Venus Harristian adalah penyanyi pop wanita yang sedang berada di puncak kariernya. Ia sempurna bagai namanya. Lembut dan penyayang. Setia dan penyabar. Sosok wanita yang menjadi impian semua pria, termasuk Gareth Moultens yang menjadi calon suaminya. Namun sebuah ancaman pembunuhan dan teror membuat keselamatan Venus jadi riskan. Pasalnya, ia tak sengaja menjadi satu-satunya saksi mata sebuah kejahatan pada pesta di sebuah hotel. Oleh sebab itu, Kakaknya Rei dan ayahnya Arjoona sepakat mempekerjakan seorang kepala pengawal baru yang memimpin tim keamanan khusus melindungi Venus sampai tiba saat ia memberikan kesaksian di pengadilan. Arjoona bahkan pulang ke Indonesia demi menjemput pria bernama Dion Elang Juliandra yang berprofesi sebagai polisi untuk menjadi pengawal pribadi putrinya. Apa yang akan terjadi saat benih cinta muncul kala Dion dan Venus semakin sering bersama? Di saat bersamaan, Dion dan Venus sama-sama telah memiliki pasangan yang menanti untuk mengikat janji di altar pernikahan. Mampukah kesetiaan dipertahankan dan menjadi jawaban?
View More“Pokoknya kalau Mas gak mau penuhi ini semua. Kita batal saja deh nikahnya!”
“Jangan begitu dong! Kita pasti menikah, aku kan sudah janji sama kamu!” jawab Dion masih lembut dan memelas.
“Ya, apa kek usahanya! Pinjem uang di bank kek atau apa gitu! Jangan diem saja kayak batu!”
“Aku gak diem, Sayang. Aku sedang usaha buat nabung!”
“Alah, nabung apa cuma dapetnya 40 juta!” tukas Laras dengan ketus. Dion mengurut keningnya dan tak tahu harus menjawab apa. Tak lama, pintu ruangannya diketuk oleh salah seorang anggotanya yang memintanya untuk masuk ke ruangan kepala polisi.
“Sayang, aku menghadap Pak Kepala dulu ya. Nanti kita bicara lagi!” ujar Dion hendak pamit pada kekasihnya sekejap.
“Trus gimana jadinya?”
“Iya, aku akan temui Rico. Aku akan minta tolong dia mencarikan pinjaman,” jawab Dion akhirnya menyerah. Setelah menutup sambungan telepon, Dion menghela napas panjang untuk menemui kepala polisi.
“Iptu. Dion melapor, Pak!” kepala polisi mempersilahkan Dion yang langsung memberikan hormat seperti biasa.
“Silakan!” Dion pun keluar dari sikap siapnya dan menurut untuk duduk di sebuah kursi tamu kayu jati di depan seorang pria berjas rapi dan tersenyum ramah.
“Dion, ini adalah bapak Arjoona Harristian. Beliau adalah pengusaha asal Indonesia yang sekarang tinggal di Amerika dan merupakan pemilik pabrik elektronik Kim dan Winthrop,” ujar kepala polisi memperkenalkan Dion pada Arjoona. Dion pun mengangguk dan tersenyum. Arjoona menjulurkan tangannya berkenalan dengan Dion.
“Arjoona Harristian ....”
“Saya Dion Juliandra, Pak!” Arjoona tersenyum mengangguk.
“Begini, Dion. Saya langsung saja. Pak Kapolda sudah memberikan ijin berdasarkan instruksi dari pusat agar kamu bertugas mengawal putri dari Bapak Arjoona di Amerika.” Dion langsung mengernyitkan keningnya tak mengerti mendengar perintah itu dari atasannya.
“Saya tidak mengerti, Pak ...”
“Kamu akan ikut aku ke New York untuk menjadi kepala pengawal Venus, putriku,” ujar Arjoona ikut menimpali.
“Tapi saya bukan ... saya polisi ...” tolak Dion masih bingung.
“Benar. Dan perintah serta surat tugas kamu sudah dikeluarkan oleh Kapolda dan penunjukan langsung oleh pusat,” jelas kepala polisi lagi. Ia bahkan memberikan salinan surat tugas itu.
“Kenapa saya?” tanya Dion masih bingung.
“Kamu pilihan Pak Arjoona. Dan Pak Arjoona adalah salah satu investor penting di negara ini. Tugas ini tidak lama, kamu hanya harus mengawal selama tiga minggu saja. Posisi dan pekerjaan kamu sementara alihkan pada Gerry. Setelah kamu kembali, kamu masih bisa menempati posisi yang sama.” Dion masih tak percaya dengan tugas mendadak yang diberikan padanya. Padahal ia sedang mempersiapkan pernikahan. Masalahnya ia tak mungkin menolak.
