Share

Kedatangan Mertua

Penulis: sherina vellyn
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-04 19:58:20

“Ay, enggak gitu maksud Aa. Bukan kamu yang milih, tapi Aa,” tanggap Izhar cepat.

Ayesha menatap Izhar lekat sambil menggeleng cukup kuat. “Selama Ay enggak ngizinin Aa nyentuh Ay, Aa juga enggak bisa nyentuh Ay gitu aja.”

Sayangnya, niat mengancam Ayesha malah berbalik. Izhar terlalu lemah lembut pada perempuan apa lagi gadis muda seperti Ayesha. Dia tak bisa mengancam Ayesha dengan keras, sekeras apa pun sifat bawaan gadis ini.

***

Nirmala tengah menyiapkan sarapan pagi itu. Dan Izhar duduk menikmati pelayanan dari Nirmala yang senantiasa melayaninya dengan baik.

“Nanti aku mau belanja mingguan. Aa mau titip apa?” tanya Nirmala sambil menyajikan makanan.

“Selain kebutuhan, enggak ada. Uangnya masih cukup, apa perlu ditambahin?” Izhar tersenyum menatap istri pertamanya yang sudah sibuk melayaninya.

“Kayaknya kurang, soalnya ada beberapa lebih banyak yang harus aku beli,” jawab Nirmala.

“Iya, nanti habis makan Aa transfer lagi ke rekening kamu,” balas Izhar.

“Ngomong-ngomong, Ayesha belum bangun, ya?” Nirmala melirik ke arah kamu yang letaknya tak jauh dari dapur dengan sedikit sinis.

Bagaimana dia tidak cemburu, karena Ayesha bisa bangun dan keluar kamar kapan saja sesuka hatinya sementara dirinya sudah punya waktu terjadwal yang tersesuaikan dengan suaminya.

“Belum, kayaknya.”

“Aa mau sampai kapan manjain Ayesha kayak gitu?! Semua kerjaan rumah, aku yang ngerjain. Sementara kita udah nambah member, banyak yang bertambah juga soal urusan rumah.”

Nirmala menunjukkan wajahnya yang masam. Dia tak ingin melihat Ayesha bisa enak-enakan selayaknya dulu saat dirinya masih gadis. Dia juga merasa Izhar lebih memanjakan Ayesha.

“Habis makan Aa bangunin, kok. Soal kerjaan rumah, Aa lagi berusaha ngajarin Ayesha untuk bagi-bagi tugas sama kita, Mala. Ayesha udah berusaha untuk belajar tentang pekerjaan rumah, kok,” jelas Izhar sambil menatap ke arah istri pertamanya yang air wajahnya tak berubah.

“Aa enggak ngerti, aku—”

“Assalamualaikum!”

Suara salam disertai dengan ketukan pintu membuat keduanya spontan menoleh ke arah pintu. Mereka kedatangan tamu, pagi-pagi.

“Ibu?” Izhar mengenali suara itu dan segera bangkit untuk membukakan pintu.

Izhar bergegas membukakan pintu. Dan tampak bagaimana seorang wanita tua bersama dengan rombongannya, yang jelas keluarga dari Izhar. Izhar sedikit terkejut dengan kedatangannya hari itu karena tak ada kabar untuk kedatangannya.

“Waalaikumussalam.” Izhar agak mematung setelah menjawab salam.

Izhar mempersilakan mereka masuk dengan sopan sambil melirik ke arah Nirmala yang menatapnya dari dapur. Nirmala kemudian bergegas menghampiri keluarganya dan bersalam-salaman.

“Ayesha di mana?” Wanita tua itu—Mayang, ibu Izhar celingukan mencari yang dimaksud.

“Masih tidur, Bu,” jawab Nirmala seadanya.

“Izhar bangunin dulu, Bu,“ ucap Izhar seraya hendak memasuki kamar Ayesha dengan cepat.

“Oh, kalau masih tidur, enggak apa-apa. Jangan dibangunin, kasihan!” ucap Mayang santai.

Nirmala terdiam menatapi ibu mertuanya yang cukup memperhatikan menantu barunya itu. Tatapannya menatap sinis ke arah Izhar, seolah mengadu. Baru saja Ayesha dibicarakan agar tidak dimanjakan dengan dibiarkan bangun siang.

