Share

32. Aku Mau Pulang!

last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-16 20:01:48

**

“Damian, demi Tuhan! Apa yang kau lakukan?”

Bella menjerit shock. Ia berusaha menjauhkan tubuhnya dari adik sepupu suaminya itu, namun yang bersangkutan justru menahan dengan memeluk pinggangnya.

“Lepaskan tanganmu! Apa kau mau Giovanni membunuhmu, ha?”

“Kebetulan sekali aku tidak takut kepadanya.”

“Tidak hanya kau yang akan mati, tapi aku juga!”

Mendengar itu, sepertinya Damian berubah pikiran. Pria itu membiarkan tautan tangannya yang berada di balik pinggang Bella lepas, sehingga yang lebih muda bisa segera menjauhkan diri.

“Sayang sekali,” desahnya penuh rasa kecewa. “Padahal tubuhmu begitu pas dalam pelukanku. Aku mau mendekapmu lebih lama.”

“Kau gila! Bahkan dalam mimpimu pun aku tidak sudi!”

Bella menghentak langkah untuk pergi dari balkon itu. Ia berlari melintasi tangga dengan tangis nyaris pecah. Menyesali betapa buruk harinya.

Tidak peduli dan tidak ingin tahu bagaimana Damian yang masih berada di kursi balkon, Bella pergi tanpa menoleh sama sekali.

“Para pria itu membua
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   62. Goodbye, Mom

    **Wanita cantik itu tidak pernah lagi membuka matanya. Berapa banyak pun Bella menangis dan memanggil namanya, Tasha tidak pernah lagi membuka mata apalagi menjawab.Sehingga pagi ini ketika semua orang berdiri di depan batu nisan dengan sebuket bunga lili putih di atasnya itu, Bella masih merasa sedang tertidur di tengah malam, di apartemen Diamond Hills.Sulit mempercayai bahwa semua ini adalah nyata. Setengahnya, Bella memang berharap ini tidak nyata. Ia baru saja menemukan sosok yang bisa mengobati kerinduannya kepada ibu kandungnya, tapi secepat ini takdir merenggutnya.Sayangnya, ini nyata.Pemakaman elit yang sunyi itu semakin terasa menyedihkan dengan latar belakang langit mendung kelabu. Sepertinya hujan sudah bersiap turun, menyambut kepulangan Tasha Ivanova dalam pelukan semesta.“Hanya aku yang ada di sini. Kau tidak perlu menyembunyikan tangismu,” tutur Bella lirih. Perempuan itu menggamit lengan sang suami dan menyandarkan kepala di ceruk leher yang lebih tua.Setelah b

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   61. Bangun, Ibu!

    **“Ibu ….” Bella mendengar suaranya berbisik serak. “Apa ini mimpi? Aku pasti masih tidur dan sekarang ini sedang bermimpi. Ini pasti mimpi, kan?”Sepertinya suara lirih itu terdengar oleh Giovanni. Karena kemudian sang tuan segera menoleh dan mematung selama beberapa detik.“Bella?” katanya, “apa yang kau lakukan di sana? Sejak kapan kau berada di sana?”“Beritahu aku, bahwa apa yang kau katakan tidak sama seperti yang kudengar,” sahut Bella. Ia menggeleng dengan panik.“Kau mendengarnya? Kalau begitu, ya … sepertinya kita harus kembali ke rumah sakit sekarang juga.”Bella tidak sadar ketika dua tetes air mata meluncur menuruni pipinya. Ia membekap mulut dengan tangannya sendiri untuk mencegah suara isak yang mungkin akan menggema keras di ruangan yang hening itu. Hanya hela napas satu-satu yang terdengar.Seperti halnya Bella, Giovanni pun demikian. Ia merasa kebas, tidak tahu harus melakukan apa. Namun sebagai lelaki yang lebih lihai menggunakan logika ketimbang perasaan, pria itu

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   60. Firasat Buruk

    **Apa yang bisa Bella katakan untuk menjawab kata-kata bernada memohon itu?Sanggupkah ia mengucapkan sesuatu yang mungkin akan menyakiti wanita seperti malaikat ini?“Aku akan selalu berada di samping Giovanni, Bu. Jangan khawatir.”Maka, itulah yang akhirnya ia katakan.“Kau akan tetap mencintainya apapun yang terjadi, Sayang?”Oh, bukankah itu berat? Bella menghela napas, tapi ia tersenyum.“Tidak ada alasan untuk tidak melakukan itu. Dan bukankah aku adalah satu-satunya gadis yang bisa disentuh oleh Gio? Itu artinya aku akan menjadi yang terakhir untuknya, Bu. Dan dia akan menjadi yang terakhir untukku pula.”Tasha tersenyum damai. Ia mengulurkan tangan untuk meminta pelukan kepada menantu kesayangannya itu.“Bella, seandainya aku bisa sedikit lebih sehat, ingin sekali rasanya mengajakmu berjalan-jalan berdua melihat pantai. Hanya kita berdua. Mungkin sebelum aku mati.”“Kita akan lakukan itu sepulangnya kau dari rumah sakit nanti, Bu. Itu bisa saja besok, kan? Dan kau tidak akan

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   59. Kau Janji, Kan?

    **St. Angelic Hospital, rumah sakit terbaik di kota San Diego.Bella berjalan dengan cepat, menyesuaikan dengan ritme langkah Giovanni sepanjang koridor ruangan-ruangan rawat yang lengang malam ini. Bella bersyukur tidak banyak pasien yang berada di sana. Ia yakin suara langkahnya dan Giovanni agak mengganggu.“Ruangan 301, Tuan,” kata Felix yang memimpin jalan. “Ada di lantai tiga. Satu-satunya kamar rawat yang berada di sana. Saya akan menelepon anak-anak untuk berjaga di setiap lantai.” Pria itu menepikan diri untuk memberi jalan kepada tuan dan nyonyanya.“Terima kasih, Felix,” ucap Bella, karena ia tahu Giovanni tidak akan melakukan itu.“Don’t mention it, Maam. Saya ada di bawah jika anda membutuhkan sesuatu.”“Aku akan menghubungimu nanti.”Melewati Felix, Bella kemudian menghela napas sebelum mengikuti sang suami yang sudah lebih dulu membuka pintu dan memasuki satu-satunya ruangan. Seketika indera penciumannya disambut oleh harum room freshener beraroma lemon. Dua orang mai

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   58. Another Mood Swing

    **“Ada apa? Ada apa dengan Ibu?” Bella merangsek mendekat. Ada semacam sinyal buruk ketika Giovanni menyebut kata ibu tadi. Perempuan itu menunggu jawabannya dengan cemas.“Ibu masuk rumah sakit. