Beranda / Romansa / Terpikat Pesona Paman Suamiku / Bab 1. Trapped by the Jerk

Share

Terpikat Pesona Paman Suamiku
Terpikat Pesona Paman Suamiku
Penulis: Abigail Kusuma

Bab 1. Trapped by the Jerk

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-09 01:42:09

“Berikan aku vodka,” ucap Kimberly dingin pada sang bartender.

All right, Miss,” sang bartender langsung memberikan minuman yang dipesan oleh Kimberly

Kimberly menenggak vodka hingga tandas. Tak hanya satu gelas saja, tapi dia terus meminta sang bartender memberikannya minuman beralkohol tinggi itu. Sesekali, Kimberly melihat lautan manusia yang ada di lantai dansa. Rasanya wanita itu ingin menertawakan dirinya sendiri.

Semua orang berpasangan. Mereka tampak begitu mesra, sedangkan Kimberly? Wanita itu duduk di tempatnya meminum alkohol—seraya sedikit menari mengikuti alunan musik jazz yang tengah diputar oleh Disk Jockey.

Wanita berambut cokelat tebal dan bermata hazel itu sejak tadi tak luput dari pandangan banyak pria yang menatap dirinya. Tak tanggung-tanggung, para pria bahkan mengajaknya berkenalan dan juga berdansa. Akan tetapi, belum ada satu pun pria yang menarik di mata Kimberly.

“Whisky, please.” Suara berat milik seorang pria berbicara pada sang bartender begitu terdengar di telinga Kimberly.

Kimberly menoleh pada sosok pria yang duduk di sampingnya. Mata wanita itu menyipit menatap pria yang tampak tak asing itu. Kening Kimberly mengerut berusaha mengenali sosok pria itu. Namun, sayangnya alkohol begitu menguasai otaknya membuat Kimberly kesulitan mengenali pria yang meminta whisky pada sang bartender.  

Tampan. Sangat tampan. Itu yang Kimberly nilai tentang paras pria yang ada di dekatnya itu. Hanya saja Kimberly tak mampu mengingatnya. Dalam otak Kimberly—pria di sampingnya itu adalah pria yang paling tampan dari semua pria yang sejak tadi berusaha mendekatinya.

“Kenapa kau melihatku seperti itu?” Pria asing itu menyesap whisky yang baru saja diberikan oleh sang bartender. Tatapannya tak lepas menatap Kimberly yang sejak tadi menatapnya. Senyuman samar di wajah pria itu terus terlukis, senyum yang mampu menggoda para kaum hawa.

“Apa kita saling mengenal? Wajahmu tak asing di mataku. Aku seperti pernah melihatmu,” ucap Kimberly setengah mabuk. Dia menatap dalam sosok pria tampan yang ada di hadapannya. Tubuh gagah dan maskulin pria itu terbalut oleh jas berwarna hitam, rahangnya tegas, hidungnya mancung menjulang melebihi bibir.

Kimberly mengakui sosok pria di hadapannya ini layaknya pahatan patung Dewa Yunani yang sempurna. Bahkan di kala pria itu menyesap minumannya—pria itu tampak sangat seksi di mata Kimberly. Ini sudah gila! Alkohol membuat kewarasan di otaknya menghilang. Bisa-bisanya dia mengagumi pria asing.

“Menurutmu apa kita saling mengenal?” Pria itu mendekat pada Kimberly. Mengikis jarak di antara mereka. Sepasang iris mata cokelat itu seakan mampu menghipnotis Kimberly.

Kimberly terkekeh pelan. “Mungkin kau hanya mirip dengan pria yang aku kenal. Lupakan saja. Kepalaku sedang pusing. Jadi pasti aku salah mengenali seseorang.”

“Kenapa kau sendiri di sini?” tanya pria itu dengan sorot mata yang begitu lekat pada Kimberly. “Dari wajahmu menunjukkan kau seperti wanita yang patah hati. Apa kau memiliki masalah dengan pasanganmu?” Pria itu kembali bertanya. Nada bicaranya serak dan rendah begitu menggoda.

“Patah hati?” Kimberly mulai tertawa. “Kenapa aku harus patah hati? Come on, aku ke sini karena bosan di rumah. Tidak ada kata patah hati untuk seorang Kimberly Davies.”