“Mana bisa gitu, Izhar bangunin Ayesha dulu,” balas Izhar sebagai tanggapan dari tatapan Nirmala.

“Ish, dibilangin enggak usah. Gimana? Udah ada hilal belum tentang Ayesha?” tanya Mayang.

Izhar tahu apa yang dimaksud ibunya dan menggeleng pelan dengan sedikit canggung.

“Oh,” jawabnya kecewa, terlihat dari raut wajahnya yang seketika agak masam.

Melihat ibu mertuanya kecewa dengan si istri kedua, Nirmala tentu berusaha untuk terlihat lebih baik agar tak turut mengecewakan ibu mertuanya itu.

“Ibu udah makan, Bu? Aku baru aja masak buat sarapan. A, makanannya dihabiskan!” ujar Nirmala.

“Kamu masak apa?” Mayang mengalihkan perhatiannya pada Nirmala sekarang.

“Nasi goreng kesukaannya A Izhar, Bu,” jawab Nirmala.

“Cuman itu? Buat Ayesha kamu masak apa? Ayesha kan, baru lepas gadis, dia masih belum bisa masak, ya maklum. Kamu harusnya masakin dia juga, dong!” ujar Mayang.

“Iya, kok. Nasi goreng juga, sama.” Nirmala menjawabnya dengan sedikit rasa kesal di sana.

“Nasi goreng tuh, kurang sehat. Ayesha lagi persiapan buat mengandung, masa mau kamu kasih makanan kayak gitu? Buat Izhar juga. Harusnya kamu siapin makanan yang bagus buat kesuburan, buat Izhar sama Ayesha,” ucap Mayang sambil mendekati dapur.

Nirmala terdiam menatapi mertuanya itu. Dia melihat apa yang ingin dilakukan mertuanya yang memang sering kali berlaku seperti ini.

Mayang mengambil alih tugas dapur dan memasak ulang. Masakan Nirmala yang tadi dimakan oleh yang lainnya sementara Mayang membuatkan makanan khusus untuk Ayesha dan Izhar.

Izhar mendekati kamar Ayesha untuk membangunkannya. Dia merasa tak enak pada Nirmala sekarang. Pria itu menemukan bagaimana istrinya yang masih muda itu masih tertidur pulas.

“Ay, bangun, Ay!” Izhar mendekatinya dan menepuk pelan pundak Ayesha.

Ayesha yang susah dibangunkan mendesis setiap kali Izhar membangunkannya dan selalu bangun dengan suasana hatinya yang buruk. Seperti kali ini, dia hanya bergerak menghindari tangan Izhar dengan kedua alisnya yang mengernyit dalam.

“Ay, ada ibu.” Izhar masih berusaha membangunkannya.

“Ck, apa, sih?!” Ayesha memberontak dari Izhar dan terus menepis tangan Izhar.

“Ay, ada ibu. Ayo bangun, salim dulu!” ujar Izhar halus.

Izhar membantu Ayesha duduk. Gadis itu terduduk sambil menepis lagi tangan Izhar. Gadis itu memang agak kasar. Ayesha masih memejamkan matanya, dia masih mengantuk.

“Izhar?” Mayang membuka pintu kamar Ayesha dan menatapi Izhar juga Ayesha

Dengan matanya yang berusaha membuka, Ayesha menatap ke arah ibu mertuanya. Izhar menatap Ayesha dan mengusap pelan punggung Ayesha untuk membuatnya bangun.

“Dibilang jangan dibangunin dulu. Tapi, udah bangun, ya?” Mayang memasuki kamar Ayesha.

Ayesha mengerjapkan matanya dan tersenyum canggung saat dihampiri ibu mertuanya. Ayesha langsung mengasongkan tangannya untuk salim pada ibu mertuanya. Mayang tersenyum dan menerima tangan Ayesha, membiarkannya salam.

“Ayo, bangun! Ibu udah masakin sarapan buat kamu, loh.” Mayang berusaha memberikan pendekatan dengannya.

“Oh, iya. Sebentar,” jawab Ayesha canggung.

“Ayo, segera makan, buat nutrisi kamu juga, buat persiapan kehamilan,” ucap Mayang, menyatakan alasannya untuk mendekati Ayesha.

Ayesha mengernyitkan dahinya dan menatapi ibu mertuanya yang hanya tersenyum sambil meninggalkan kamar mereka. Dan tatapannya langsung melirik ke arah Izhar sinis.

