Terima kasih. Semoga suka.
Andika duduk di dalam kamar. Pria itu memikirkam cara untuk bertemu dengan Amira yang tidak juga menerima panggilan darinya. โApa maksud kamu, Amira? Apa kamu benar-benar memutuskan hubungan dengan ku?โ Andika melihat foto mesra dirinya dengan Amira yang masih tersimpan di layar ponsenya.โTidak. Amira. Aku tidak mengizinkan kamu pergi begitu saja. Kamu tetap menjadi milikku.โ Andika tersenyum. Pria itu berencana untuk memabuat Amira terikat padanya.Sebuah mobil berhenti di depan rumah Andika. Ibra dan Wijaya Kusuma turun dari kendaraan mewah itu. Mereka benar-benar datang untuk bertemu dengan Amira.โPermisi.โ Dokter Ibra dan Wijaya Kusuma disambut oleh bibi Nani. โAda yang bisa dibantu, Pak?โ tanya bibi Nani pada Ibra.โApa benar ini rumah Ibu Amira?โ Dokter Ibra balik bertanya.โSiapa yang mencari Amira?โ Marni keluar dari ruang tengah.โDokter Ibra. Silakan masuk.โ Marni hanya mengenali dokter Ibra, tetapi tidak dengan Wijaya Kusuma. Pengusaha paling kaya di Indonesia.โTerima k
Andika yang mendapatkan laporan dari penjaga makan bahwa Amira berada di sana. Pria itu segera keluar rumah dan mengendarai mobilnya. Dia masih punya banyak waktu sebelum makan malam bersama keluarga Raditya.โKita harus bertemu Amira. Kamu pasti masih mencintaiku. Dari sekian banyak pria yang menginginkan kamu. Akulah yang terpilih.โ Andika mengendarai mobil dengan kecepatan cukup tinggi. Pria itu terlihat ugal-ugalan di jalan.โHey, bukankah itu mobil Andika. Dia mau kemana?โ tanya Ibra yang mengendarai mobil dengan santai karena dua pria itu menikmati pemandangan sore dengan bercakap-cakap. Dua orang teman yang jarang memiliki waktu bersama.โApa dia menyusul Amira?โ Wijaya Kusuma melihat pada dokter Ibra.โBisa jadi. Apa kita juga harus ke sana?โ tanya dokter Ibra.โMungkin pria itu akan menyakiti Amira karena kita mencarinya. Ibu Marni terlihat jelas membanci Amira karena telah gagal melahirnya cucu untuknya,โ jelas dokter Ibra.โKita ikuti saja dia,โ ucap Wijaya Kusuma mengambil
Marni terlihat sudah rapi dengan pakaian yang elegan. Dia menunggu di depan pintu untuk menyambut tamu Istimewa yang datang ke rumah yaitu keluarga Raditya.โKamu cantik sekali, Sayang.โ Handoko memeluk pinggang istrinya yang ramping.โAku tahu itu. Di mana Andika? Apa dia belum turun dari kamar?โ tanya Marni.โDia akan segera turun. Belum juga pukul delapan,โ jawab Handoko.โAnak itu tidak terlihat sama sekali sejak sore tadi,โ ucap Marni kesal.Mobil putih dan mewah berhenti tepat di depan pintu ruang tamu rumah Marni. Sudah dipastikan itu adalah keluarga Raditya. Mereka turun dari mobil.โSelamat datang di rumah kami yang sedv erhana ini.โ Marni menyambut kedatangan keluarga Raditya. Dia memeluk Cantika dan Ranika.โApa ini putri yang cantik sesuai namanya?โ Marni tersenyum dan memeluk Cantika.โYa, Tante.โ Cantika tersenyum. Dia memang sudah lama suka pada Andika. Dia juga sangat membenci Amira yang telah merebut cinta pertamanya di usia muda.โMari masuk.โ Marni benar-benar senang
