Berjarak5 kilometer dari rumah barunya. Dini terlihat begitu bersemangat untuk bisa pergi ke pasar. Apalagi Dini harus segera bisa memenuhi kebutuhan pokok yang harus dibeli oleh dirinya. Dini yang pergi bersama dengan bi Sanih. Terlihat begitu antusias saat menumpang pada angkutan umum. Di mana ini adalah kali pertama bagi Dini untuk bisa pergi ke pasar tradisional. Tempat ia mendapatkan banyak bahan pokok untuk keperluan masaknya. Tiba di pasar, Dini dan bi Sanih langsung pergi ke tempat ikan segar. Dini begitu menyukai menyantap makanan dari ikan. Tidak heran, Dini pun langsung mengajak bi Sanih untuk pergi ke tempat ikan. Tiba di tempat penjual ikan, Dini bertemu dengan Khadijah. Di mana terlihat sedang memilih ikan mas. Ikan kesukaan dari Gus Fiment. Khadijah terlihat begitu telaten dalam memilih ikan mas yang akan dibeli oleh dirinya. Tidak heran, ia pun begitu menikmati suasana tempat yang bising oleh para pedagang dan pembeli dalam menjajakan barang dagangan mereka. Bi Sani
"Alhamdulillah," ucap Dini sembari menutup wadah berisi ikan bakar dan nasi hangat. Bi Sanih terlihat begitu gembira akan Dini yang sudah mulai terbiasa dengan kata-kata islami. Tidak heran, bi Sanih pun terlihat gembira dengan apa yang disampaikan oleh Dini. Apalagi Dini dari dulu, bukan seorang yang dikenal islami. Mendengar Dini mengucapkan kata-kata islami, tentu menjadi satu hal yang berbeda dirasakan oleh bi Sanih. "Bibi do'akan, semoga Gus Fiment suka sama masakan kamu," ucap bi Sanih. "Aamiin Bi. Dini juga berharap begitu. Jika Gus Fiment suka dengan masakan Dini. Dini akan semakin semangat lagi untuk belajar masak. Sehingga Dini bisa masak menu yang lain untuk Gus Fiment," terang Dini. Waktu jam makan siang hampir tiba. Dini harus segera rapi-rapi untuk mengantarkan menu ikan mas bakar yang telah dibuatnya. Dini merasa ini adalah hari yang paling indah. Di mana ia akan memberikan menu makan siang untuk Gus Fiment. Bi Sanih memberikan beberapa koleksi hijab miliknya pada
Fachri terlihat begitu gugup saat berhadapan dengan ayah serta kakeknya. Hari ini adalah keputusan berat yang akan diambil oleh Fachri. Antara melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, atau memilih untuk menjadi pengajar di pondok pesantren. Gus Fiment berharap Fachri akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Dia ingin Fachri yang melanjutkan cita-cita dari Gus Fiment untuk mendapatkan gelar doktor yang sempat tertunda. Tidak berbeda dengan Gus Fiment, hal yang sama dirasakan oleh kiayi Musthofa. Di mana beliau berharap Fachri akan melakukan pendidikannya di Mesir. Sama seperti yang diharapkan oleh Gus Fiment, kiayi Musthofa juga berharap Fachri akan mendapatkan gelar doktor. "Bagaimana Fachri, apa kamu akan melanjutkan pendidikan kamu ke magister. Kakek berharap kamu akan melanjutkan pendidikan S2 kamu," ucap kiayi Musthofa. "Abi juga berharap demikian Fachri. Abi ingin kamu melanjutkan pendidikan magister kamu. Bahkan Abi berharap kamu akan mendap
Fachri terlihat merenung di atas ayunan besi di taman. Sesekali Fachri mengayunkan dengan dorongan yang pelan. Menikmati desir angin yang berhembus seirama dengan arah ayunan yang diayunnya. Fachri masih belum bisa menjelaskan keputusan dari dirinya untuk tidak melanjutkan pendidikan di Mesir. Merengkuh gelar magister yang diharapkan oleh seluruh keluarga besarnya. Dari arah pintu masuk taman, Dini yang penasaran dengan luas taman yang belum sempat dia kunjungi. Terlihat begitu penasaran dengan taman yang mempesona. Dini segera mendatangi taman untuk menikmati setiap hal yang ada di sana. Ia terlihat begitu gembira akan suasana taman yang sejuk dan meneduhkan hati. Dini menghela napas panjang, sebelum menghembuskan. Dini terlihat begitu gembira untuk segera memasuki area taman. Namun baru melangkahkan kaki di area taman. Dini melihat Fachri yang sedang duduk termenung di atas ayunan. Sontak Dini pun langsung penasaran dengan apa yang di lakukan oleh Fachri. Dini yang sedang gembira,
