Share

Nay dan Naga Bumi

"Tidak ditolong tidak mengapa, tapi aku mengharap do'a yang baik atau se-enggaknya kata-kata yang baik. Kenapa harus makian yang kuterima?" Nay masih terisak memikirkan apa yang baru saja terjadi. "Seandainya bapak masih bersamaku, tentu aku tidak akan mengalami ini," keluhnya di antara isakan.

Entah berapa lama Nay larut dalam isakan. Saat ia lelah menangis, dia bersumpah akan bekerja keras dan menjadi kaya, yang kekayaannya akan melebihi bibinya. "Aku bersumpah, aku akan menjadi kaya hingga para tetangga akan berfikir bahwa aku memiliki pesugihan!"

Sekarang Nay mengerti kenapa Kasumi tidak setuju dengan plan A dan plan B. Sesunguhnya Kasumi sudah menyampaikan keberatannya saat Nay dan Najwa menunjukkan planing mereka. Tapi saat kedua putrinya menyampaikan alasannya Kasumi menyerah karena dia pun tidak memiliki ide yang lebih baik.

Ada hal lain yang membuat Nay terluka, saat dia harus ke Tegal Lalang - Bali untuk menemui salah satu keponakannya. Dia harus tidur di terminal Ubung karena kesorean. Dia tidak punya ongkos yang cukup untuk bayar tukang ojek di malam hari agar bisa langsung ke Tegal Lalang. Yang lebih menyakitkan, ternyata dari Tegal Lalang, Nay juga pulang dengan tangan kosong.

Seperti halnya plan A, plan B pun tidak jauh berbeda hasil, gagal total. Akhirnya mereka menuju plan C. Keluar negeri. Berbekal surat pengalaman kerja dari Sofia, Nay mulai mengajukan lamaran kerja ke beberapa kantor PJTKI di kota Surabaya.

Di sini pun, Nay menemukan banyak hal yang menyakitkan. Yang paling menyakitkan saat salah satu Dirut dari sebuah perusahaan yang dia datengi bersedia menemuinya. Tadiya, Nay sangat girang karena dia pikir surat lamarannya dapat feed back yang baik. Namun saat Sang Dirut mengutarakan maksudnya, Nay langsung berdiri dan menganggkat tangannya ke atas. Dia menghunus Naga Bumi. Nay sudah siap melecutkan naga bumi.

Beruntung tiba-tiba Najwa datang, rupanya Ayang-Ayang Kembar dan Kabel Getih masih berfungsi dengan baik, hingga Nyai Najwa bisa mencegah hal yang fatal. Jika Naga Bumi sampai dilecutkan maknanya Nay akan menghilangkan nyawa Dirut, itu artinya dia akan kehilangan nyawanya sendiri.

Najwa menyeret Nay meningalkan ruangan Dirut. Lalu langsung membawanya ke panggakalan ojek yang ada diluar perusahaan tersebut. Meminta tukang ojek mengantarnya ke terminal. Mereka langsung naik bis menuju Banyuwangi.

Setelah keduanya duduk di dalam bis, tangis Nay pecah. Najwa memeluknya erat, mebiarkan Nay menghabiskan tangis. Airmatanya pun jatuh satu-satu, Najwa juga menangis dalam diam.

"Mengapa hidup begini berat tanpa bapak," keluh najwa dalam diamnya. Keluhan itu ia adukan pada diri sendiri sambil berusaha untuk tidak terisak. Karena Najwa tidak ingin menambah beban Nay. Sementara di telinga Nay masih terngiang kata-kata Dirut, "aku sudah ngechek background-mu, aku tahu kau sedang punya masalah besar. Kau hanya perlu tidur denganku, aku yang akan bereskan semua masalah," Dirut mengerling nakal. "Akujuga tahu kau masih gadis, aku sudah tidak sabar ingin menyobek perawanmu." bisiknya di telinga Nay, menggoda.

