Share

Pembelaan Tuduhan Tak Jelas

last update Huling Na-update: 2025-06-20 02:00:46

Kabar pernikahan kedua menyebar lebih cepat dari yang diperkirakan Bayu. Pagi itu, suasana kantor The Bays Company, yang biasanya tenang dan profesional, berubah menjadi ladang bisik-bisik dan tatapan penuh tanda tanya.

Para karyawan, mulai dari staf hingga manajer divisi, membicarakan satu hal yang sama: Jihan adalah istri kedua Bayu Ganesha Atmaja.

"Apa? Jihan? Yang dulu staf di divisi utama itu?" bisik seorang wanita berkacamata di pantry.

"Iya. Kudengar dari bagian HR. Katanya sekarang dia tinggal di rumah keluarga Pak Bayu."

"Astaga... ternyata dia simpanan bos!" ucap salah satu staff dengan nada tak percaya.

"Bukan simpanan, bego. Sah, katanya. Istri kedua! Iya, memang ada surat nikahnya.”

"Pak Bayu itu udah gila apa gimana? Istrinya yang sah kan Bu Nadya! Yang anggun, yang sering tampil di majalah. Mana cocok disandingin sama cewek biasa kayak Jihan?"

“Loh? Belum lihat berita juga, kah? Bu Nadya kan

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Menghindar

    The Bays Company, Senin pagi.Langkah kaki para karyawan berderap cepat menyusuri lantai marmer gedung utama.Suara keyboard, telepon, dan sapaan singkat terdengar seperti biasa. Di lantai 10, tempat Divisi Utama berada, suasana pun berjalan seperti biasanya.Kecuali untuk satu orang.Meta menatap layar komputernya dengan sorot mata kosong. Sudah lima menit ia tidak menekan tombol apa pun.Padahal laporan meeting pagi harus selesai sebelum jam sepuluh. Tangannya gemetar, bukan karena gugup, tapi karena hatinya masih kacau sejak makan malam itu.Sejak Rafi mengungkapkan perasaannya.Dan sejak Meta menjawabnya dengan penolakan yang ia sendiri tak yakin benar atau salah."Meta, kopi favoritmu.” Sebuah suara muncul dari belakangnya. Lembut dan tenang seperti biasa.Meta menoleh, dan seperti yang ia duga, Rafi berdiri di sana dengan senyum tipis dan dua gelas kopi. Ia masih hafal pesanan Meta—kopi tanpa gula, ekstra espresso shot.“Oh… makasih. Tapi aku… udah ada minuman,” ucap Meta cepat

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Menyatakan Perasaan

    “Meta. Aku mau ajak kamu makan malam lagi, malam ini. Mau?” ajak Rafi ketika dirinya menghampiri Meta yang sedang duduk di meja kerjanya yang tengah fokus pada pekerjaannya.Meta mengadahkan kepalanya lalu mengangguk dengan pelan. “Boleh. Di resto biasa, kan?”Rafi mengangguk dan tersenyum. “Aku tunggu jam tujuh malam nanti!” ucapnya lalu melangkahkan kakinya menuju meja kerjanya.Meta menghela napasnya dengan panjang sembari menetralkan perasaannya saat Rafi mengajaknya makan malam bersama—lagi.Waktu sudah menunjuk angka tujuh malam. Restoran di rooftop gedung kaca itu tampak tenang malam itu. Langit bersih tanpa awan, dan gemerlap lampu kota menyatu dengan suara alunan musik akustik yang mengalun pelan.Meta duduk di seberang meja, tangannya memainkan sendok dengan gugup. Ia datang dengan jaket krem dan blus biru pucat, tampak ragu tapi tetap anggun seperti biasanya.Rafi, yang duduk di hadapannya, tersenyum hangat. Ia mengenakan kemeja putih lengan panjang dan jam tangan cokelat t