Amira beranjak dari kursi. Dia harus pergi ke kamar mandi dan memeras asi yang sudah terisi penuh.โIbu Amira,โ sapa karyawati yang baru saja keluar dari ruang wawancara.โYa.โ Amira tersenyum. Dia menahan sakit pada dadanya yang membengkak.โSilakan masuk.โ Wanita itu membuka pintu untuk Amira.โTerima kasih.โ Amira masuk ke dalam ruangan dan dia hanya melihat seorang pria yang duduk diantar dua kursi kosong.โSilakan duduk,โ ucap Wijaya Kusuma.Pria itu melihat Amira benar-benar sangat cantik dengan pakaian yang rapi. Wanita itu berbeda dari terakhir kali bertemu karena tidak ada polesan make up yang membuatnya terlihat lebih segar. Tidak ada lagi mata bengkak dan wajah sembab.โTerima kasih.โ Amira merasa tidak asing dengan suara pria itu. โAndaโฆ.โ Amira sangat mengenal Wijaya Kusuma ketika dia memperhatikan dengan jelas dari jarak yang cukup dekat wajah pria di depannya.โMari kita mulai wawancaranya.โ Wijaya Kusuma menatap Amira. Tidak bisa dipungkiri pria itu mengakui bahwa Amir
Wijaya Kusuma pulang ke rumah lebih awal. Dia membersihkan diri dan berganti pakaian. Menemani putranya bermain di taman sambil menunggu malam. Bayi laki-laki yang seakan tidak terawat. Walaupun bersih dan putih, tetapi tampak kurus seperti pertama kali dilahirkan. Keano seakan tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan.โKenapa putraku terlihat kurus sekali?โ Wijaya Kusuma menyentuh tangan dan jari-jari yang kecil serta lemah.โTuan muda hanya minum sedikit susu untuk menahan lapar, tetapi tidak sampai kenyang, Pak. Dia juga sering menangis dan kurang tidur,โ jelas bibi.โPara baby sister sudah melakukan segalanya untuk merawat tuan muda Keano,โ lanjut bibi.โSaya rasa berat badan Tuan Muda pun tidak naik.โ Bibi benar-benar khawatir.โApa Bibi sudah menghubungi Luna?โ tanya Wijaya Kusuma melihat pada bibi.โNyonya meminta Anda menghubunginya. Dia menunggu di hotel dekat bandara. Ini nomor kamar.โ Bibi memberikan secarik kertas kepada Wijaya Kusuma.โUntuk apa aku menemuinya? Di band
Wijaya Kusuma tahu benar bahwa Luna sangat cemburu sehingga pria itu berpikir untuk membeli rumah baru untuk tempat tinggal Amira, tetapi masih ragu.โApa aku gunakan vila itu saja.โ Wijaya Kusuma melihat bangunan minimalis yang ada di depan kamarnya. Dia berdiri di balkon kamar.โLuna tidak suka vila itu karena baginya sempit. Dia juga jarang pulang ke rumah ini.โ Wijaya Kusuma memperhatikan sekeliling untuk menemukan ide agar dia bisa membuta Amira mudah untuk bolak balik dua rumah.โKeano bisa tinggal bersama Amira di sana. Aku hanya perlu membangun ruang sirkulasi untuk menghubungkan dua bangunan ini agar ketika hujan tidak basah. Ya.โ Wijaya Kusuma tersenyum.โAku harus tidur.โ Wijaya Kusuma kembali ke kamar karena malam sudah sangat larut. Dia menutup pintu balkon dan mematikan lampu. Naik ke kasur dan tidur dalam senyuman. Pria itu yakin Amira akan memberikan kehidupan lebih baik untuk Keano melalu asi yang melimpah dari perempuan itu.Baru saja Wijaya Kusuma masuk kea lam mimp
Mobil berhenti tepat di depan pintu utama perusahaan. Dodi dan Wijaya Kusuma turun dari mobil. Pria itu berjalan lurus saja tanpa menoleh ke ruang tunggu. Walaupun dia tahu Amira ada di sana.โSelamat pagi, Pak.โ Semua karyawan menyambut Kedatangan Wijaya Kusuma dengan senyuman. Pria itu tidak membalas sama sekali. Dia melirik pun tidak.โKenapa Pak Wijaya tidak menemui wanita itu?โ tanya pertugas resepsionis.โLihat itu! Pak Dodi yang masuk ruang tunggu,โ jawab rekannya.โOh ya.โ Dua wanita melihat Dodi yang sudah berbicara dengan Amira.โSelamat datang, Amira.โ Dodi mengulurkan tangan pada Amira.โTerima kasih, Pak Dodi.โ Amira berjabat tangan dengan Dodi.โMaaf menunggu lama.โ Pak Dodi duduk berhadapan dengan Amira.โTidak apa. Sudah menjadi hukum alam bahwa bawahan harus datang lebih awal dari atasan,โ ucap Amira tersenyum cantik. โAnda benar-benar terbuka.โ Pak Dodi tertawa. Dia memastikan Wijaya Kusuma sudah berada di ruang kerja.โMari kita ke ruangan Pak Wijaya.โ Dodi kembali