Senyuman misterius di wajah pria itu terlukis. Mata sayu Kimberly begitu menggodanya. Tubuh wanita itu indah. Bahkan sangat indah. Lekuk tubuh sempurna. Payudara yang padat dan berukuran menantang membuat pria itu tak lepas menatap Kimberly. Balutan gaun berwarna merah bermodel kemben sangat cantik dan seksi. Kimberly bagaikan angel yang ada di tengah-tengah klub malam.

“Kalau begitu kita sama. Aku juga sendirian di sini. Apa kau mau berdansa denganku?” pinta pria itu seraya menatap Kimberly yang mabuk.

“Apa aku harus menerima tawaranmu?” Kimberly membalikkan pertanyaan pria itu.

Namun, tiba-tiba tubuh Kimberly nyaris terjatuh. Pria itu sangat sigap menangkap tubuh Kimberly. Jarak mereka begitu dekat dan intim. Aroma parfume maskulin menyeruak ke indra penciuman Kimberly membuat darah wanita itu seolah mendidih. Aroma itu sukses membuat endorfin dalam dirinya bergejolak hebat. Otaknya mulai menyusun fantasi-fantasi liar kala pria asing yang tampan itu memeluk dirinya.

“Akan lebih baik jika kau menerima tawaranku. Kau kesepian dan aku pun kesepian,” bisik pria itu serak di depan bibir Kimberly. “Kita sama-sama membutuhkan.”

Kimberly tersenyum dengan mata yang sayu. “Well, kalau begitu jangan bertanya. Silakan bawa aku ke lantai dansa.”

Seringai di bibir pria itu terlukis. Tak banyak bicara, pria itu langsung membawa Kimberly ke lantai dansa bergabung dengan lautan manusia yang sejak tadi terdansa menikmati detuman musik. Malam semakin larut, keadaan suasana klub malam itu semakin meriah dan ramai.

Musik jazz berganti dengan musik slow motion. Pria asing itu memeluk erat pinggang Kimberly. Mereka berdansa dengan sangat mesra seperti layaknya pasangan yang tengah memadu kasih.

“Kimberly … namaku Kimberly. Kenapa kau belum mengajakku berkenalkan?” racau Kimberly kian mabuk. Tangan cantik wanita itu melingkar di leher sang pria asing yang mengajaknya berdansa. Meski mabuk tapi Kimberly menyadari pria yang mengajaknya berdansa ini belum sama sekali memperkenalkan diri.

“Tadi kau sudah menyebutkan namamu, Kim,” bisik pria itu seraya membelai begitu lembut pipi Kimberly.

Mata Kimberly semakin menyipit. “Kau curang. Kau belum memperkenalkan namamu.”

Pria itu tersenyum. Lantas dia menarik dagu Kimberly sambil berbisik serak, “Aku yakin kau pasti tahu namaku.”

Tampak kening Kimberly mengerut mendengar ucapan pria itu. Otaknya mulai bekerja mencerna. Namun, alkohol yang terlalu banyak telah menguasai jalan pikiran dan ingatan Kimberly. Akhirnya, Kimberly tak mau ambil pusing dengan ucapan pria itu.

“Kenapa pria tampan sepertimu sendirian?” racau Kimberly lagi.

Pria itu terkekeh rendah dan terdengar seksi. “Aku tidak sendirian. Aku sedang berdansa denganmu.”

“Ah, iya. Kau benar.” Kimberly berjinjit—lalu dengan berani dia mengecup bibir pria itu. Awalnya hanya sebuah kecupan saja, tapi perlahan Kimberly melumat bibirnya.

“Amatiran.” Pria itu menangkup kedua pipi Kimberly, menatap mata sayu Kimberly. “Ciumanmu itu masih amatiran, Kim.”

Show me how to do the right kiss,” bisik Kimberly menggoda.

Mendengar respon Kimberly, pria itu langsung membenamkan bibirnya di permukaan bibir Kimberly, melumat dengan lembut, menggigit pelan bibir wanita itu agar membuka mulutnya. Desahan panjang lolos di bibir Kimberly kala pria itu mencium bibirnya dengan begitu panas dan liar. Ciuman pria itu seolah melumpuhkan saraf di sekujur tubuh Kimberly.

You’re a good kisser,” bisik Kimberly menggoda tepat di depan bibir pria itu. “Temani aku malam ini. Aku ingin menghabiskan malamku denganmu.”