Dirut mengucapkan setiap kaimatnya dengan ringan, seolah keperawanan adalah hal yang begitu murah untuknya, hingga ia berani menaruh harga. Kalimat demi kalimat yang diucapkannya bagai belati yang terus mengiris hati Nay. Mengejek harga dirinya dan memporak-porakdakan rasa percaya diri yang telah dia bangun selama bertahun-tahun. Mungkin terdengar konyol bagi kalian anak muda jaman sekarang, tapi bagi Nay, keperawanan adalah sama dengan nyawa. Kehilangan keperawanan berarti kehilangan nyawa.

"Jadi seperti itukah dunia melihat harga diri seorang wanita? dengan angka? Bah...!" Kemarahan Nay kembali membuncah, tiba-tiba dia berdiri. Melangkah meninggalkan tempat duduknya. Najwa mengejarnya dan berhasil menarik lengan kakanya. Begitu kakaknya menoleh, Najwa langsung menekuk lutut, dia menunduk tidak berani memandang Nay. Bibirnya bergetar, terbata Najwa berucap, "aku---aku mohon telanlah sakitmu, demi aku dan ibu."

Nay tertegun sejenak, bola matanya yang penuh amarah meredup. Tanpa berkata apa-apa dia melangkah, melewati Najwa dan kembali duduk di kursiya. Orang-orang yang berada di dalam bis, menyaksikan adegan itu berusaha memahami apa yang terjadi.

Begitulah cara Najwa menjaga Nay, dengan cinta dengan kasih sayang. Dia memahami betul rasa sakit dan amarah yang dirasakan Nay. Bahkan dia juga ingin menghajar Dirut bejat yang berusaha memanfaatkan keterpukan keluarganya. Namun jika marah dan menghajarnya bagaimana dia akan menjaga Nay. Yang perlu dia jaga hanya Nay, agar Nay bisa menahan diri dan tidak mempergunakan naga bumi dengan amarahnya.

Zimat memang tidak ada pilihan lain kecuali harus menyerahkan naga bumi. Nay sudah kehilangan semua kekuatannya dan sekarang musuh-musuh Zimat sedang mengincar keluarganya termasuk Nay. Hanya itu satu-satunya cara agar musuh-musuh Zimat tidak berani mendekati Nay.

Sesungguhnya Nay belum cukup mampu memegang Naga Bumi, karena dia tidak bisa mengendalikan amarahnya. Terutama dalam situasi di mana dia dilecehkan dan dihina. Di mata Zimat, ketinggian ilmu seseorang terletak pada kemampuan untuk meletakkan segala sesuatu pada porsinya. Nay harus bisa mengendalikan diri pada saat dihina dan dilecehkan, diperlakukan tidak adil dan didzolimi. Bahkan disiksa sekalipun dia harus tetap mampu mengendalikan amarah dan tetap menjaga sikap.

Apalagi jika urusannya nyawa, bunuh-membunuh. Karena dalam pemahaman Zimat, nyawa itu kewenangan penuh milik Tuhan. Jika Nay memakai naga bumi untuk membunuh, artinya dia telah lancang mengambil kewenangan Tuhan. Itu kesalahan paling fatal yang tidak termaafkan. Dosa yang tidak bisa ditebus meski dengan memberikan nyawanya sendiri sebagai ganti. Menjelang malam bis yang mereka tumpangi Sampai di terlimal lawas kota Genteng. Mereka naik dokar---kereta kuda--- menuju utara, menuju Lembah Biru. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam, sibuk dengan fikiran masing-masing.

********

Blitar, hari yang sama, rumah pengasingan.

Kediaman baru milik Zimat sudah lebih bersih dan rapi sekarang. Halamannya sangat bersih, sudah dipasangi pagar. Pagar putih terbuat dari kayu tertata rapi mengitari rumah dan pekarangan. Terlihat banyak 'widik---alat traditional yang dibuat dari bambu yang diapaki untuk menjemur sesuatu---tertata rapi di halaman rumah.

Zimat memiliki kesibukan baru yaitu meramu obat. Zimat sedang menjemur 'empon-empon---tanaman obat---seperti kunyit, jahe, kencur, laos, temu, kunci dan lain-lain. Selain itu, Zimat juga menjemur 'baban pule---kulitnya pohon pule---yang juga tanaman obat.

