"Iya, apakah kamu tadi menggunakan toilet yang ada di sana?" tanya Cheri sembari menunjuk ke arah tempat yang bahkan belum pernah Arumi datangi sebelumnya."Tidak. Aku tadi pakai kamar mandi di dalam kamar dan aku juga baru saja menemui orang di luar sana." Arumi menunjuk ke arah pintu keluar area kost tersebut.Setelah mendengar jawaban dari Arumi, kemudian Cheri pun langsung menghela napas lega sembari mengusap dadanya. "Untunglah kamu tidak ke sana," selorohnya."Kenapa?" tanya Arumi yan tentu saja penasaran dengan hal ini.Arumi pun mengerutkan dahi ketika tetangga kostnya berbisik satu sama lain. 'Ada apa ini?' batinnya yang merasa semakin penasaran.Tak lama kemudian Cheri dengan cepat menarik tangan Arumi dan membawanya sedikit menjauh dari tempatnya berdiri saat ini."Ada apa?" tanya Arumi sekali lagi pada Cheri yang saat ini masih menggenggam lengannya.Kemudian Cheri pun segera mendekatkan wajahnya ke telinga Arumi. "Ada yang aborsi," bisiknya.Seketika mata Arumi membulat
"Hah!" Arumi tentu saja terkejut dengan suara tersebut. Begitu juga dengan pemilik warung bakso tempatnya bekerja.Tak lama kemudian terlihat dua orang pria yang keluar dari mobil tersebut. Satu pria berjalan ke depan mobil untuk menyelesaikan masalah tabrakan yang baru saja terjadi dan satu lainnya berjalan ke arah Arumi dengan santai seolah tak terjadi apa pun.'Dia tidak waras,' batin Arumi sembari berekspresi aneh menatap ke arah laki-laki yang dikenalnya itu."Apa kamu sudah selesai bekerja?" tanya laki-laki tersebut pada Arumi yang saat ini sudah berdiri tepat di hadapannya.Langsung saja Arumi memejamkan matanya selama beberapa saat dan kemudian membuka matanya bersamaan dengan membuka mulutnya. "Kamu bodoh, gila atau bagaimana? Ini lihat ini jam berapa!" Arumi menunjuk ke arah jam dinding yang ada di warung kecil tersebut.Satria yang ada di depan Arumi pun langsung menatap ke arah apa yang ditunjuk oleh gadis di depannya. "Sudah lihatkan? Itu tandanya aku ini baru saja mulai
Tepukan di bahu Arumi yang tiba-tiba itu langsung membuatnya berbalik sembari berkata."Kunyuk, kur—" Kalimat Arumi terhenti ketika ia benar-benar berbalik dan melihat kalau orang yang baru saja menepuk pundaknya itu bukanlah Satria."Eh, maaf Pak," ucap Arumi sembari tersenyum canggung pada orang yang ada di belakangnya itu Langsung saja laki-laki tampan dan dewasa yang ada di depannya itu tertawa kecil melihat Arumi yang sedang salah tingkah. "Maaf, aku tadi melihat benda ini jatuh di sana. Apa ini milikmu?" tanyanya sembari menunjukkan sebuah gelang kaki yang ada di tangannya.Mata Arumi sedikit lebih terbuka dari sebelumnya. Ia pun langsung membungkuk untuk memeriksa gelang kaki pemberian Nita itu. "Ah benar, itu milikku," jawabnya sembari kembali berdiri tegap dan kemudian mengambil gelang kaki tersebut."Terima kasih ya, Pak," ujar Arumi lagi sembari memasukkan gelang kaki tersebut ke dalam saku celananya."Sama-sama," jawab laki-laki yang diperkirakan Arumi berusia 30 ta
Saat ini Satria yang sedang melakukan rapat dengan konsentrasi penuh tiba-tiba terganggu karena mendengar notifikasi ponselnya yang sudah berdering beberapa kali. Akhirnya tanpa menunggu rapat selesai, ia pun membuka ponselnya karena penasaran.'Sial!' makinya di dalam hati sembari menggenggam erat ponsel di tangannya karena baru saja foto-foto Arumi yang baru saja diantar oleh laki-laki lain tersebut dikirim padanya. 'Dia memang wanita penggoda. Dia baik dan tersenyum saat bersama laki-laki lain, tapi denganku tidak. Apa maksudnya itu, huh,' gerutunya di dalam hati.Lalu …."Itu Tuan Muda, bagaimana dengan proyek yang akan—" Kalimat salah satu karyawan yang baru saja selesai melakukan presentasi langsung terhenti ketika tiba-tiba saja Satria menoleh dan menatap tajam ke arahnya.Aura gelap, wajah yang menunjukkan rasa tak senang, serta tatapan tajam Satria sukses membuat suasana di dalam ruangan itu berubah suram, hening dan mencekam. Para karyawan penting yang ada di rua