Ponsel Wijaya Kusuma berdering. Pria itu segera menerima panggilan dari kepala pelayan. โHalo, Bibi.โ Wijaya Kusuma memutar kursi membelakangi Amira dan Dodi.โPak, Tuan Muda Keano terus menangis. Tubuhnya mengigil dan panas,โ ucap bibi khawatir.โApa? Telpon dokter Ibra,โ tegas Wijaya Kusuma dengan suara yang nyaring sehingga Dodi dan Amira menoleh pada pria itu. โSudah, Pak. Kami dalam perjalanan ke rumah sakit, Pak.โ Suara bibi terdengar serak.โHah! Amira ikut aku ke rumah sakit.โ Wijaya Kusuma mengambil jas dan kunci mobil.โPak Dodi tetap di sini,โ ucap Wijaya Kusuma.โAda apa?โ tanya Dodi.โKeano sakit,โ jawab Wijaya Kusuma keluar dari ruangan.โCepatlah, Amira. Ikut Pak Jaya.โ Pak Dodi mendorong tubuh Amira.โYa.โ Amira segera mengejar Wijaya masuk ke dalam lift.โSiapa Keano?โ tanya Amira ketika pintu lift tertutup.โPutraku,โ jawab Wijaya.โOh. Berapa usianya?โ tanya Amira lagi.โBelum satu bulan,โ jawab Wijaya Kusuma tanpa melihat pada Amira.โSama dengan putraku yang me
Keano dan Devano berada di kelas yang berbeda. Pihak sekolah tidak ingin kesulitan membuat dua saudara itu bersaing.โKita dipisah lagi.โ Devano tersenyum setelah tiba di depan kelas sang adik.โGuru akan kebingungan jika kita berada di kelas yang sama.โ Keano masuk ke dalam ruang kelasnya.โYa.โ Devano pun melanjutkan langkah kaki yang sempat terhenti.Semua mata tertuju kepada dua bersaudara itu. Baik lelaki atau pun perempuan pasti mengagumi mereka. Tidak ada yang berani bersaing karena telah mengetahui kemampuan anak dari Wijaya Kusuma yang sangat terkenal.โAku sekelas dengan Keano.โ Luci melihat Devano yang melewati ruang kelasnya.โPadahal aku lebih tertarik kepada Devano.โ Luci melirik Keano. Dia merasa tertekan dan takut ketika berada di dekat adik Devano.โCih!โ Keano menarik kursi. Remaja itu benar-benar tidak menutupi diri ketika tidak suka pada seseorang. Dia akan memperlihatkannya secara langsung.โAku harus menjadi siswi tercerdas di kelas ini. Aku dibayar mahal, tetapi
Keano dan Devano duduk di depan computer mereka. Dua anak lelaki itu telihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan tidak saling mengganggu.โApa Papa boleh masuk?โ Wijaya mengetuk pintu kamar yang terbuka.โYa,โ ucap Keano dan Devano melihat kepada papa mereka.โTerima kasih.โ Wijaya masuk ke dalam kamar Keano dan Devano. Pria itu duduk di sofa dan kedua putranya mendekat.โAda apa, Pa?โ tanya Devano.โDi mana Mama?โ Keano pun bertanya.โMama di kamar adik kembar. Duduklah.โ Wijaya menunjukkan sofa yang berada tepat di depannya.โApa ada kejadian yang janggal di sekolah?โ tanya Wijaya.โYa. Seorang wanita berusaha mendekati Keano. Dia mengatakan bahwa Keano mirip anaknya yang hilang,โ jawab Devano.โBagaimana perasaan kamu, Keano?โ Wijaya menatap Keano.โAku tidak suka dengan wanita itu,โ tegas Keano.โBagus. Kamu bisa menyelidikinya dan memastikan dia tidak akan berani mendekat. Apalagi sampai melukai perasaan mama kalian,โ ucap Wijaya tersenyum.โTentu saja, Pa. Kami sedang menyel