“Sekongkol,” ucap Ayesha sinis.

“Bukan gitu, Ay. Ibu juga udah lama nunggu punya cucu, ibu berharap banyak sama kamu,” jelas Izhar.

“Bisa enggak, sehari aja enggak ngomongin soal punya anak?”

Ayesha mendengus sambil menyingkap selimutnya dan hendak segera ke kamar mandi. Sementara Izhar terdiam sejenak.

“Baik kamu atau Nirmala, kalian sama-sama enggak suka membahas ini. Kalian sama-sama muak mungkin mendengarnya. Mungkin mereka bisa berhenti membahas ini begitu kamu hamil, Ay, karena itu jadi tidak perlu dibicarakan lagi,” jawab Izhar seadanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fernando Kanine
suka ceritanya
goodnovel comment avatar
Lailiyun Nafiah Al Hasan
smp di bab ini suka siih ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terpaksa Menjadi Madu   Kakak Beradik

    “Saya enggak bisa tinggal diam. Saya bisa bawa kasus ini ke pengadilan.” Ayesha menyilangkan tangannya, menatapi gadis yang menangis sesenggukan setelah melempar tempat pensil pada Juan hingga menyebabkan pelipis Juan terluka.“Aish... ini cuman masalah anak-anak. Kita enggak harus sampai bawa-bawa ini ke pengadilan, kan? Namanya juga anak-anak,” ucap pria yang kelihatannya ayah dari gadis itu cukup manis untuk membujuk Ayesha yang kini merangkul Juan yang duduk di UKS. “Lagian itu salah anak kamu! Kenapa sampai harus bentak-bentak anak saya. Dia kan, jadi takut. Itu salah satu refleks anak untuk melindungi dirinya sendiri!“ bela ibunya dengan lantang. “Oh...” Ayesha tertawa sinis dan melebarkan matanya dengan kesal. “Ternyata ibu sama anak sama aja. Tukang jual gosip.” “Ayesha!” Izhar menatapi Ayesha dan menyentuh pundaknya, yang langsung ditepis Ayesha. “Apa?! Tukang jual gosip?! Saya enggak sekedar bergosip, itu fakta! Anak yang tu

  • Terpaksa Menjadi Madu   Juan dan Arsy

    “Kamu ketemu Arsy sama ibunya?!” Ayesha melebarkan matanya saat Juan mengakuinya. “Juan... Juan tahu mereka karena lihat beberapa kali fotonya. Juan agak curiga, kenapa ayah enggak tinggal sama kita kayak ayah-ayah lainnya. Ternyata ayah punya keluarga lain,” ucap Juan pelan. Terdengar nadanya kecewa. Dia mungkin sudah menahan perasaannya untuk tak menunjukkan jika dia tahu sesuatu di depan bundanya. Namun Ayesha kemudian menghela nafasnya dan mendekati Juan. Tangannya mengusap halus pundak putranya itu. “Maaf, karena membiarkan kamu terlahir sebagai anak madu,” ucap Ayesha lirih. “Bunda enggak perlu minta maaf. Juan enggak pernah malu punya bunda,” jawab Juan cepat, dia tak ingin membuat bundanya yang telah mengorbankan banyak hal untuknya. Ayesha menghela nafasnya. Lagi pula, Juan memang harus tahu tentang ini. Ayesha menatapi putranya yang sudah beranjak dewasa. Dia kemudian memegangi keningnya, mengangkat sedikit rambut putranya

  • Terpaksa Menjadi Madu   Pindah Lagi

    Juan tumbuh dengan pesat. Dia bersekolah di Bogor untuk sekolah dasarnya dan akan pindah ke kota asal ibunya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Juan tumbuh menjadi anak yang aktif. Karena pindah kota lagi, dia bisa dekat dengan ayahnya sekarang. “Arsy juga bakal sekolah di sekolah yang sama,” ucap Izhar tiba-tiba. Ayesha yang sedang menatapi persyaratan yang diperlukan untuk mendaftar lantas menggeser brosur sekolah yang ditunjukkan Izhar untuk Juan bersekolah di sana. “Aa yakin enggak akan masalah?” Ayesha menatapi Izhar dengan tatapan yang masih sama. “Enggak akan, Ay. Justru supaya Juan sama Arsy saling mengenal. Juan belum pernah main sama Arsy sebelumnya. Kamu enggak pernah izinkan Aa bawa Juan pulang. Neneknya kangen sama Juan,” ucap Izhar seraya menghela nafasnya dengan berat. “Itu buat kebaikan Juan. Aku enggak mau, Juan sampai mendengar sesuatu yang buruk dari ibu Aa.” Izhar menghela nafasny