“Aku akan membayar gaji sebesar 250 juta untuk tiga minggu tugas kamu. Itu gaji bersih di luar biaya hidup, operasional dan asuransi,” tukas Arjoona membuat Dion langsung membesarkan matanya. Kepala polisi ikut tersenyum dan menepuk pundak Dion.
“Sudah, ini adalah rezeki kamu. Hitung-hitung untuk biaya pernikahan. Toh gak lama, hanya tiga minggu!” ujar kepala polisi ikut menimpali. Dion masih belum percaya dengan besaran gaji yang akan ia peroleh. Jika ia bekerja hanya untuk tiga minggu saja, sepulang dari Amerika, Dion bisa melangsungkan pernikahan.
“Jika kamu sudah setuju, kita akan berangkat sekarang mengurus visa dan paspor kamu. Aku sudah memiliki ijin prioritas. Dalam satu hari akan selesai, maka besok malam kita akan berangkat!” ucap Arjoona lagi makin membuat Dion syok.
“Tapi, saya belum bilang sama keluarga ...”
“Kamu bisa telepon mereka sekarang!” tambah Arjoona tetap mendesak.
Dion pun hanya bisa menghela napas dan tak bisa menolak karena itu tugas resmi. Ia hanya meminta waktu satu jam untuk mempersiapkan diri termasuk memberitahukan nenek serta tunangannya Laras. Laras langsung menyambut bahagia setelah mengetahui jika gaji utama Dion adalah 250 juta dan dia akan kembali dalam tiga minggu.
“Pokoknya setelah Mas pulang, kita langsung nikah!” pekik Laras begitu bahagia. Dion hanya tersenyum dan mengiyakan.
“Komandan dimutasi?” tanya salah satu anak buah Dion dengan polos. Dion tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
“Bukan, saya ditugaskan keluar untuk pengawalan. Hanya tiga minggu kok. Gak lama!” jawab Dion tenang.
“Ke mana, Dan?” Dion menarik napas panjang karena pasti akan terdengar aneh.
“New York!”
“Apa!”
***
Dion diajak oleh Rei Harristian ke kantor Daga Nero di mana ia akan memilih beberapa orang yang akan menjadi anggotanya untuk mengawal. Setelah itu, Dion dan tim pengawal yang beranggotakan 10 orang termasuk dirinya berangkat ke Skylar Labels, tempat Venus Harristian tengah menyelesaikan pekerjaannya.
Dion dan timnya lantas masuk ke sebuah ruang pemotretan untuk bertemu Venus. Sebagai ketua tim, Dion diminta berdiri di depan untuk berkenalan lebih dulu. Rei kemudian menghentikan pemotretan untuk memperkenalkan Venus yang tengah berpose cantik dan seksi.
“Venus, ini pengawal pribadi kamu, Dion Juliandra!” ujar Rei memperkenalkan Dion yang mematung saat melihat wajah jelita selayaknya dewi milik Venus. Dengan ekspresi dingin tanpa senyuman, Venus menjulurkan tangannya. Tapi Dion hanya diam saja.
“Mas?” tegur Rei membuatnya terkesiap dan langsung menundukkan pandangan seraya menjulurkan sebelah tangannya. Entah mengapa jantung Dion berdetak makin tak karuan sampai ia tak berani menatap mata indah itu. Venus agak sedikit keheranan. Bagaimana pria itu malah terlihat takut padanya?
“Dion ...” ucap Dion singkat memperkenalkan namanya. Suara husky-nya sempat membuat Venus beberapa detik tertegun. Tapi tak lama, ia menaikkan dagunya kembali bersikap angkuh seperti sedia kala.
“Jadi mulai hari ini, dia dan timnya akan mulai mengawal kamu ke mana pun, 24 jam!” tegas Rei menjelaskan pada Venus tentang tugas Dion. Venus hanya menarik napas panjang dan tanpa mengangguk menoleh pada make up artist-nya untuk kembali mempersiapkan pemotretan lagi.
Rei pun mundur dan menarik lengan Dion untuk memberikannya beberapa instruksi.
“Mas Dion akan tetap ikut ke mana pun Venus pergi. Tapi yang lain akan jadi back up keperluan pengawalan dan kebutuhan kalian. Apa bisa aku minta seperti itu?” ujar Rei sambil memandang lekat dan serius pada Dion.
“Tentu saja.” Rei pun mengangguk. Ia lalu pamit dan meninggalkan Dion dan timnya untuk melaksanakan tugas.
