Share

Semalam Dengan Rindu

Penulis: Cacak Endik
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-27 04:52:09

Malam terlalu larut untuk pulang sebaiknya menginap saja Nak Raja. Begitulah ucapan Bu Dian kepadaku di saat aku ingin berpamitan pulang dari rumahnya. 

Sempat aku melirik Rindu yang hanya tertunduk lesu dengan tatapan mata kosong di ujung sofa ruang tamu. Kasihan dia betapa sungguh terpukul hatinya akan kematian Mas Danang. 

“Apakah baik Bu saya menginap malam ini di sini. Sedangkan tetangga-tetangga Ibu sudah kepalang tahu. Jikalau Rindu akan menikah dengan Mas Danang. Apakah tiada kecurigaan berlebihan oleh mereka bila mengetahui aku menginap malam ini,” aku coba menolak dengan cara halus tanpa mengurangi rasa sopan santun dan segala hormat pada seorang Ibu tua di depanku ini. 

Lalu Pak Bandi segera berdiri mendekati kami yang tengah berdiskusi tentang pulang atau menginap di balik pintu. Aku sudah dapat menebak apa yang beliau katakan. Tentunya beliau juga akan mencegahku untuk pulang dan menginginkan aku menginap saja. 

“Benar Nak Raja malam sudah sangat gelap untuk berkendara sendirian. Apa tidak sebaiknya Nak Raja menginap di sini malam ini. Masalah tidur kita ambil kasur yang Rindu beli untuk pernikahannya. Sayang kalau kasur itu tidak terpakai,” dan benar tebakanku bahwa Pak Bandi jelas menghalangiku untuk pulang. 

Sekilas aku tersentak sebab bayangan Mas Danang seolah ikut hadir malam ini. Bahkan terlihat jelas tatapan Rindu seolah tersenyum dab mengerti akan kehadiran bayangan Mas Danang. 

Betapa hatiku sanggatlah terpukul dan kembali begitu ingin menangis. Betapa kerinduan walau baru kemarin Mas Danang dimakamkan belum jua kering tanah pemakamannya. 

“Baiklah Pak Bandi dan Bu Dian saya akan menginap malam ini di sini. Tetapi izinkan saya untuk tidur di kamar Rindu,” dengan terpaksa dan rasa menepis akan kerinduan ingin terus melihat bayangan Mas Danang. Aku mengiakan keinginan dua orang tua yang terus bermuram durja atas keadaan putrinya tersebut. 

Tetapi aku mengajukan syarat yang mungkin tak masuk diakal mereka berdua. Bisa jadi mereka langsung menolak mentah-mentah atas permintaanku. Separuh akan tujuan serta maksud permintaanku memang tetap menolak secara halus. 

Agar mereka urung memintaku untuk menginap. Maka dari itu aku menyetujui menginap tetapi meminta untuk tidur bersama Rindu. Bahkan orang tua mana yang setuju apabila anak gadisnya tidur dengan cowok tanpa ikatan apa pun jua. 

Tetapi jawaban dari Pak Bandi membuat aku tersentak. Sesaat setelah mereka berdua saling memandang di depanku. Seolah mata mereka beradu tatapan dan berunding tanpa suara. 

“Baiklah Nak Raja kami mengizinkanmu untuk tidur bersama Rindu malam ini. Tetapi kami minta dengan teramat sangat dan kami memohon dengan hati baik Nak Raja. Tolong jangan lukai kepercayaan hati kami atas Nak Raja,” ucapan Pak Bandi semakin membuat aku tak enak hati. Semakin membuat seolah aku adalah seorang yang mereka harapkan menolong mereka untuk kelangsungan hidup keluarga mereka. 

Bahkan aku bertambah kaget ketika kedua orang tua Rindu di depanku berlutut dan memohon kepadaku. Mereka memintaku untuk tetap tinggal malam ini. Tidak kembali pulang dan menginap semalam dan mereka tetap menyetujui kalau aku tidur bersama rindu.  

“Terima kasih Nak Raja sebab mau menolong kami untuk menemani Rindu. Mungkin dengan cara ini Rindu perlahan akan sadar dan mengingat kembali. Nak Raja memang lelaki yang baik dan maafkan kami. Sudah memasukkan Nak Raja pada suasana yang sulit ini,” begitulah ucapan Bu Dian sambil meneteskan air matanya. 