  • Terpaksa Menjadi Madu   Pergi Tanpa Melepas

    “Ay bakal ikut keluarganya Devan pindah ke luar kota.” “Ay, kamu itu istri Aa. Justru kamu seharusnya itu Aa. Kenapa kamu malah ikut-ikut keluarga Devan?” Izhar merasa tertekan karena mendengar Ayesha akan pergi ke kota lain. Ayesha mengulum senyum dan menatapi Juan yang berada di kursi tingginya. Dia kemudian menyuapi Juan makanannya. Bayi itu terlihat sangat lahap makannya. “Ay kalau enggak sama Devan di sini sendirian. Aa enggak pernah ada sepenuhnya buat Ay, Devan yang malah jadi harus repot sama Ay, meski Ay udah nikah. Jadi, ya mau gimana lagi? Ay di sini atau Ay di sana, kayaknya buat Aa sama aja, kan?” Ayesha tersenyum tipis. Izhar menghela nafasnya. Setelah banyak yang dirinya dan Ayesha lakui, pada akhirnya Ayesha malah ingin pergi. Dia pikir kehadiran Juan akan cukup untuk mengikat Ayesha. Namun sepertinya tidak. Apa lagi dirinya kurang menghadirkan dirinya untuk sosok ibu dari anak laki-lakinya itu. “Juan bakal Ay bawa pa

  • Terpaksa Menjadi Madu   Skeptis

    Izhar tak pernah diizinkan menggendong Juan lagi setelahnya. Ayesha benar-benar mengawasi Juan hingga tak satu pun orang berani menggendong Juan. Bahkan teman-temannya yang ingin bermain dengan Juan dilarang untuk menggendongnya, hanya boleh menyentuhnya saja secara normal. Dan karena Nirmala dan Ayesha mungkin sudah seharusnya tidak berada di atap yang sama, karena mereka benar-benar tak bisa akur, akhirnya Nirmala pulang ke rumah Izhar. Dan pembantu rumah tangga mereka tentunya akan ikut bersama Izhar dan Nirmala. “Emang kamu bisa, rapihin rumah sendiri?” Izhar menghela nafasnya berat. “Devan bakal nyari pembantu buat bantu-bantu Ay di sini. Aa boleh pergi sekarang,” ucap Ayesha, secara tak langsung ingin mengusir Izhar yang sebenarnya memang akan pergi. “Ay, kamu jangan keterusan kayak gini, dong. Ke depannya, Arsy sama Juan bakal tumbuh besar, yang pastinya nanti mereka tahu kalau mereka itu kakak beradik. Jangan sampai Juan sama Arsy nant

  • Terpaksa Menjadi Madu   Celaka!

    “JUAN!” Ayesha memekik keras mendapati Juan yang sudah tergeletak di lantai dengan mulutnya yang terbuka lebar dan menjerit memanggil sang ibu. Ayesha berlari secepatnya untuk meraih Juan. Izhar sendiri segera menaruh Arsy di sofa dan menggendong Juan. Ayesha tanpa pikir panjang langsung merebut Juan dari Izhar. Tampak bagaimana tubuhnya gemetar, seolah merasakan sakit yang sama dengan yang dirasakan putranya. Perempuan itu tak bisa berkata-kata untuk beberapa saat. Tangannya memeluk erat Juan yang menangis sejadinya. Sementara Izhar tampak cukup panik sekarang menatapi Ayesha yang membeku, kaget karena putranya baru saja kenapa-napa. Sementara Arsy ikut menangis karena mendengar tangisan Juan, itu membuat Izhar segera menggendong Arsy juga. Karena itu, Nirmala juga bergegas keluar dari kamar mandi dan menatapi Ayesha dan Izhar. Ayesha tampak hampir menangis menatapi putranya yang menangis sangat kencang, sepertinya dia terbentur cukup keras saat jatuh.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status