Melihat sajadah Gus Fiment yang sedang di jemur di belakang pesantren. Tiba-tiba Umi Salamah mulai berpikir hal lain. Dia mulai berpikir akan dirinya yang akan bisa menyentuh sajadah besar milik Gus Fiment. Tentu Umi Salamah akan shalat bersama dengan Gus Fiment di sajadah besar tersebut. Sebab hanya Gus Fiment dan calon istrinya saja yang bisa shalat di sajadah itu. Itu yang diimpikan oleh Umi Salamah, bisa berada di atas sajadah itu bersama dengan Gus Fiment. "Mudah-mudahan saja, suatu saat nanti. Aku bisa sujud di atas sajadah itu bersama dengan Gus Fiment. Sepertinya akan jadi sebuah kenyamanan yang akan aku rasakan," ucap Umi Salamah dengan raut wajah tersenyum. Umi Salamah langsung terkejut dengan kedatangan dari Dania. Ia seorang pengajar di pesantren juga, tidak heran kedatangan dari Dani secara tiba-tiba. Membuat Umi Salamah terkejut bukan main. Apalagi Dania menghampiri Umi Salamah, ketika Umi Salamah sedang membayangkan dirinya Yang berada di atas sajadah Gus Fiment. Sont
Niat dari Fitri tentu mengusir Dini dari desa. Fitri merasa sudah begitu geram dengan apa yang di lakukan oleh Dini. Mendekati Fachri adalah tindakan yang melanggar bagi Fitri. Sehingga Fitri siap memberikan sedikit pelajaran penting bagi Dini. Di bantu oleh Indah dan Romi yang merupakan teman main dari Fitri. Dia siap membuat Dini tidak betah untuk tinggal di rumahnya. Mungkin dengan bantuan mahluk halus. Fitri yakin Dini akan takut untuk tinggal sendiri di dalam rumahnya. Sehingga ia akan segera kembali ke kota. Ide dari Fitri di dukung penuh oleh Romi dan Indah. Mereka merasa apa yang di sampaikan oleh Fitri adalah sebuah ide cemerlang. Mungkin saja Dini akan ketakutan, saat dia bertemu dengan sosok hantu di rumah baru. Fitri menyiapkan sebuah kain berwarna putih, serta perlengkapan make up untuk di kenakan oleh Romi. Dia akan menjadi sosok pocong yang seram. Di mana Romi akan menghantui Dini di bagian belakang rumah. Romi siap melakukan apapun, demi membantu Fitri mengusir Dini
Deni menyarankan pada Dini untuk meminta saran lafa tokoh agama di desa perihal hantu yang di temui oleh dirinya tadi malam. Mungkin dengan sedikit saran dari Gus Fiment, Dini bisa akan lebih aman lagi dari gangguan hantu yang bisa tiba-tiba datang ke rumah. Dengan pakaian yang begitu rapi, Dini sudah siap bertemu dengan Gus Fiment. Dia berharap Gus Fiment akan memberikan sedikit saran yang akan membuat kedua hantu yang datang ke rumah Dini kapok. Apalagi Gus Fiment adalah seorang yang bijak dan di tuakan di desa. Tidak heran meminta saran dari Gus Fiment adalah sebuah keharusan bagi Dini saat ini. Tiba di pondok pesantren, Dini langsung mencari keberadaan Gus Fiment. Sempat dihentikan oleh satpam yang berjaga di pondok pesantren. Tetapi dengan bantuan Khadijah, Dini pun bisa leluasa masuk ke dalam pondok pesantren. Keberuntungan bagi Dini, akhir dia bertemu dengan Gus Fiment yang sudah dicarinya. Dini pun segera menghampiri Gus Fiment yang sedang berjalan ke arah musholla. Dini ya
Akbar yang merupakan anak pertama dari Gus Fatur. Tidak mampu menatap wajah kiayi Musthofa, saat dirinya berhadapan langsung di ruang kepala sekolah. Sudah kali ketiga, Akbar harus mendapatkan teguran dari kiayi Musthofa. Perihal kelakuan dari Akbar yang sedikit melenceng dari norma yang ada. "Kamu tahu kesalahan kamu apa Akbar?" tanya kiayi Musthofa. "Iya Akbar tahu. Kesalahan Akbar asyik bermain game online. Sampai Akbar lupa shalat shubuh berjamaah," jawab Akbar dengan raut wajah ketakutan. "Kamu sudah dewasa. Sudah seharusnya kamu merubah sikap kekanak-kanakan kamu itu. Menjadi contoh baik bagi para santri di sini. Bukan justru menjadi contoh buruk bagi yang lainnya. Bermain game sama sekali tidak pernah Kakek larang. Tetapi kamu harus tahu batasan dari kamu juga. Kamu harus bisa lebih tahu waktu lagi," ucap kiayi Musthofa. Akbar tidak bersuara, dia hanya tertunduk sembari diam. Matanya tidak mampu menatap wajah kiayi Musthofa. Dia sebenarnya kesal dengan apa yang di lakukan o