Pria itu membelai bibir ranum Kimberly dengan jemarinya. “Jangan menantangku, Kim. Kau akan menyesali keputusanmu itu.”

“Aku tidak mungkin menyesalinya. Malam ini temani aku. Bukankah tadi kau sendiri yang mengatakan kita adalah dua orang yang kesepian?” Kimberly merapatkan dadanya ke dada pria itu. Nadanya berbisik menggoda dan sukses membuat pria itu menggeram akibat suara seksi Kimberly.

Pria itu menarik dagu Kimberly, melumat kembali bibir ranum Kimberly, lalu berubah agresif dan menuntut. Tangan pria itu pun semakin memeluk pinggang Kimberly dengan erat. Memberikan remasan pelan, menyalurkan sensasi yang telah terselimuti api hasrat yang telah membara.

You know, Kim, once you give up yourself to me, there is no chance of backing out.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Owoh Lee Lea
wow...terbuai dengan adegan tadi.....🫠
goodnovel comment avatar
Ismail 05
lumayanlah, menghilangkan streessss
goodnovel comment avatar
Santi Triyana
sudah pernah baca difizo
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 167. Extra Part Tujuh (ENDING SCENE)

    Usia Diego saat ini sudah enam bulan. Semakin hari Diego semakin aktif dan sangat pintar. Tubuh Diego semakin gemuk dan sehat. Tangan dan kaki Diego sudah penuh dengan rolls layaknya roti sobek yang menggemaskan. Pipi tembam memerah persis seperti bakpau yang ingin digigit. Rambut Diego cokelat gelap menurun seperti rambut Damian. Manik mata cokelat gelap berkilat memancarkan keindahan yang tak terkira.Diego seperti cerminan Damian. Semua benar-benar mirip layaknya buah apel yang telah terbagi menjadi dua. Memiliki paras yang sama tak berubah. Sesuai dengan keinginan Kimberly. Ya, sejak hamil memang Kimberly berharap anak pertamanya adalah laki-laki agar bisa melihat Damian kecil. Ternyata semesta mencatat apa yang menjadi keinginan Kimberly. Terbukti anak pertamanya adalah laki-laki yang sangat tampan.Di usia Diego yang sudah enam bulan ini, Damian akan menepati janjinya yang ingin mengajak Kimberly dan Diego berjalan-jalan ke luar negeri. Tentu Kimberly menyambut sangat antusias.

  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 166. Extra Part Enam

    Ernest duduk di kursi kebesarannya yang ada di mansion-nya. Sekitar lima belas menit lalu, Maisie sudah berpamitan untuk pergi ke penthouse Kimberly. Tentu Ernest tak mungkin melarang. Malah dia senang karena sekarang Maisie dekat dengan Kimberly. Ini yang sejak dulu Ernest nantikan, di mana Maisie dekat dengan putrinya.Suara ketukan pintu terdengar membuyarkan lamunan Ernest. Refleks, Ernest mengalihkan pandangannya ke arah pintu, dan segera meminta orang yang mengetuk pintu itu untuk masuk ke dalam ruang kerjanya.“Tuan,” sapa sang pelayan melangkah mendekat pada Ernest.“Ada apa?” Ernest menatap dingin sang pelayan yang kini sudah di hadapannya.“Tuan, di depan ada Tuan Deston ingin bertemu dengan Anda,” ujar sang pelayan yang sedikit membuat Ernest terkejut.“Deston datang?” Sebelah alis Ernest terangkat, menatap sang pelayan.“Iya, Tuan,” jawab sang pelayan itu lagi.Ernest mengembuskan napas pelan. Seingat Ernest, Deston sama sekali tidak memberitahukan kalau hari ini akan data

  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 165. Extra Part Lima

    “Ini kamar bisa kau pakai.” Fargo berucap dingin dan tak ramah pada Carol kala dirinya mengantarkan Carol ke kamar tamu yang ada di apartemen pribadi miliknya. Dia ingin sekali mengusir paksa Carol, tapi dirinya berada di ambang kebingungan. Pasalnya Carol adalah teman baik Kimberly. Dia tak mungkin mengusir paksa Carol.“Thanks. Aku tidak akan lama di sini,” jawab Carol datar. Dia tak pernah menyangka akan terjebak di apartemen milik Fargo. Sungguh, dia tak menginginkan hal ini terjadi, tapi dia tak memiliki pilihan lagi. Dia masih belum memiliki keberanian kembali ke hotel. Hal yang dia takutkan adalah Adrik tahu hotel di mana yang dirinya tempati selama di Amsterdam. Jika sampai itu terjadi, pasti masalah baru akan datang.“Kau memang tidak bisa lama di sini. Orang itu wajib tahu diri,” ucap Fargo sarkas dan tegas. Detik selanjutnya, dia melangkah pergi meninggalkan Carol begitu saja tanpa menunggu balasan ucapan dari Carol.Carol berdecak tak suka dan mengumpati Fargo dalam hati.