Amira dan anak-anak menyelesaikan kegiatan pembukaan ajaran baru di sekolah. Mereka bersiap untuk pulang ke rumah. Leon sudah menunggu di mobil dan melihat istri Wijaya bersama dua putra keluar dari gerbang gedung.โNyonya sudah kembali.โ Leon tersenyum. Pria itu tidak sadar bahwa dirinya semakin dekat dengan Amira dan anak-anak. Dia terbiasa berada di sisi istri dan anak Wijaya. Ada rasa tenang dan senang ketika bisa melihat wanita itu di depan matanya.โSiapa wanita dan anak itu? Kenapa dia terus mengikuti Nyonya?โ Leon sangat teliti memperhatikan orang-orang di dekat Amira dan anak-anak.โMencurigakan.โ Leon segera mengirim data kepada anak buahnya. Mengambil gambar orang yang terlalu dekat dengan Amira dan anak-anak. Dia benar-benar harus sangat berhati-hati dan tidak mudah mempercayai siapa pun.โApa kita langsung pulang?โ tanya Leon membuka pintu untuk Amira.โYa.โ Amira memberikan jalan untuk Keano dan Devano untuk masuk lebih dulu ke dalam mobil.โWanita duluan,โ ucap Devano.โ
Amira yang menyadari bahwa dia terlalu lama di dalam kamar meminta izin untuk kembali kepada anak-anaknya. Dia tahu segala sesuatu harus diperhitungkan karena akan berakibat fatal.โAku harus pergi sekarang. Pemisi.โ Amira tersenyum dan keluar dari kamar mandi. Langkah kakinya terhenti melihat seorang wanita yang sedang berinteraksi dengan Keano.โMaaf.โ Luna menangis.โKenapa Anda menangis?โ tanya Devano dengan lembut.โDia sangat mirip dengan putraku yang hilang,โ jawab Luna.โTetapi aku bukan putra Anda,โ tegas Keano benar-benar tidak suka dengan keberadaan Luna.โBagaimana jika kamu adalah putraku yang hilang?โ tanya Luna menatap Keano.โItu tidak mungkin. Kami adalah putra dari Wijaya Kusuma dan Amira Salsabila,โ tegas Devano menepis tangan Luna yang sangat ingin memeluk Keano.โAku punya mama yang luas biasa dan bukan kamu!โ Keano beranjak dari kursi dan mendorong Luna hingga jatuh ke lantai.โHah!โ Dewi, Amira dan Luciana sangat terkejut. Tenaga Keano benar-benar kuat.โJangan p
Amira memperhatikan keranjang buah yang dibawa Keano. Anak lelakinya duduk dengan tenang dan meletakkan keranjang buah di atas paha sang ibu.โApa ini, Sayang? Apa kamu mau memakan semuanya?โ tanya Amira tersenyum.โBuah-buah ini tidak ada di rumah,โ jawab Keano.โHahaha.โ Amira mencubit pipi Keano dengan gemasnya. Wanita itu tertawa melihat tinggah yang tampak lucu. Dia tahu putranya miliki rasa penasaran yang tinggi.โIni buah-buah dari desa yang hanya dijual di pasar tradisional dan pinggir jalan. Bibi dapur biasa belanja di supermarket sehingga tidak akan menemukan buah-buah local, Sayang.โ Amira menyentuh buah-buahan yang ada di keranjang.โOh.โ Keano memperhatikan buah-buahan.โRasanya manis dan asam. Enak dan segar, Sayang. Coba saja.โ Amira memberikan buah cempedak kepada Keano.โCempedak.โ Keano menaikkan alisnya. Dia bisa mencium aroma yang kuat dari buah cempedak.โCobalah.โ Amira mendekati buah cempedak ke mulut Keano dan sang anak pun membuka mulutnya. โMm. Aku tidak suka
Acara penyambutan telah dimulai. Beberapa siswa menampilkan kemampuan mereka sehingga bisa masuk ke sekolah unggulan. Walaupun swasta, tetapi merupakan sekolah internasional yang mengutamakan mutu dan tidak semua orang bisa masuk. Ada seleksi ketat yang harus dilewati.โDevano dan Keano akan menampilkan apa?โ tanya Amira dengan lembut.โTidak ada,โ jawab dua bersaudara itu kompak.โOh.โ Amira terkejut dengan jawaban cepat dari dua putranya.โNama mereka paling atas, tetapi tidak akan menampilkan apa pun. Padahal keduanya menguasai semua elemen.โ Amira tersenyum. Dia berbisik di telinga Wijaya.โSayang, mungkin anak-anak tidak mau terlalu menonjol di awal tahun ajaran baru ini.โ Wijaya mengusap pipi Amira dengan lembut.โKita mau fokus belajar, Ma. Keahlian lain bisa diasah di rumah saja,โ jelas Devano tersenyum.โIya, Sayang.โ Amira mencium dahi Devano dan Keano. Wanita itu harus bersikap adil. Sentuhan dan ciuman serta pujian harus diberikan kepada kedua putranya. Tidak boleh hanya sa
Devano dan Keano sudah bersiap masuk sekolah. Dua remaja itu memilih sekolah swasta. Wijaya rela membayar mahal untuk Pendidikan anak-anaknya.โSelamat pagi.โ Amira masuk ke kamar dua putranya.โMama.โ Keano dan Devano menoleh kepada Amira.โApa sudah siap berangkat sekolah?โ tanya Amira mendekati Keano dan Devano yang bersiap keluar kamar.โYa, Ma.โ Keano dan Devano memeluk Amira.โAnak-anak Mama benar-benar tampan dan menawan.โ Amira menciu pipi Keano dan Devano yang harum.โBaiklah. Kita sarapan dulu ya.โ Amira menggandengan kedua anaknya dari kamar dan pergi ke ruang makan.โApa Mama akan mengantarkan kami ke sekolah di hari pertama?โ tanya Devano.โTentu saja, Sayang. Mama kana menemani kalian ke sekolah.โ Amira menarik kursi untuk kedua anaknya.โTerima kasih, Ma. Aku bisa,โ ucap Devano yang sudah lebih dulu menarik kursi untuk dirinya sendiri. Wijaya memperhatikan dua putrnaya.โSayang, mereka sudah besar. Bisa melakukan semuanya sendiri. Apalagi hanya menarik kursi,โ ucap Wija
WARNING 21++++Amira dan Wijaya telah berada di dalam kamar mereka. Anak-anak pun telah tidur, tetapi Keano dan Devano masih sibuk dengan alat baru yang diberikan oleh papa mereka.โSayang, anak-anak sudah tidur dan ada baby sister juga. Apa kita bisa mulai?โ Wijaya memeluk Amira dari belakang. Wanita itu baru saja melepaskan pakaian dan akan diganti dengan dress malam yang cantik.โSayang, apa kamu tidak lelah?โ tanya Amira tersenyum dan memutar tubuh menghadap Wijaya. Dia menggantungkan tangan di leher suaminya.โApa kamu meremehkan aku, Sayang? Aku bahkan mampu main sampai pagi. Membuang berkali-kali.โ Wijaya segera melahap bibir Amira. Wanita itu bahkan belum sempat mengenakan baju tidurnya. Dia mengangkat sang istri ke dalam gendongannya.โMmm.โ Mahira melingkarkan kedua kaki di pinggang sang suami. Menikmati ciuman hangat dari Wijaya Kusuma.โAaahhh!โ Wijaya berpindah ke leher jenjang Amira. Pria itu benar-benar sangat bergairah. Satu minggu tidak menyentuh istrinya membuatnya ha
Wijaya tidak heran lagi dengan banyaknya makanan dan minuman karena sudah mendapatkan laporan dari orang-orangnya.โSayang, apa kamu tidak lelah?โ tanya Wijaya duduk bersama sang istri dan anak-anaknya di ruang keluarga.โTidak lelah. Tidak ada yang aku lakukan selain bermain bersama anak-anak.โ Amira tersenyum.โMama sangat merindukan Papa,โ ucap Devano.โPapa tahu itu, Sayang.โ Wijaya mengusap kepala Devano.โKarena senang kamu pulang. Jadi, aku masak banyak.โ Amira telah menyajikan kue keju kesukaan Wijaya dan anak-anak di atas meja ruang keluarga.โPadahal, papa di rumah saja. Mama tetap rajin membuat kue kesukaan kami,โ tegas Keano.โTentu saja, Sayang. Itu karena Mama sayang dan cinta kalian semua.โ Amira memeluk putranya.โPapa, oleh-oleh mana?โ tanya Wiliam dan Wilona yang berlari mendekati Wijaya.โOh, oleh-oleh sudah berada di ruang bermain,โ jawab Wijaya mencium pipi Wiliam dan Wilona.โHore.โ Dua anak kembar berlari ke kamar bermain mereka.โApa kalian tidak minta oleh-oleh