Share

Bab 12. Ajarkan Aku

Dion akhirnya pindah untuk duduk di sebelah Venus usai ia bicara seperti itu. Dion mulai khawatir dengan keadaan Venus. Selain jika dia akan mendapatkan banyak kesulitan dengan makin lamanya bergulir kasus karena ia menarik kesaksiannya, Dion juga tak bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik jika itu terjadi.

“Nona, dengarkan saya. Jika Nona tidak bicara dan malah menarik kesaksian itu maka kebenaran tidak akan terungkap. Sebaliknya, kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi sebenarnya,” ujar Dion sambil memegang tangan Venus.

Venus terus menatap Dion dan terpaku hanya padanya. Dion pun tak lagi membuat jarak kali ini. Ia membujuk Venus sepenuh hati.

“Tapi aku takut, Mas. Bagaimana jika dia marah dan balik menyerang? Atau dia kabur?” rengek Venus masih meneteskan air matanya. Venus terlihat sangat ketakutan karena ini kali pertama ia akan bersaksi.

“Nona, saya ada di sini. Saya akan selalu melindungi Nona 24 jam tanpa jeda. Tidak akan ada lagi insiden seperti kemarin, saya janji,” ucap Dion memberikan janjinya. Venus menundukkan pandangannya dan masih terlihat ragu.

“Tolong jangan takut. Tidak ada yang bisa menyakitimu!” tambah Dion lagi meyakinkan. Venus lantas makin membalikkan posisinya agar menghadap Dion.

“Tapi janji Mas Dion akan menjaga aku terus ...” pinta Venus begitu serius. Dion terdiam sejenak dan berpikir. Bukankah ada batas waktu? Tapi untuk menenangkan Venus, Dion pun mengangguk. Venus mulai bisa tersenyum sedikit dan meminum lagi minumannya.

Setelah ia tenang, Dion berhasil membawa Venus untuk identifikasi tersangka. Venus dimintai keterangan dan kesaksiannya. Pemberkasan akan dilakukan secepat mungkin dan akan diproses dalam sebuah pengadilan. Tapi ada yang membuat Dion merasa aneh. Rasanya memang ada yang janggal.

“Detektif, boleh aku bertanya sesuatu padamu?” tanya Dion sedikit berbisik pada det. Daryl Brooke di sudut ruangan interogasi itu.

“Apa yang dikatakan oleh tersangka saat kalian bertanya soal pembunuhan Edgar Luther?” selidik Dion dengan raut serius.

“Dia mengaku. Memang dia yang menusuk dan membunuh. Pekerjaan kami jadi jauh lebih mudah dengan hanya mencocokkan keterangan tersangka dengan milik Nona Harristian ...”

“Dia langsung mengaku?” potong Dion masih bertanya keheranan. Detektif itu mengangguk lagi.

“Memangnya kenapa?”

“Tidakkah kamu merasa ini terlalu mudah?” balas Dion mulai curiga.

“Apa ada yang salah dengan penjahat mengakui kejahatannya? Tidak bukan!” bantah detektif itu separuh menyindir.

“Bukan itu! Kamu mengatakan pada Nona Harristian tadi jika motif tersangka adalah merampok Edgar Luther tapi Luther melawan. Jika dia hanya merampok, untuk apa dia sampai menusuk hingga 20 kali. Dia cukup melukainya, bukan?” tanya Dion makin mendesak.

“Dia panik! Dia tidak sadar melakukannya!” sanggah detektif itu mulai kesal pada Dion yang bertindak seperti penyidik.

“Dan kamu percaya begitu saja?”

“Ada bukti, ada saksi. Tinggal pengadilan memutuskan, kenapa kamu harus bertanya-tanya terus? Ini bukan wilayahmu, Tuan Pengawal. Tugasmu hanyalah menjaga Nona Harristian!” tukas detektif itu lagi membungkam Dion.

“Aku akan menempatkan Nona Harristian dalam perlindungan saksi. Akan ada polisi yang mengikuti kalian mulai sekarang sampai dia memberikan kesaksiannya. Aku baik kan? Aku membantu tugasmu! Jadi jangan cerewet!” ejek det. Brooke makin memarahi Dion.

Dion terpaksa hanya bisa mendengus pelan sambil berjalan lagi menemui Venus. Meskipun Venus melihat tindak tanduk Dion dan det. Brooke yang mencurigakan, ia tak bertanya pada Dion.

