahal, membuat dia tampak berdebar-debar menatap gaun tersebut saat ini. Sebagai seorang gadis, gaun pengantin menjadi satu hal yang begitu di impi-impikan oleh mereka, merancang masa depan dengan seseorang yang mereka cintai sembari menyusun konsep pernikahan yang diimpikan oleh mereka. Dan pernikahan Safna benar-benar terlihat manis, konsep yang dibuat mengusung tema impian para gadis, gaun yang digunakan pun merupakan gaun yang terlalu indah, yang hanya bisa Luna kagumi diam-diam di balik hati nya.Dia hanya mengagumi, bermimpi sejuah itu untuk memiliki nya mana berani, sebab dia siapa? Hanya gadis miskin biasa yang bahkan kehidupan nya di bawah rata-rata.Berteman dengan Safna d
Rumah kediaman keluarga RogerHampir tengah malam.Luna terlihat baru selesai menggosok tumpukan pakaian milik anggota keluarga Roger, seulas senyuman mengambang di balik wajah teduh dan cantik nya saat akhirnya dia pikir dia telah menyelesaikan semua pekerjaan rumah jadi dia tinggal pergi beristirahat dengan santai. Seperti biasa dia akan mengerjakan beberapa pekerjaan di rumah tersebut mengingat ibunya sudah tidak mungkin lagi untuk melakukan terlalu banyak aktivitas Karena Wanita itu sudah cukup tua. Sejak tahun kemarin dia paling banyak membantu menggantikan tugas ibunya saat kembali dari kuliah, hitung-hitung keluarga Roger memberikan upah tambahan yang bisa dia gunakan untuk membayar biaya kuliah nya.Gadis itu sedikit memutar pinggang, rasa pegal dan lelah menghantam dirinya. Pada akhirnya setelah membereskan semua sisa barang-barang dia sempat melirik kearah jam di dinding sisi kanan dia berdiri."Alhamdulillah." Gumam nya pelan.Malam ini pekerjaan nya berakhir sedikit lebih