"Nona berkelahi Tuan," jawab orang yang ada di dalam panggilan tersebut."Di mana lagi dia berkelahi?" tanya Satria sembari memijat keningnya."Nona berkelahi di sekolah," terang supir pribadi adiknya yang ada di dalam panggilan tersebut. Setelah itu, supir pribadi tersebut pun memberitahukan bahwa Satria harus pergi ke sekolahan untuk menemui guru pendidikan moral dan juga orang tua korban yang saat ini sedang menuntut adiknya. Sopir itu juga menceritakan bahwa korban mengalami gegar otak karena dipukul menggunakan balok kayu oleh adik perempuannya."Ck, anak itu memang pembuat masalah," gerutu Satria sembari mematikan panggilan tersebut.Setelah itu ia pun bergegas pergi ke halaman perusahaan sembari menelpon Pak Taufik agar segera membawa mobil ke halaman perusahaan. Satria berusaha secepat mungkin keluar dari gedung perusahaan tersebut, hingga dalam beberapa menit akhirnya ia sampai di dekat mobil yang sudah menunggunya. Namun ketika satria akan masuk ke dalam mobil, ti
Pertanyaan spontan tersebut langsung membuat Arumi dan laki-laki di hadapan mereka itu menoleh ke arah Cheri."Ah, maaf. Maksud saya, bagaimana Anda bisa berada di sini?" tanya Cheri lagi yang berusaha terdengar lebih sopan dari sebelumnya.Namun Satria tak menjawab pertanyaan tersebut dan hanya menatap Cheri dengan pandangan aneh."Cher." Arumi menepuk pundak Cheri dan kemudian mendekatkan wajahnya ke telinga Cheri. "Dia itu yang ngambil HP-ku," bisik Arumi.Seketika mata Cheri membulat kembali. Ia dengan cepat menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya karena terkejut."Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Satria sembari beralih menatap ke arah Arumi.Langsung saja Arumi menjawab dengan ketus. "Tidak ada dan bukan urusan kamu. Mana HP-ku?" pinta Arumi sembari menengadahkan tangannya."Ada padaku," jawab Satria dengan tenang."Iya, kalau begitu mana? Cepat berikan, aku ingin cepat pulang," pinta Arumi sekali lagi.Kemudian Satria pun mengeluarkan ponsel Arumi dari dalam saku
Satria lalu berdecak mendengar pertanyaan konyol Arumi. "Badan kamu terlalu kecil untuk jadi pengawal," tukasnya."Lalu?" Arumi mengerutkan dahinya."Sudah diam saja. Kamu hanya perlu menemaniku, tidak ada yang lainnya," tegas Satria sembari membuka pintu di sampingnya.Melihat hal itu, Arumi pun mengikuti Satria dan keluar dari mobil tersebut setelahnya. Setelah itu …."Dasar tidak tahu diri!" maki seorang wanita paruh baya yang sedari tadi menggedor pintu mobil Satria sembari berjalan ke arah Arumi.Arumi tentu saja terkejut mendengar makian yang dilemparkan padanya itu. 'Lah, dia siapa?' batin Arumi karena tentu saja tidak mengenal wanita tersebut. Sementara itu, saat ini Satria hanya menatap wanita paruh baya tersebut dengan tenang. 'Bagaimana dia akan menghadapi ini?' pikirnya yang menunggu hal menarik terjadi.Wanita paruh baya yang sudah ada di depan Arumi pun langsung mengangkat tinggi tangannya.'Loh, kok mau nampar!' seru Arumi di dalam hatinya sembari mundur selangkah.Pl
Semua orang yang ada di ruangan itu seketika menoleh ke arah Satria, bahkan suasana pun menjadi sangat hening selama beberapa saat karena ucapan Satria ini."In-ini-ini, tidak bisa seperti itu," sahut Guru BK dengan terbata-bata, terlihat jelas kekhawatiran dari raut wajahnya."Dia sudah melakukan tindak kriminal, jadi saya tidak keberatan jika dia dihukum seperti yang seharusnya," tukas Satria dengan tenang.Arumi melongo mendengar hal ini. 'Kejamnya … ck-ck-ck,' komentarnya di dalam hati.Tiba-tiba …."Tidak!" teriak seorang gadis yang sedari tadi bersembunyi di belakang sekat ruangan itu.Gadis tersebut pun segera keluar, berhambur melewati tirai yang menutupi mereka. "Tidak Kak, aku tidak mau."Langsung saja semua orang yang ada di dalam ruangan itu berdiri melihat gadis tersebut."Aku tidak mau masuk penjara," ucap gadis remaja bernama Kaila tersebut sembari memeluk Satria dan menangis sesenggukan.Sesaat kemudian, dengan cepat Satria melepaskan pelukan adik perempuannya itu