Pulang dari kantor polisi, Dion mengantarkan Venus kembali ke apartemennya. Ia menyarankan agar Venus bisa istirahat dari pada melanjutkan pekerjaan dan Venus pun setuju.

Setelah tiba, seperti biasa, Dion memeriksakan kamar dan seisi penthouse serta memastikan semua kamera merekam dengan baik.

“Saya akan ke luar. Jika ada yang dibutuhkan, Kyle atau Elon akan membantumu, Nona,” ujar Dion hendak pamit untuk pulang. Venus langsung maju dan mencekal lengan Dion mencegahnya pergi.

“Tunggu, Mas? Mas Dion mau pulang ya?” Dion tersenyum dan mengangguk.

“Iya setidaknya kan saya harus mandi dan membersihkan diri. Saya juga harus istirahat sebentar. Waktu berjaga akan diganti oleh Elon dan Kyle. Sekitar dua atau tiga jam lagi, saya yang akan menggantikan mereka,” jelas Dion dengan suara rendah. Tetapi Venus masih tak mengiyakan, ia terus memegang lengan Dion.

“Tapi Mas bilang akan menjaga aku ...” ucap Venus dengan suara lembut dan nyaris berbisik.  Dion langsung menghadapnya menjelaskan.

“Uhm, hanya sebentar kok. Saya di sebelah, gak jauh!” mata Venus membesar. Ia tidak tahu jika Dion tinggal di apartemen kecil itu.

“Jadi Mas Dion tinggal di sebelah? Apartemen kecil itu?” Dion tersenyum dan mengangguk.

“Ya, kan hanya tiga minggu. Sebaiknya Nona juga istirahat agar lebih segar dan besok bisa beraktivitas lagi,” usul Dion kemudian. Venus hanya diam saja dan perlahan melepaskan pegangannya.

“Selamat sore, Nona.” Venus tak menjawab saat Dion keluar dari kamarnya. Venus berjalan perlahan ke ruang walk in closet dan duduk sendirian di sana. Ia lelah tapi lebih dari itu hatinya lebih lelah.

“Ini sedang trending!” bisik Felipe pada Kyle yang tengah berada di ruang tengah.

“Ah, aku sudah menduga jika dia memang pria brengsek! Lihat saja perilakunya!” tukas Kyle sambil melihat sebuah video dari layar ponsel Felipe.

“Ada apa ini?” tegur Dion saat melewati ruang tengah. Kyle dan Felipe langsung menegakkan tubuh mereka.

“Maaf, Pak!” Dion hanya mengangguk saja.

“Aku harus pulang sebentar. Nanti tiga jam lagi ganti penjagaan kalian. Setengah jam sekali masuk ke dalam dan lihat apabila Nona Harristian membutuhkan sesuatu, jika ada hal darurat panggil aku di sebelah!” jelas Dion pada anggotanya.

“Siap, Pak ... tapi ...” Kyle mendekat pada Dion sambil sedikit melirik pada Felipe yang menyuruhnya maju. Dion masih diam memperhatikan keanehan itu.

“Ada apa?”

“Ini Pak, Apa kamu sudah tahu ini? Sedang trending di media sosial, Pak!” lapor Kyle menunjukkan berita tentang dugaan perselingkuhan Gareth Moultens, tunangan Venus. Dion cukup kaget dan langsung melihat pada Kyle.

“Apa kamu yakin ini valid?”

“Aku tidak tahu, Pak. Tapi itu yang terjadi!” jawab Kyle lagi. Dion masih memandang video tersebut dan menoleh ke arah kamar Venus.

“Apa yang harus kita lakukan, Pak? Nona Harristian pasti sudah tahu,” ujar Kyle kemudian. Dion masih diam dan mengembalikan ponsel itu.

“Kita tidak boleh ikut campur urusan pribadi. Nona Harristian. Sebaiknya aku segera pulang, jangan lupa lakukan hal tadi, mengerti?”

“Siap, Pak!” Dion pun berjalan keluar dari apartemen Venus dengan perasaan yang tak enak di hatinya. Sembari berjalan masuk ke dalam apartemennya, Dion ikut berpikir. Apa itu sebabnya, Venus terlihat lebih dekat selama dua hari ini dengannya?

Tak sadar, Dion meraba dadanya sendiri. Mengapa ada rasa sakit yang tak ia mengerti?

“Laras ... ah, dia lagi apa,” gumam Dion pelan mengambil ponsel dan menghubungi kekasihnya. Hatinya sungguh tak tenang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status