Betapa aku tak memiliki hati bila membuat seorang Ibu menangis. Tapi apalah daya pria di dalam diriku ini untuk menolak permintaannya. Bahkan aku tak mengerti ini salah atau benar dimata Sang Pencipta. Tetapi entah seakan sosok bayangan Mas Danang dalam mimpi itu. Seakan terus mengarahkanku pada Rindu. 

“Mas Danang mari kita ke kamar,” Rindu datang padaku dengan memanjakan wajahnya. Bahkan Rindu masih memanggilku sebagai Mas Danang. Ingin rasanya aku mengatakan padanya jikalau aku bukan kakakku. Tetapi aku adalah adiknya yang memang berwajah mirip dengan kakakku Danang. 

Aku mencoba menetralkan hati dengan menengok sebentar dua wajah orang tua Rindu. Mereka hanya mengangguk lemah tanda menyetujui apa yang diinginkan Rindu. Mungkinkah ini sebuah istilah bagi orang tua yang tidak terlalu tega pada anaknya. 

Walau anaknya justru menjurus akan perilaku yang kurang tepat. Walau secara tidak menyadarinya kalau itu salah. Tetapi demi ketenangan anaknya maka orang tua mengiakan saja. 

“Baiklah Mbak Rindu mari aku akan mengikuti langkahmu,” lalu aku raih jabatan tangan Rindu perlahan dan ia tampak heran dengan panggilan Mbak Rindu. Bukankah Mas Danang tiada pernah memanggilnya dengan sebutan itu. 

“Kenapa Mas Danang memanggilku dengan sebutan Mbak Rindu? Bukankah sebentar lagi kita akan menikah. Lalu kita akan menjadi pasangan suami dan istri,” Rindu mulai meneteskan air matanya dan lekas aku mengusapnya perlahan. 

Hatiku mulai terenyuh dan tiada tega melihat linangan air matanya. Apa aku mulai tertarik dengan rasa iba pada Rindu. Tidak menurutku dia milik Mas Danang kakakku dan aku harus tetap mengekang rasa apa pun jua untuk Rindu.

“Maaf sayang aku hanya menyebut nama Rindu ketika aku benar-benar ingin memastikan cintamu. Hanya sekedar menggodamu agar kau tahu betapa kasih dan sayangku tak terbatas hanya sebuah panggilan semata. Mari kita tidur dan hari sudah terlalu larut untuk membuka mata,” Rindu tampak senang dengan sedikit ucapan dan rayuan yang aku katakan. 

Bibirnya mulai terkembang kembali dengan sedikit senyum tipis. Lalu jabatan tangannya erat menggeretku ke dalam kamarnya. Walau aku masih memiliki rasa tidak enak hati pada kedua orang tua Rindu. 

Aku masih menengok ke belakang untuk melihat mereka dan berharap mereka mencegah Rindu. Mengurungkan niat kami untuk tidur bersama satu kamar berdua. Tetapi apa yang aku lihat hanya senyum terkembang dengan penuh kepedihan di bibir tua hampir termakan usia. 

Setelah Rindu menutup pintu dan mulai merebahkan tubuhnya. Aku masih mencoba menyadarkan diriku untuk tak jauh melangkah ke dalam gelap jurang nista bernama dosa. Tapi Rindu terus merayuku dengan begitu dahsyatnya. 

Rindu terus merengek melarangku untuk merebahkan tubuh di bawah ranjang. Bahkan ia ingin untuk aku tidur di sampingnya satu selimut berdua. 

“Mas Danang sudah berjanji tiada yang dapat memilikiku selain Mas Danang. Aku mendengar percakapan Ayah dan Ibu semalam untuk membatalkan pernikahan kita. Lebih baik aku mengakhiri hidupku bila itu benar terjadi. Tidurlah di sampingku Mas dan raihlah teguk madu yang aku suguhkan dengan penuh cinta. Bukankah sari pati tubuh ini sudah sepenuhnya milikmu,” Rindu terus meracau dengan kata-kata tidak jelas dan cenderung membuat aku bingung. 

Betapa aku masih tidak menyadari apa dan siapa Rindu ini. Bukankah dia tidak menyadari kalau aku adalah Raja bukan Danang. Sempat jua ada pertanyaan di benakku bahwa. 

Apa mungkin bila seseorang sudah begitu dalam suasana yang tidak dapat mengontrol pemikirannya sendiri. Maka dia sendiri sudah dalam pengaruh alam bawah sadarnya. 

