Para pria itu berbahaya pandai memamfaatkan situasi dan mengikis jarak yang ada. Mereka itu bukan makhluk yang peka, tapi perayu unggul yang mampu menghipnotis gadis manapun. Dan Gibran lebih dari pada itu dan diketahui sangat terobsesi kepadanya sehingga memicu banyak kemungkinan yang menyebabkan Anggie pikir dia harus lebih mewaspadainya.
Gadis itu memastikannya dengan menoleh kebelakang. "Kenapa kamu bisa berada disini?"
"Tentu saja untukmu."
Kening Anggie mengerut dan tak mempercayai jawaban itu mudahnya. Dia yakin bahwa ada alasan lain dibaliknya. Lagipula jika benar Gibran sungguhan berada disini untukknya dari mana Pria itu mengetahui lokasinya berada.
"Mana
Pada akhirnya Gibran melaksanakan perkataan Mamanya. Pria itu tak lagi memelototi Anggie dan setelahnya dengan patuh pergi berbelanja daging sesuai perintah mamanya dalam harapan semoga di malam yang kian larut masih ada supermarket atau minimarket yang masih buka.Beruntungnya memang masih ada sebuah supermarket yang masih buka. Gibra pun berbelanja dan membeli semua pesanan, membayar lalu kemudian pulang.Setelahnya dirumah Gibran dan Anggie memasak berdua. Selesai memanggang daging barbeque-nya, kini mereka tinggal menyantapnya.Sudah dikatakan sebelumnya bahwa Anggie memang pencinta daging, jadi tak mengherankan jika sekarang matanya sedang berbinar tak sabaran mencicipinya sesegera mungkin.Andai saja saat ini dia bersama Kayla atau Gibran saja tanpa kedua orang tua, Dirga dosen pembimbingnya dan istrinya Anita yang merupakan kedua orang tua Gibran. Dapat dipastikan tanpa malu lagi dan sungkan An
Setelah ditegur demikian oleh Dirga, baik Anggie maupun Gibran menunduk takut bagaikan seorang bocah yang baru saja ketahuan mencuri permen oleh ayahnya. Keduanya beranjak keluar dari kolam renang dan Anggie mencuri garis start lebih dulu.Melihat hal itu ego Gibran sebagai pria tak terima, sehingga dengan usil dan mudahnya tubuh Anggie ditarik kembali agar jatuh ke dalam kolam.BYUUURR!"GIBRAN!" Dirga melotot tak percaya sambil berteriak murka.Sedangkan Gibran yang menyaksikan Anggie kembali terjebur ke dalam kolam malah ternyum puas atas aksi usilnya. pria itu tampak seperti bocah nakal sambil menyembunyikan tawanya. Ternyata jadi usil ditambah mengusil Anggie sangat menyenangkan dan lain hari Gibran mungkin akan mengulanginya atau mungkin Gibran akan sering melakukan hal demikian.Berbeda dengan Anggie yang jatuh dikolam, gadis itu merasa merasa kesal. Dia tak boleh membiarkan Gib
Anggie dan Kayla kompak menatap lurus kedepan sambil cemberut, menyimpan cerita malam mengesalkan yang telah mereka lalui masing-masing. Rencana keduanya gagal total serta meninggalkan kesan buruk."Harusnya kamu biarkan aku menginap dirumahmu, Key. Aku pasti takkan pilek sekarang, hahattttchiiii!" Anggie menggosok hidungnya yang terasa gatal."Jangan menyalahkanku, justru harusnya kamulah yang harusnya membiarkanku menginap dirumahmu atau rumah calon mertuamu. Sehingga kejadian tak terjadi. Asal kamu tahu saja nasibku tidak akan miris, jadi jika kamu mengajakku dan tidak akan jadi pengasuh dari anak si duda sedangkan duda bapak si anak malah enak-enakan pacaran dengan kak Silvira." Kayla berkata menggebu dengan kesalnya yang sudah seakan mau meluap. Kejadian semalam yang dilaluinya masih belum diterimanya.Hal itu membuat Anggie menoleh dan melirik Kayla. "Itu sih kamu aja yang bodoh, kenapa mau-maunya jadi pengasuh dan ngga
Anggie menghela napasnya panjang seraya melemparkan tas miliknya ke atas tempat tidur dengan sembarangan. Menyusul dengan tubuhnya yang ikut jatuh menimpa matras empuk yang membuatnya sejenak terpejam mengusir penat."Sial! Gue di kampus seharian buat bimbingan, tapi pak Dirga malah enggak datang. Mana chatingan tidak dibalas, huh ...." Anggie merutuk kesal.Anggie beranjak bangkit meraih proposal miliknya dan berlalu ke luar kamar. Gadis itu nekat menerobos masuk ruang kerja tuan rumah, karena berpikir orang yang dicarinya ada di sana dan benar saja pak Dirga memang sedang di dalam ruang kerjanya.Mendadak langkah kaki Anggie menjadi kaku. Bagaimana pun juga dan meski telah tinggal dirumahnya, tetap saja pak Dirga merupakan dosennya. Anggie tak boleh demikian sembrono menyerobot masuk tanpa sopan, oleh karena itu perlahan langkah kaki Anggie mundur teratur sebelum pak Dirga menyadari kehadirannya.'Kayakn
“Saya terima nikah dan kawinnya Anggie Anastasya ...!” Ucapan lantang serta tegas tersebut mengawali prosesi ijab kabul acara pernikahan. Prosesnya berlangsung dengan hikmat dan berjalan dengan lancar tanpa kendala sama sekali. Kini Anggie berdampingan dengan Gibran menyalami tamu undangan yang menghadiri pernikahan mereka. Dengan pasrah dan juga mulai merasakan lelah yang menghampirinya, Anggie bertahan dengan secerca senyuman yang menghiasi pipinya.Itu bukanlah mimpi, sebab Anggie benar-benar menikah saat ini. Ya dia menikah setelah berhasil menyelesaikan prosesi sidang skripsinya minggu lalu. Siapa sangka persetujuan yang diiyakannya selang sebulan lalu pada orang tuanya Gibran kini telah dilaksanakannya, padahal saat itu dirinya tidak bersungguh-sungguh. Namun apa boleh buat semuanya terlanjur terjadi.Pernikahan yang mulanya tak diinginkan yang juga berdasar perjodohan di tambah bagian dari permintaannya semasa kanak-kanak kini harus Anggie jalani.Anggie
Anggie sudah menyelesaikan acara mandinya dan sekarang ia hendak keluar dari kamar mandi, akan tetapi kakinya seakan enggan melangkah keluar. Tidak, dia tidak sedang ceroboh lupa membawa pakain ganti sehingga malu untuk keluar. Anggie tidak sebodoh itu untuk melupakan pakaian ganti yang menurutnya merupakan hal penting. Bahkan sekarang ia pun telah mengenakan pakaian lengkap dan akan keluar mengenakan piyama tidurnya.Namun masalahnya sekarang adalah baru saja dirinya menyadari sesuatu hal yang membuatnya ragu keluar. Serius setelah selesai mandi Anggie baru sadar akan status barunya yang sudah mempunyai pasangan, sudah menikah dan menjadi seorang istri dan berarti malam ini dia akan ....“Aaarrggh, oh tidak. Bagaimana ini? Mmm ....” Anggie resah memikirkan masalahnya. Ini merupakan pertama kalinya sejak seumur hidupnya tinggal berbagi kamar dengan seorang lelaki dan malam ini merupakan malam pertamanya. Tidak, maksudnya malam kedua setelah pagi-pagi lebih
Anggie benar-benar merasa resah kali ini, tak bisa tidur dan teramat merasa tersiksa dengan posisinya. Selain karena susah tidur karena tempat tidur yang berbeda ataupun berubah, tidur dengan Gibran yang masih terasa asing baginya juga membuatnya tak tenang dan terganggu. Pikirannya berkelana membayangkan sesuatu yang buruk yang menciptakan masalah untuk dirinya sendiri.‘Bagaimana jika saat tidur, Gibran mengambil kesempatan dariku seperti tempo hari. Memberikanku segelas susu yang entah dicampur olehnya dengan apa sampai paginya nasibku menjadi malang dengan status yang sekarang berakhir menjadi istrinya. Hmm ... bagaiman ini?’ Anggie membatin resah diselimuti perasaan tak tenang dan juga waspada.Anggie membuka sepasang kelopak matanya lebar lantas berbalik sambil memeluk guling dan menghadap langit-langit kamarnya. Disampingnya Gibran yang telah tertidur pulas bergerak dengan seenaknya, tiba-tiba saja tangannya terulur menimpa perut Anggie. Sialnya meski t
“Ughh, nyebelin ... nyebelin ....” Anggie menghentakkan kakinya kesal sambil mendengus menahan amarah.Saat ini dia sedang bersama Kayla satu-satunya manusia yang tahan menjadi sahabatnya dengan segala tingkah konyol, lebay, kekanakan, suka seenaknya dan masih banyak lagi keburukan lainnya Anggie.Keduanya sedang berada di sebuah kafe menimati minuman manis yang menyegarkan tenggorokan sambil mengobrol atau lebih tepatnya Anggie yang kembali mencurahkan kisah hidupnya pada Kayla. Ah ya, sebenarnya Kayla sendiri sudah bosan dengan ceritannya Anggie yang menurutnya tidak enaknya untuk didengarkan, tapi ya bagaimana mereka sahabat dan sebagai sahabat yang baik Kayla selalu bersedia menjadi tempat segala macam curahannya Anggie.“Kamu kenapa lagi Anggie? Aduh baru nikah bukannya berseri-seri menikmati waktu menyenangkannya pengantin baru, eh kamunya malah masam gini ....”Anggie memberenggut kesal. “Gimana nggak masam coba, aku sudah berbesar hati mau menikah