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Luka yang Belum Sembuh

    Sore menjelang senja. Langit Jakarta mulai berwarna jingga keemasan, dan angin sore meniupkan aroma hujan yang sempat turun siang tadi.Meta berdiri di depan rumah bergaya minimalis dua lantai yang dikelilingi pagar putih sederhana. Ia mengetuk pelan pintu kayu yang tertutup rapat, dan tak lama kemudian, terdengar suara lembut dari dalam.“Masuk aja, Met. Nggak dikunci kok,” teriak suara Jihan dari ruang tengah.Meta membuka pintu dan langsung disambut suasana rumah yang hangat dan penuh aroma susu bayi.Di pojok ruangan, sebuah boks bayi berwarna krem terletak tak jauh dari sofa, dan di dalamnya, seorang bayi mungil tertidur dengan wajah damai.Meta tersenyum tipis. “Zayden tidur, Han?” tanyanya kemudian.“Baru aja. Tadi sempat nangis satu jam. Ujian jadi ibu baru,” sahut Jihan sambil berjalan ke arah dapur kecil, kemudian kembali membawa dua gelas teh hangat. “Nih, buat kamu. Teh manis spesial.”Meta duduk dan menerima gelas itu. Tatapannya tak lepas dari bayi Zayden yang sesekali m

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Tatapan yang Tak Sengaja

    Hari itu, langit tampak lebih cerah. Di luar gedung The Bays Company, semilir angin mengibaskan beberapa helai rambut Meta yang terlepas dari ikatannya.Ia sedang berdiri di balkon kantor lantai tiga, memandangi jalanan yang padat, tapi pikirannya kosong.Pagi tadi, saat tiba di meja kerjanya, ia kembali menemukan segelas kopi hitam hangat—bukan sembarang kopi sachet, tapi dari kedai favoritnya yang jarang diketahui orang lain. Di gelas kertasnya tertulis inisial "M" dan sebuah sticky note kecil:“Untuk hari yang butuh tenaga ekstra. – R”Meta tidak tersenyum. Ia hanya menarik napas dalam-dalam, mengambil gelas itu, lalu menaruhnya di sisi meja tanpa menyentuhnya.“Makin-makin aja ini Pak Rafi,” ucapnya lalu geleng-geleng kepala.Jam makan siang tiba. Para staf berbondong-bondong menuju kantin atau memesan makanan online. Di ruang kerja utama, Meta masih menatap layar dengan serius saat Ra

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Hari-Hari di The Bays Company

    Season 2 – Kisah Meta dan Rafi**Langit pagi di Jakarta masih berselimut mendung ketika Meta tiba di lobi The Bays Company. Seperti biasa, ia datang lebih awal, lima belas menit sebelum jam masuk kantor.Rambutnya diikat rapi, blazer abu-abu tergantung pas di bahunya, dan sepatu hak rendah yang dipilihnya hari itu tidak berderap nyaring, tapi cukup untuk menandai langkah-langkah pasti seorang perempuan yang terbiasa hidup dalam garis lurus.Meta tidak suka basa-basi. Di matanya, dunia kerja adalah tempat untuk membuktikan kemampuan, bukan menjalin pertemanan.Dan di The Bays Company—perusahaan yang bergerak di bidang lifestyle, teknologi, dan investasi ini—Meta adalah salah satu staf terbaik di divisi utama, khususnya divisi strategis yang menangani project-proposal besar dari klien-klien korporat.Hari ini, seperti biasa, ia langsung menuju meja kerjanya yang terletak di pojok dekat jendela. Dari tempat duduknya, ia bisa

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Welcome, Zayden William Atmaja

    Usia kandungan Jihan sudah memasuki sembilan bulan.Hujan turun deras sejak malam sebelumnya. Kilat sesekali membelah langit, dan gemuruh guntur terdengar menggetarkan jendela rumah sakit tempat Jihan dirawat.Suasana begitu mencekam dan sunyi, seperti menyatu dengan kecemasan yang tengah merayapi hati Bayu.Sudah lebih dari dua jam Jihan berada di ruang persalinan. Sejak ketuban pecah secara tiba-tiba dini hari tadi, semua terasa begitu cepat dan kacau. Jihan menjerit kesakitan, menggenggam lengan Bayu erat-erat sebelum akhirnya dilarikan oleh tim medis.Bayu mondar-mandir di depan ruang bersalin, wajahnya pucat, kemeja putih yang dikenakannya kusut dan basah karena hujan saat ia terburu-buru ke rumah sakit. Rafi dan Meta berdiri tak jauh darinya, mencoba menenangkan tapi mereka sendiri tegang bukan main.“Santai, Pak Bayu,” kata Meta dengan suara pelan, walau dirinya sendiri menangis pelan karena khawatir. “Jihan kuat. Dia pasti

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status