Zimat terlihat memakai 'jagrak---penyangga---dalam melakukan aktifitasnya. Sementara Safawi ada di dapur sedang menumbuk empon-empon yang sudah kering untuk dijadikan bubuk menggunakan lumpang dan alu. Kamituwo terihat ngayaki---memisahkan hasil tumbukan yang kasar dengan yang halus---menngunakan ayakan.

Setelahnya mereka melakukan pengemasan agar obat siap di distribusikan. Kemasannya tanpa nama, tidak ada label apa pun. Rupanya hanya modal kepercayaan dan dari mulut ke mulut.

Tuhan memberi rizqi dan berkah dengan seribu jalan. Berkah datang dari seseorang yang tidak disangka-sangka. Berkah ini bermula saat Kamituwo membawa seorang tukang kebun untuk mambantu Safawi merawat rumah dan merawat Zimat. Tukang kebun ini memiliki penyakit gula yang cukup parah. Beberapa jari kakinya sudah ada yang lepas.

Zimat dan Safawi memang ahli pengobatan langsung memahami keadaan tukang kebun. Keduanya sebisa mungkin membantunya. Zimat minta tukang kebun menyiapakan tupai sebagai bahan dasar obat penyakit gula.

Begitulah, akhirnya tukang kebun rajin meminum obat dari Zimat. Rutin dipijit oleh Safawi untuk meyelelaraskan peredaran darah dan detak jantung. Hari demi hari kondisinya terus membaik hingga tupai yang ke tujuh. Tukang kebun benar-benar membaik dan bisa hidup normal tanpa minum obat.

Cahaya wajahnya juga sudah berbeda, dia juga merasakan bahwa tubuhnya memang sehat.

Sudah tidak mengantuk di pagi hari. Puncak kegembiraan itu terjadi saat tangannya terkena welat---kulit bambu--- bisa menegering dan sembuh total. Dia berlari seperti orang gila menuju kediaman Zimat meluapkan kegembiraan dan rasa terimakasihnya.

 

Dari sinilah orang-orang mulai berdatangan dengan berbagai keluhan. Berkah yang kedua ternyata semua bahan yang mereka perlukan untuk membuat obat telah ada di pekarangan rumah. Ada satu dua yang tidak ada tapi Kamituwo selalu dapat menyiapkan bahan yang diperlukan.

 

Begitulah waktu terus berlalu, Zimat terus sibuk dengan dunia barunya. Ia tidak pernah memungut biaya apa pun atau menjual jamunya. Jika ada yang berbaik hati memberi diterimanya jika tidak Zimat tidak pernah meminta. Hingga Zimat mulai punya nama dan dikenal bukan hanya oleh orang-orang di desa tempat tinggalnya tapi juga oleh penduduk di sekitar desanya. Hingga namanya terdengar oleh keluarga Kasumi yang juga ada di Blitar.

Kelaurga Kasumi mulai berdatangan secara berkala menjenguk Zimat.

 

Tersebutlah salah satu keluarga Kasumi yang bernama Apood. Apood ini punya perangai buruk dan memang dari dulu tidak pernah suka kepada Kasumi maupun Zimat. Melihat Zimat memiliki nama di Blitar timbullah akal liciknya. Lalu menyelidiki kenapa Zimat sampai ada di Blitar.

Setelah Apood mendapat semua jawaban, dia datang menemui Zimat. Berpura-pura bertamu. Sesungguhnya dia hanya sedang mencari informasi lebih detail tentang apa yang dilakukan Zimat. Apood makin terbakar hatinya saat melihat bahwa Zimat sangat berpengaruh. "Apapun caranya dia harus keluar dari Blitar," geram Apood berbicara pada diri sendiri. Ia berjalan mondar-mondir bagai setrikaan. Iri drengki mengusai hati dan pikirannya.

Apood mulai menyusun rencana, ia memutuskan untuk mencari orang-orang yang membuat Zimat sampai ke Blitar.

*******

see u in the next part.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status