Aku hanya mematung bingung menghadapi tingkah-tingkah Rindu dengan segala yang menurutku tidak baik. Tetapi tiba-tiba Rindu menyerangku dengan cumbuan-cumbuan secara gencar. Hingga aku tak mampu melawan untuk menolaknya dari sisi lelakiku. 

Sekali bisiknya lembut ditelingaku malam ini, “Mas Danang terima kasih atas benih yang kau tanam.” 

Betapa aku tersadar akan membuat kesalahan besar yang harusnya tak aku lakukan. Betapa mataku kali ini menetes dengan rasa pedih. Malam ini rasanya aku melihat Mas Danang duduk di sofa kecil pojok kamar dengan ratapan dan tangisan. 

Lalu apakah jadinya cerita antara aku dan Rindu. Apakah kehancuran yang akan aku terima dengan noda besar yang terus membayangiku. Aku merasa salah, aku lelah dan aku kalah. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Roni Amajaka
walah walah kalian berdua membuatku iri
goodnovel comment avatar
Jono Ishaj k
waduh-waduh yang ini bacanya aku bikin gerah...
goodnovel comment avatar
Pena Bagus
ia tor namanya Rindu apa Aisyah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi Calon Kakak Ipar   Firasat Agung

    Raja membuka matanya perlahan dan keseluruhan badannya telah basah kuyup. Bahkan ia kembali dan kembali diguyur air satu ember. Satu ember air comberan yang berbau menyengat tak sedap. Bagai bau kotoran manusia yang sangat menyengat. Byur, “Bangun kau Raja sang legenda MMA kota Bangzo. Bangun jagoan yang selalu dapat mengalahkan lawan-lawanya dari alam nyata maupun alam gaib. Lihatlah sekelilingmu sekarang Raja dan perhatikan kau ada dimanah sekarang?” Oceh Nona Ana yang tengah berdiri bertolak pinggang. Sambil membawa satu ember berukuran tanggung bekas terisi penuh air comberan yang ia guyurkan pada Raja. Raja menatap sekitar ia berada dan kali ini Raja benar-benar tak bisa berbuat apa-apa. Sebab kedua tangannya terikat oleh pasung dan juga lehernya. Kedua kakinya terikat rantai besi dengan bandul bola besi besar di ujungnya. Raja melihat istrinya Rindu tak memakai apa pun di tubuhnya dirantai di kedua kaki dan tangannya dengan cara direntangkan. Matanya ditutup dan mulutnya dis

  • Terpaksa Menikahi Calon Kakak Ipar   Perkara Tengah Malam

    Langkah kaki Raja menapak kembali rumah kosong di belakang pos hansip. Tangannya meraih pintu pagar depan yang sudah hampir hancur. Membukanya dengan cepat dan mulai berjalan ke arah pintu depan rumah tersebut. “Sudah aku bilang padamu untuk berhenti Joni. Tetapi kau tetap saja tak mengindahkan perkataanku. Kalau demikian percuma aku menganggapmu saudara selama ini,” gerutu Raja yang mulai basah di beberapa bagian pakaian yang ia kenakan. Sebab kali ini tengah malam turunlah air mata langit. Berupa titik-titik gerimis dengan intensitas agak kerap. Ceklek, Gagang pintu depan rumah kosong belakang pos hansip. Segera terbuka oleh Raja hanya gelap menyeruak dari dalam rumah kosong. Tidak ada cahaya sama sekali yang bisa untuk menerangi mata. Agar seseorang bisa melihat apa yang ada di dalam rumah. Hanya sebatas satu penglihatan satu sentimeter saja. Tetapi ada satu cahaya lilin di tengah-tengah ruang tamu yang menyala. Ada satu tikar kecil yang digelar di belakang lilin. Ada satu soso

  • Terpaksa Menikahi Calon Kakak Ipar   Hubungan Joni dan Lintang

    “Hai Joni temanku welcome selamat datang di Istanaku yang bisa dibilang ini hasil warisan Ayahku. Kau tahulah teman bahkan kau adalah salah satu teliksandi atau kaki tangan Ayahku dulu yang tak terlihat. Maaf aku tak bisa datang saat kematian Nenek Lembayung. Saya ikut mengucapkan bela sungkawa,” ucap Nyonya Lintang menyambut kedatangan Joni di taman sisi depan halaman rumahnya.Ternyata Joni selama ini merahasiakan hal sebesar ini dari Raja. Bahkan Raja tak mengetahui bila saudara sesusunnya Joni dari desa Lembayung yang kapan hari ia kunjungi. Ternyata ada hubungan erat dengan Nyonya Lintang. Bahkan Nyonya Lintang menyambut kedatangan Joni bagai kawan lama. Raja juga tidak mengetahui jikalau yang membunuh Nenek Lembayung bukan para dukun desa. Tetapi Joni dan istrinya sendiri agar seluruh aset rumah, sawah dan pekarangan Nenek Lembayung yang lebarnya hampir mencakup setengah desa menjadi milik Joni sendiri. Tanpa harus dibagi pada Raja yang hanya anak sesusuan saja. “Nona Lintang