Dion lantas mengumpulkan semua anggota tim untuk pembagian tugas. Setiap orang akan bergantian mengawal dan mendampinginya sebagai bagian tim. Berbekal pengalamannya sebagai kepala unit Sabhara di Kepolisian, Dion sudah biasa melakukan hal seperti itu termasuk pengawalan.
“Aku belum hafal nama kalian, jadi aku hanya membagi berdasarkan kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang,” ujar Dion memberikan petunjuknya pada sembilan orang yang ia bagi menjadi empat unit. Dua menjadi sopir, tiga mengawal di belakang, tiga di depan, sedangkan satu orang lagi akan mendampingi Dion.
Dion lalu berinisiatif untuk menemui manajer Venus untuk meminta jadwal kegiatan penyanyi itu setiap hari. Namun sayangnya, manajer itu keberatan.
“Aku tidak mengenalmu!” tukas manajer itu menolak permintaan Dion.
“Maaf, Nona. Tapi jika aku tidak mengetahui jadwal Nona Harristian, aku tidak bisa mengawalnya dengan baik. Tolong kerja samanya!” pinta Dion masih dengan sopan sikap tubuh yang baik. Manajer itu malah menaikkan ujung bibirnya dengan sinis dan berbalik meninggalkan Dion begitu saja.
Dion tak menyerah. Ia tetap mengekori manajer itu untuk meminta jadwal kegiatan milik Venus.
“Tolong, ini sangat penting!” desak Dion yang berdiri menghalangi jalan.
“Aku tidak bisa memberikannya padamu!” tegas manajer itu lagi masih sama.
“Aku adalah pengawal pribadinya!”
“Aku tidak peduli!” manajer itu langsung pergi lagi dan Dion diam sambil menghela napas. Ia kesal tapi masih terlihat tenang. Setelah berpikir beberapa detik, Dion memilih mundur sesaat. Ia berencana akan meminta saja jadwal itu langsung pada Venus.
Dion kembali pada pekerjaannya semula. Ia mengawal Venus dengan menempel padanya kemana pun ia pergi. Termasuk ke toilet.
“Kamu mau apa?” tegur Venus dengan ekspresi tidak suka.
“Maaf Nona, tapi saya harus ikut ke dalam!” tegas Dion menjawab. Venus terkesiap dan tak sempat mencegah saat Dion malah masuk ke kamar mandi wanita untuk memeriksakan keamanan.
Sayangnya ternyata ada beberapa gadis di sana yang langsung kaget serta terburu-buru keluar begitu Dion masuk. Venus jadi kesal. Kenapa pengawalnya malah seperti ini?
“Apa yang kamu lakukan?” hardik Venus masih dengan nada rendah dan lembut tapi cukup tegang.
Setelah celingukan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Dion masuk ke sebuah restoran mewah di kawasan Brooklyn milik chef terkenal Brema Mahendra. Restoran berbintang Michelin itu tidak sembarangan bisa dimasuki oleh orang lain kecuali pengunjung yang telah memesan tempat dan sahabat dekat si pemilik restoran.Maka ketika Dion masuk, para penguntitnya tertahan di depan. Sementara Dion bebas berjalan masuk ke dalam sampai ke area terlarang yaitu dapur. Di sana, Brema sudah menunggu dengan mejanya yang telah disiapkan untuk pertemuan mereka. Ares baru tiba beberapa saat kemudian. Ia masuk dari jalan belakang.“Apa masih ada yang mengikutimu?” tanya Brema setelah Dion duduk di kursinya.“Iya, mereka ada di luar.” Brema langsung memanggil salah satu stafnya untuk mengusir non pengunjung dan yang menguntit Dion dari lingkungan restorannya.“Jauhkan mereka dari parkiran!” perintahnya lebih lanjut.“Baik
Dengan panik, Venus masuk ke kamar mandi lalu menguncinya. Ia langsung memeriksa kulit lehernya lewat cermin dan melihat dengan jelas seperti apa bentuk bekas ciuman yang memerah di kulitnya. Dion memergoki langsung ada bekas pria lain di tubuh Venus. Seketika Venus menahan teriakan dengan membekap mulutnya sendiri.Air mata berlomba-lomba jatuh dan kakinya tidak kuat menopang berat tubuh. Venus jatuh di lantai terduduk menangisi dirinya sendiri. Sangat menyakitkan saat ia harus menyakiti Dion seperti itu. Hati Venus hancur melihat rasa kecewa di mata Dion padanya.“Mas Dion, maafin aku ... maafin aku ...” Venus merapal tanpa suara sambil meremas pakaian di dadanya.“Venus? Cinta? Tolong keluar, Sayang. Ayo kita bicara ...” terdengar suara Dion yang bergetar namun masih lembut memanggil istrinya. Dion tidak meledak marah meski ia menemukan dengan jelas pengkhianatan Venus. Namun hal itu hanya membuat Venus makin terluka.“Aku
