Share

Jejak yang Menghilang

last update Last Updated: 2025-06-14 00:06:59

Setelah percakapan singkat yang menegangkan itu, Bayu tidak bergerak dari depan pintu. Ia hanya menatap punggung Nadya yang menghilang begitu cepat di balik pagar rumah. Suara deru mesin mobil istrinya membelah keheningan sore, meluncur kencang ke arah jalan besar.

Bayu masih berdiri mematung. Perasaan curiga dalam hatinya kini tumbuh lebih besar. Bukan sekadar firasat, tapi lebih kepada keyakinan bahwa Nadya sedang menyembunyikan sesuatu—sesuatu yang bisa merusak segalanya, termasuk rumah tangga mereka dan masa depan bayi yang tengah dikandung Jihan.

Ponselnya segera ia tarik dari saku.

“Rafi,” panggilnya cepat begitu panggilan tersambung.

“Ya, Pak Bayu?” suara asisten pribadinya terdengar jelas di ujung telepon.

“Kamu di mana?”

“Masih di kantor, Pak. Baru selesai rekap keuangan minggu ini. Ada yang bisa dibantu, Pak?” tanya Rafi kemudian.

Bayu menarik napas pelan. “Tinggalkan semua. Aku butuh bantuanmu sekarang juga.”

Rafi tak menunggu penjelasan lebih lanjut. “Saya siap. Ada apa, P
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Aku Belum Kalah!

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh malam. Jihan duduk termenung di atas sofa, mengenakan cardigan lembut dan celana santai. Satu tangannya memegangi perut yang mulai membuncit, sementara matanya memandangi layar televisi yang tak benar-benar ia tonton.Bastian masuk dari dapur, membawa segelas susu hangat. Ia menyerahkannya pada sang kakak.“Kak... kamu harus minum ini,” ujarnya lembut. “Udah dari tadi kamu nggak makan apa-apa.”Jihan mengangguk, tapi tak langsung meminum susu itu. Ia menatap adiknya sejenak lalu berkata, “Aku nggak tahu harus bersikap gimana, Bas. Aku cuma perempuan yang diminta mengandung anak orang lain demi uang. Tapi sekarang, semuanya jadi kacau. Aku merasa bersalah.”Bastian duduk di sampingnya. “Kamu bukan perusak rumah tangga orang. Kalau ada yang merusak, itu Nadya sendiri. Kak Bayu cuma melihat kebenaran yang selama ini dia tutupi.”Jihan menghela napas. “Tapi aku tetap

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Drama di Pengadilan

    Pagi itu, cuaca di Jakarta cerah, namun suasana hati Nadya justru sebaliknya: panas dan penuh bara.Ia turun dari mobil mewahnya dengan mengenakan blazer putih dan rok pensil hitam, kacamata hitam melindungi matanya dari sinar matahari, namun tak bisa menyembunyikan aura puas yang memancar dari wajahnya.Di belakangnya, Dion mengikuti, mengenakan jas biru tua dan masker medis. Mereka menuju ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan, tempat sidang cerai perdana antara Nadya dan Bayu akan digelar.“Setelah ini, dia akan habis,” bisik Nadya pada Dion dengan senyum licik. “Dia pikir aku perempuan yang bisa dibuang begitu saja.”Dion mengangguk. “Kita tinggal mainkan narasinya. Jangan sampai kelihatan kamu berselingkuh duluan.”“Tenang. Semua sudah siap. Bahkan aku bawa rekaman editan itu,” sahut Nadya, kemudian meraih flashdisk lain yang isinya manipulasi audio percakapan antara Bayu dan Jihan, seolah-olah mere

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Hanya Tinggal Menunggu Bom Waktu Meledak