  • Terpaksa Menikahi Calon Kakak Ipar   Hampir Ternodai

    Pagi itu Raja menemukan dua kantong belanjaan yang berserakan di depan pagar rumah terbengkalai samping pos satpam. Raja juga menemukan sobekan daster dua lengan dengan Rendra bunga-bunga. Dia tahu benar kalau itu adalah sobekan dari dua lengan daster Rindu. Sebab ia yang membelikan daster yang kini dikenakan Rindu. Tanpa pikir panjang Raja langsung melompati pagar depan rumah kosong. Pos hansip atau pos satpam di sampingnya juga belum jua ada penjaganya. Padahal hari sudah melewati pukul setengah enam lebih lima menit. Raja terus masuk ke area halaman rumah kosong yang kebetulan. Halamannya hanya sedikit selebar satu setengah meter. Kali ini Raja menemukan sandal jepit milik Rindu yang tersangkut di pot bunga dan yang satunya terlempar di sebelah kiri rumah kosong. Akhirnya Raja menemukan daster utuh milik Rindu. Tergeletak di lantai ubin warna merah di teras rumah kosong tersebut. Wajah Raja semakin memerah marah bercampur geram. “Kalau seperti ini kejadiannya dan ini sudah tida

  • Terpaksa Menikahi Calon Kakak Ipar   Rindu Kembali Jadi Korban Lelaki Bejat

    “Nak pulanglah sekarang Bapak ini sudah lama mengenal tabiat anak itu. Nyonya Lintang itu tentu tak akan tinggal diam dengan apa yang kamu lakukan dua hari ini. Anggrek Hitam berbeda sistemnya dengan mafia orang tuanya dahulu. Bila orang tuanya dahulu lebih senang mengumpulkan satu titik kekuatannya. Pada satu tempat saja tak menyebarkannya di beberapa titik atau mereka sebut pos bagian. Sekarang mereka tersebar di seluruh kota. Termasuk di pos hansip tempat Pak RT yang kamu ajak kemarin. Belakang pos hansip itu ada rumah kosong di sana mereka juga ada,” tutur Pak Bandot mengingatkan Raja. “Yah saya sudah menduganya akan hal itu Pak Bandot. Baiklah saya pamit pulang terlebih dahulu. Semoga Bapak tetap sehat selalu dan lain kali kita dapat berjumpa lagi, Asallamualaikum,” ucap Raja mengucapkan salam lalu beranjak pergi dari Warkop Pak Bandot. Sementara itu di tempat yang dikatakan Pak Bandot. Belakang pos hansip tak jauh dari rumah Pak RT. Ternyata adalah sebuah rumah terbengkalai da

  • Terpaksa Menikahi Calon Kakak Ipar   Pagi kedua

    Pagi berikutnya, Brak, dar, pyar, Tiga algojo penunggu teras rumah mewah Nyonya Lintang terlempar ke arah jendela kaca pas di samping pintu masuk rumah. Bahkan tiga algojo yang dahulu menyeret-nyeret Rajo lalu membunuhnya. Tak mampu mengalahkan Raja yang hanya menggunakan tangan kosong. Raja sempat duduk di kursi ukir klasik khas orang kaya yang berada di sisi kiri teras. Sedangkan tiga algojo sudah tidak bergerak dengan kaca berserakan di sekitar mereka. Raja masih bergaya bak tamu yang datang berkunjung. Menyulut sebatang rokok dan menghembuskan asap ke udara dari bibirnya. “Lumayan juga dua hari saat pagi seperti ini berolah raga. Sudah lama otot-ototku kaku tak bergerak. Dua hari ini cukup membuat keringat. Hitung-hitung biar badan segar-bugar dan sehat kembali,” ucap Raja memandang ke arah taman. “Woi kalian berlima apa tidak ingin sedikit membuat keringat. Kemarilah kita berolah raga sejenak diam-diam saja. Buatkan aku kopi mendingan tamu ini,” teriak Raja memanggil lima aj

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status