‘Mas Dion? Mas Dion, tolong aku! Tolong, Mas ...’Seketika mata Dion terbuka dan ia kaget. Suara Venus memohon pertolongan darinya membuat ia terbangun dari mimpinya. Dion kebingungan. Ia masih berada di kamar. Bedanya ia tidak tidur di ranjang melainkan duduk di sofa dan tertidur. Di tangannya masih tersemat tasbih rosario kala ia berdoa untuk Venus.“Venus? Sayang!” panggil Dion bangun dan berjalan keliling kamar mencari Venus yang ternyata belum pulang. Hari sudah pagi namun belum ada kabar dari istrinya sama sekali. Dion mencoba kembali menghubungi Venus dan masih sama saja seperti ratusan panggilan yang ia lakukan seharian.“Gak, aku gak bisa diam saja! Aku harus cari dia.” Dion akhirnya mengambil keputusan dan keluar dari kamar. Dion kembali menanyakan pada Edward yang juga tidak kunjung mendapatkan kabar dari Venus.“Manajemennya sudah menyebarkan orang-orang mereka untuk mencari Nyonya Venus. Tapi sampai s
“Beatrice memasang banyak kamera di ruanganku dan mungkin hampir di seluruh bangunan kantor, aku gak tahu. Sekarang aku dan Kyle sedang berpura-pura gak akur untuk mengelabui dia.” Dion menjelaskan dengan detail apa yang terjadi di perusahaannya sekarang.“Kenapa gak dipecat aja, Mas?”“Aku gak akan pernah tahu siapa dalangnya kalau dia dipecat. Aku sudah memecat Kyle sehingga dia bisa menyusup. Gara-gara kamera tersembunyi itu, aku gak bisa melayani pembicaraan Venus di sana. Tapi dia malah jadi salah paham.”“Kalau sudah begini, masalah jadi lebih rumit ...” Dion mengangguk mengerti.“Beatrice ingin menyasar Venus, itu yang baru aku ketahui sekarang.” Rei mendengus panjang dan masih terus memperhatikan Dion.“Kyle bilang, Beatrice mengaku jika dia menyasar keluarga kamu dan Venus adalah korban pertamanya.” Rei makin membesarkan matanya cukup kaget mendengar hal seperti itu.
Dion berhasil masuk melewati jalan belakang ke kantor label rekaman Skylar. Ia bahkan belum kembali ke King Corp untuk mengonfirmasi perihal alarm yang dibunyikan saat kebakaran terjadi. Tujuan Dion adalah untuk bertemu dengan Rei.Rei juga telah menghubunginya tadi pagi bertanya jika ia dan Venus bertengkar. Ia tidak bicara banyak tentang apa yang terjadi. Kini Dion mulai penasaran apa yang terjadi dalam satu hari ini.“Rei, maaf aku mengganggu, aku harus bicara sama kamu.” Dion berujar sepruh berbisik pada Rei yang tengah ada di salah satu koridor di dekat ruangannya.“Mas Dion? masuk lewat mana?” Dion menarik lengan Rei agar mereka bisa berjalan bersama.“Lewat belakang. Kita ke ruangan kamu ya.” Rei mengangguk dan membukakan pintu untuk Dion. Dion sempat melihat ke semua arah sebelum ikut masuk dan menutup pintu.“Apa Venus kemari?” tanya Dion bahkan sebelum ia duduk di salah satu sofa di ujung ru
Terjadi sedikit kebakaran di area perakitan A 2.1 di dalam pabrik yang belum diketahui penyebabnya. Kebakaran itu sempat membuat panik beberapa pekerja namun dapat di atasi dengan baik. Sesuai dengan langkah pengamanan, seluruh mesin dan listrik dimatikan saat kecelakaan itu terjadi.Dion langsung bergegas melihat yang terjadi. Beberapa pekerja tengah memadamkan api dengan alat pemadam darurat sampai akhirnya api mengecil lalu hilang.“Pastikan tidak ada percikan sama sekali!” perintah Dion masih mengawasi proses tersebut. Alarm kebakaran masih berbunyi keras dan seluruh pekerja sudah di evakuasi.“Pak, ini hanya kebakaran biasa,” lapor salah satu kepala divisi yang sudah mengecek.“Apa ada ledakan?” Dion balik bertanya untuk memastikan.“Tidak ada, Pak. Aku rasa hanya ada masalah listrik!”“Pastikan semuanya aman sebelum memasukkan para pekerja kembali. Coba cek jika ada yang terluka ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments