Terpesona Gus Tampan, Usai Dicampakkan Mantan

Terpesona Gus Tampan, Usai Dicampakkan Mantan

Oleh:  Erdin Xes  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
152Bab
1.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Patah hati yang dialami oleh Dini, membuatnya memutuskan untuk pergi ke sebuah desa dalam menenangkan diri. Di sana Dini bertemu dengan sosok pemuka agama tampan bernama Gus Fiment yang memiliki usia jauh di atas Dini. Jatuh hati akan kewibawaan yang ditunjukkan oleh Gus Fiment. Dini pun mulai tertarik untuk mendekati sosok Gus Fiment yang seorang duda. Tetapi dalam upaya mendapatkan cinta Gus Fiment. Dini harus melewati banyak rintangan. Namun Dini tetap semangat untuk mengejar cintanya pada Gus Fiment. Akankah upaya Dini berhasil dalam mendapatkan cinta Gus Fiment?

Lihat lebih banyak
Terpesona Gus Tampan, Usai Dicampakkan Mantan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
152 Bab
Aborsi
Air mata yang terus mengucur di kedua mata Dini, tidak menyurutkan langkah Ferdi untuk mengajaknya bertemu dengan dokter Oki. Ini sudah kesekian kali bagi Dini melakukan aborsi di tempat praktek dokter Oki. Rasa sakit yang sudah sering Dini rasakan, mungkin sudah tidak asing lagi."Apa kamu tega melakukan ini pada buah hati kamu sendiri?" tanya Dini sembari berurai air mata."Tidak! Aku pikir ini lebih baik dari apapun. Aku tidak ingin memiliki anak dari kamu. Aku tidak pernah ingin kita memiliki anak seperti keinginanmu," jawab Ferdi dengan wajah marahnya.Tanpa pikir panjang, Ferdi pun menarik tangan Dini masuk ke dalam ruang praktek dokter Oki. Tetapi Dini tetap berusaha untuk bebas dari paksaan Ferdi. Dini mengigit tangan Ferdi sekuat mungkin. Hingga perlahan Ferdi pun melepaskan cengkraman tangannya di tangan Dini.Tidak membuang kesempatan, Dini segera pergi dari hadapan Ferdi. Di mana Dini berlari sekencang mungkin untuk menghindari Ferdi.Tetapi perut Dini yang kembali terasa
Baca selengkapnya
Kekesalan Deni
3 hari berada di rumah sakit, Dini akhirnya diizinkan pulang oleh dokter Oki. Meski sedikit merasa nyeri di bagian perut. Tetapi Dini merasa sudah jauh baik, sehingga dia bisa pulang ke rumah.Tidak ada inisiatif dari Ferdi untuk mengantar Dini pulang ke rumah. Dini pulang diantar oleh seorang supir yang sudah dibayar oleh Ferdi. Ini memang sudah menjadi kebiasaan bagi Ferdi, dia sama sekali tidak peduli pada Dini sedikitpun. Padahal Dini adalah tanggung jawab bagi Ferdi.Dini berulang kali menghubungi Ferdi. Tetapi tidak satu pun panggilan telepon yang Dini lakukan, dijawab oleh Ferdi. Pria itu bungkam seribu bahasa. Entah apa yang membuat Ferdi enggan mengangkat panggilan telepon dari Dini. Padahal Dini butuh sedikit dukungan dari Ferdi di saat seperti ini.Dini mulai meneteskan air mata. Melempar handphone yang digunakan untuk menghubungi Ferdi. Dia kesal dan marah pada Ferdi. Tetapi cintanya yang begitu tulus pada Ferdi, seakan sulit untuk membuat Dini bisa menjauh dari Ferdi. Log
Baca selengkapnya
Putus
Rasa sakit ketika melakukan aborsi seminggu yang lalu. Seakan sudah dilupakan oleh Dini. Pesan singkat yang dikirim oleh Ferdi, seketika membuat Dini begitu bersemangat untuk menemuinya di sebuah kafe. Entah apa yang ingin dibicarakan oleh Ferdi, tetapi Dini terlihat begitu antusias untuk bertemu dengan Ferdi.Dengan gaun pendek berwarna biru. Dini yang sudah sehat, terlihat begitu mempesona. Ditambah riasan tipis. Semakin menambah kesan dewasa dari Dini. Ia pun merasa penampilan dirinya di hari ini, akan membuat Ferdi bahagia. Tidak heran Dini, begitu percaya diri untuk bisa bertemu dengan Ferdi.Tiba di kafe, Dini terlihat langsung tersenyum gembira. Bagaimana tidak, ini adalah pertemuan kembali Dini dengan Ferdi. Pasca pemulihan operasi yang dilakukan oleh Dini. Ia pun sudah tidak sabar untuk melihat kembali wajah pacarnya secara langsung.Dini langsung memeluk Ferdi dari belakang. Mencium rambut Ferdi yang begitu harum. Sedikit merasakan sensasi harum yang ada. Dini terlihat begit
Baca selengkapnya
Tawaran Untuk Dini
Melihat Dini yang begitu galau dengan keputusan dari Ferdi. Bi Sanih sama sekali tidak tega melihat Dini seperti seorang yang putus asa. Setiap hari, Dini hanya melamun di taman belakang rumah. Bahkan terkadang Dini berteriak seperti orang yang kurang waras. Itu benar-benar membuat bi Sanih khawatir akan kondisi kesehatan dari Dini. Hal yang sama pernah dialami oleh ibu Dini, saat mengetahui suami tercinta berselingkuh.Bi Sanih mendatangi kamar Deni. Mungkin sedikit berdiskusi dengan Deni, akan membuatnya menemukan solusi terbaik untuk Dini saat ini. Apalagi Deni di kenal sebagai seorang yang bijaksana. Tidak heran bi Sanih pun mengajak Deni untuk bisa berdiskusi dalam membicarakan persoalan yang saat ini sedang dihadapi oleh Dini.Belum mengetuk pintu kamar Deni, bi Sanih langsung dikejutkan dengan kedatangan dari Deni dari arah berlawanan. Membawa semangkuk soto ayam dari dapur. Deni sempat bingung dengan kedatangan dari bi Sanih ke kamarnya."Ada apa Bi?" tanya Deni menyuap kuah s
Baca selengkapnya
Berangkat
Dua koper perlengkapan dari Dini sudah siap berada di dalam koper. Sebagian besar isi dari koper itu adalah pakaian serta alat kosmetik yang memang sudah disiapkan oleh Dini selama di desa. Bi Sanih pun sudah tidak sabar untuk mengantar Dini menuju ke kampung halamannya. Di mana tempat itu akan menjadi rumah baru bagi Dini dalam menemukan jati dirinya. Darmawan pun terlihat turut gembira dengan kepergian Dini ke desa tempat bi Sanih tinggal. Darmawan merasa tempat baru yang Dini akan tinggali itu, tentu saja akan menjadi tempat yang bagus untuk Dini bisa belajar banyak. Apalagi desa tempat tinggal bi Sanih merupakan desa yang belum tersentuh kehidupan modernisasi yang cukup parah. Sehingga Dini bisa hidup jauh lebih baik lagi di sana. Sudah hampir 10 tahun, Dini melakukan perang dingin dengan ayahnya sendiri. Tidak ada kata apapun yang Dini ucapkan saat akan pergi. Dini hanya berpamitan pada ibunya saja. Sekalipun ibunya sendiri tidak mengenali Dini sebagai anaknya. Darmawan pun te
Baca selengkapnya
Terbayang-bayang
Ada sedikit hal berbeda dirasakan oleh Deni saat melihat Dini. Tidak biasanya Dini tersenyum manis seperti itu. Apalagi Dini masih berduka dengan keputusan yang diambil oleh Rehan. Tetapi Dini sama sekali tidak menunjukkan rasa sedih yang seharusnya ada. Dini terlihat mulai tersenyum, bahagia seperti apa yang diharapkan oleh Deni. Saat mobil yang dibawa oleh Deni sudah sampai di depan rumah bi Sanih. Dini tidak segera turun, dia masih teringat akan wajah tampan dari Fachri. Di mana Dini begitu menyukai senyuman dari wajah Fachri yang mempesona. "Sepertinya ada yang lain yang ku lihat darimu," ucap Deni mengejek Dini. Dini langsung tersadar dengan apa yang dimaksud oleh Deni. Dia segera merubah sikapnya. Kembali menunjukkan wajah datar penuh kesedihan. "Tidak ada yang aneh. Kamu saja yang merasa seperti itu," jawab Dini mulai kembali dengan ekspresi wajah sedih. "Apa mungkin kamu jatuh hati pada pria tadi. Aku lupa namanya. Fach," Deni mengingat. "Fachri," lanjut bi Sanih. "Iya,
Baca selengkapnya
Lobi Yang Gagal
Gus Fatur sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kiayi Musthofa yang merupakan ayahnya sendiri. Hampir setengah gelas teh yang dihidangkan di atas meja. Sudah nyaris habis diminum olehnya. Entah Gus Fatur yang sedang haus, atau memang dia mulai tegang. Sebab hari ini adalah keputusan yang akan diambil oleh kiayi Musthofa dalam izin pembangunan vila di belakang pesantren. Gus Fatur terlihat begitu sumringah, saat kiayi Musthofa yang diantar oleh Khadijah datang menemui dirinya. Gus Fatur yang tidak ingin kehilangan momen untuk bisa membuat ayahnya setuju dengan keinginan dari dirinya. Bersikap begitu ramah. Dia pun langsung menghampiri kiayi Musthofa untuk menggandengnya duduk di atas kursi, samping Gue Fatur. Khadijah yang tidak setuju dengan pembangunan vila. Terlihat kurang senang melihat cara Gus Fatur yang berusaha merayu ayahandanya. Apalagi cara yang dilakukan oleh Gus Fatur adalah cara klasik orang-orang munafik. Khadijah pun mulai menunjukkan sikap yang begitu tegas dalam me
Baca selengkapnya
Bantuan
Pertama kali merasakan pagi di desa. Rasanya kurang, jika hanya di habiskan untuk berdiam diri di rumah saja. Mungkin dengan berkeliling desa dengan keindahan hamparan sawah dan pegunungan. Bisa membuat mata menjadi segar. Kesempatan yang baik ini, tidak akan di lewatkan oleh Dini. Apalagi pagi ini, matahari terlihat begitu indah terbit dari arah timur. Mengisyaratkan hari yang cerah nan indah akan segera di mulai. Dini mengajak bi Sanih untuk pergi bersama dengan dirinya. Tetapi tawaran dari Dini di tolak mentah-mentah oleh bi Sanih. Masih ada menu sarapan sehat yang harus di siapkan oleh bi Sanih untuk Dini dan Deni. Sehingga bi Sanih harus mempersiapkan sebaik mungkin. Bi Sanih pun memanggil Fitri untuk menemani Dini melakukan aktivitas pagi. Mungkin saja Fitri bersedia untuk pergi bersama dengan Dini. Perjalanan yang sudah pasti akan menyenangkan bagi Fitri dan Dini. "Ada apa Nek?" tanya Fitri dengan sedikit ketus. "Kamu antar mbak Dini untuk jalan-jalan memutari desa. Dia in
Baca selengkapnya
Tanda Terima Kasih
Merasa tertolong dengan bantuan dari Fachri dan para santri saat berada di dalam hutan. Dini meminta pada bi Sanih, untuk memasak makanan yang cukup banyak untuk diberikan pada para santri di pesantren milik kiayi Musthofa. Dini sendiri yang akan mengantar makanan itu ke pesantren. Dengan kaos tangan panjang serta rok berwarna biru yang panjang juga. Dini terlihat begitu antusias untuk segera memberikan makanan yang dibuat bi Sanih untuk para santri. Berbekal rute yang di berikan oleh bi Sanih. Dini pun terlihat begitu antusias untuk bisa segera tiba di pondok pesantren. Bertemu dengan Fachri dan para santri. Sebenarnya bi Sanih meminta Fitri untuk mengantar Dini pergi. Tetapi Fitri menolak permintaan dari bi Sanih. Dengan dalih capek, Fitri merasa tidak bisa untuk mengantar Dini ke pesantren. Sehingga Dini pergi sendiri ke pesantren dengan membawa dua rantang makanan. Perjalanan Dini menuju pesantren, tidak ada kendala apapun. Dia merasa begitu gembira untuk bisa tiba di pesantren
Baca selengkapnya
Tidak Suka
"Assalamualaikum," salam Fachri sebelum pergi dari hadapan Dini. Dini yang tidak tahu cara membalas salam dari Fachri. Terlihat bingung untuk membalas salam dari Fachri tersebut. Dia hidup dengan orang-orang yang jauh dari nilai-nilai keagamaan. Itu yang membuat Dini bingung untuk menjawab salam dari Fachri. Fachri yang sudah hampir pergi. Kembali menahan diri untuk tidak langsung pergi. Sebab dia belum mendapat balasan dari Dini. Fachri pun merasa kurang afdol, saat Dini belum juga membalas salam yang diucapkan olehnya. "Kenapa kamu tidak membalas salam dariku?" Dini menggaruk kepalanya, menunjukkan ekspresi bingung. kemudian berkata, "Aku bingung membalas salam darimu. Apa yang harus aku katakan. Aku tidak tahu. Wakalam, atau apa. Aku sering mendengar, tapi aku tidak bisa mengucapkan itu. Sebab aku memang tidak pernah mengucapkan kata tersebut." Fachri pun menyadari akan Dini yang memang bukan berasal dari keluarga religius. Sehingga ia sama sekali tidak paham dengan jawaban da
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status