    Waktu sudah menunjuk angka delapan malam. Jihan duduk di kursi rotan, mengenakan sweater tipis dan menatap jalanan sepi di depan rumah. Sejak menerima pesan dari Bayu sore tadi, hatinya sedikit gelisah.Setiap suara mobil yang melintas membuatnya menoleh. Sampai akhirnya, suara mesin mobil yang dikenalnya berhenti tepat di depan pagar.Jihan berdiri. Bayu turun dari mobil, mengenakan kemeja hitam dan celana bahan gelap. Wajahnya tampak letih, namun matanya tetap menatap Jihan dengan ketegasan yang tak pernah berubah.“Maaf membuatmu menunggu,” ucap Bayu ketika sampai di depan pintu.Jihan membuka gerbang kecil, mempersilakannya masuk. “Tidak apa-apa. Aku memang belum bisa tidur,” ucapnya dengan senyum tipis di bibirnya.Mereka duduk berdua di teras. Untuk beberapa saat, tak satu pun dari mereka bicara. Hanya suara jangkrik dan angin malam yang menjadi pengisi sunyi.Sampai akhirnya, Bayu angkat bicara.“A

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Ada yang Ingin Bayu Bicarakan

    Langit mulai mendung ketika Bayu tiba di pelataran Hotel Skypark, sebuah penginapan mewah yang hanya dihuni kalangan atas. Namun bagi Bayu, kemewahan itu kini hanya tampak seperti sarang busuk yang menyembunyikan aib.Sementara Rafi sudah menunggu di lobby hotel. Ia mengenakan hoodie dan topi, menyamar agar tak menarik perhatian. Begitu melihat Bayu, Rafi langsung mendekat.“Mereka masih di kamar 1605,” bisiknya. “Baru saja Dion turun sebentar ke minimarket dekat hotel. Sementara Mbak Nadya masih di atas. Saya sudah arahkan staf hotel untuk tidak mencatat keberadaan Dion. Mereka pikir dia tamu bayangan.”“Bagus,” jawab Bayu cepat. “Sekarang giliran kita ambil langkah,” ucapnya dengan suara tegasnya.Rafi menyerahkan sebuah alat kecil. “Ini perekam dan transmitter. Cukup tempelkan di dalam kamar, nanti kita bisa rekam semua percakapan mereka, bahkan dari mobil.”Bayu menyel

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Tidak akan Membiarkan Jihan Sendirian

    Suara ketukan lembut di pintu depan membuat Jihan menoleh dari dapur. Ia sedang menyiapkan makan siang sederhana untuk Bastian, tumis tahu dan sup ayam hangat yang aromanya menenangkan.Tangannya masih menggenggam sendok kayu ketika suara Bastian terdengar dari ruang tengah.“Kak! Ada tamu!” teriak Bastian kepada sang kakak.Jihan berjalan perlahan. Saat matanya menangkap sosok pria tinggi berjas abu-abu itu berdiri di ambang pintu dengan kantong belanjaan di tangan, jantungnya langsung berdetak lebih cepat.“Mas Bayu?” gumamnya lirih. Matanya menatap Bayu dengan senyum tipis di bibirnya.Pria itu tersenyum hangat. “Hai.”“Aku kira Mas Bayu lagi sibuk...” Jihan mengerjap, mencoba menyembunyikan harunya.“Memang,” jawab Bayu sambil masuk. “Tapi aku lebih sibuk mikirin kamu akhir-akhir ini. Jadi, kuputuskan datang sekalian bawa makan siang.”Ia mengangkat kan

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Pengawal di Rumah Jihan

    Pagi itu, Jihan membuka mata dengan rasa kantuk yang belum tuntas. Ia melirik ke arah jam dinding. Pukul enam lebih sepuluh.Matahari baru mulai menyembul di ufuk timur, menyinari tirai kamarnya yang belum sempat ditutup sepenuhnya tadi malam.Tapi ada sesuatu yang aneh.Ia merasa seperti diawasi. Bukan oleh Bastian, bukan juga oleh tetangga atau teman. Tapi oleh seseorang yang tidak ia kenal.Perasaan itu sudah muncul sejak semalam. Saat ia duduk di balkon belakang, memandangi langit malam dan mengelus perutnya, bulu kuduknya berdiri meski udara tidak dingin. Ia sempat menoleh ke belakang, tapi tidak melihat siapa pun.“Ah, mungkin cuma perasaanku saja,” bisiknya saat itu.Namun, pagi ini... perasaan itu kembali.Setelah mencuci muka dan mengganti pakaian tidur dengan daster longgar, Jihan berjalan pelan ke dapur. Ia membuka kulkas, mengambil sebotol susu, lalu duduk di meja makan kecil.Hening. Terlalu hening, bah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status