  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 164. Extra Part Empat

    Amsterdam, Netherlands. Angin berembus sedikit kencang membuat rambut panjang dan indah Carol berantakan. Tampak Carol sedikit kelelahan. Setelah menempuh perjalanan berjam-jam akhirnya dia tiba di kota terbesar di Belanda. Demi menghibur diri dari kepenatan, Carol menganggap dirinya berlibur sejenak. Anggaplah menjauh dari Los Angeles demi membebaskan dirinya dari segala masalah yang menerpa dirinya.“Selamat pagi, Nona Carol,” sapa sang sopir penuh sopan pada Carol yang baru saja muncul di lobby bandara. Ya, kali ini sang sopir tak berani untuk datang terlambat. Jika saja sampai terlambat, maka saja saja sang sopir itu mencari malapetaka.“Pagi,” jawab Carol datar. “Aku pikir kau akan terlambat lagi.”“Tidak, Nona. Nona Fiona sudah meminta saya untuk datang tepat waktu jangan sampai terlambat.”“Good, aku memang paling tidak suka kalau ada yang datang terlambat. Apalagi dalam hal menjemputku. Itu sama saja menjadikanku seperti orang bodoh menunggu.”“Maafkan atas kejadian waktu it

  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 163. Extra Part Tiga  

    Menjadi ibu rumah tangga tak pernah membuat Kimberly lelah sedikit pun. Kimberly seakan begitu menikmati perannya menjadi seorang istri dan ibu. Setiap hari, dia selalu membantu menyiapkan segala hal yang Damian butuhkan dan selalu mengurus Diego dengan sangat baik. Pun dia tak pernah merasa bosan. Memasak, menunggu sang suami pulang dari kantor, semua adalah moment-moment yang paling berharga untuk Kimberly.Pekerjaan Kimberly tak begitu saja Kimberly lepas. Dia tetap menyadari tanggung jawabnya. Dia juga tak tega pada Carol yang selalu menggantikanya. Dari kejauhan dia tetap memeriksa dan membantu walau belum bisa optimal. Hampir setiap minggu, Brisa sering datang ke rumahnya untuk memberikan laporan. Paling tidak, dia tetap bertanggung jawab akan perusahaannya di tengah-tengah perannya sebagai ibu rumah tangga.Seperti saat ini di kala pagi menyapa, Kimberly sudah sibuk menyiapkan sarapan untuk sang suami. Tadi malam Damian mengatakan pada Kimberly kalau hari ini tak akan pergi ke

  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 162. Extra Part Dua  

    Amsterdam, Netherlands. Fargo membubuhkan tanda tangan di dokumen yang baru saja diantarkan oleh sang asisten. Pria tampan itu kembali membaca dokumen itu lagi, memastikan bahwa dokumen yang ada di hadapannya tak ada yang salah sedikit pun. Saat semua isi dokumen tersebut benar, Fargo segera mengembalikan dokumen tersebut pada Gene yang ada di hadapannya.“Bagaimana perusahaan di Los Angeles, apa ada masalah?” Fargo bertanya pada Gene seraya mengambil gelas berkaki tinggi yang berisikan wine, dan menyesapnya secara perlahan. Tatapan mata tegas dan dingin Fargo, menatap Gene, meminta penjelasan dari sang asisten.“Semua baik-baik saja, Tuan. Kondisi perusahaan setiap bulannya mengalami kenaikan cukup signifikan,” jawab Gene memberi tahu dengan nada sopan. “Tadi malam saya baru saja mengirimkan laporan penjualanan bulan lalu, Anda bisa melihat di sana penjualanan pun mengalami peningkatan.”Fargo menganggukkan kepalanya, lalu tiba-tiba terdengar suara dering ponsel masuk dari Gene. Ref

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status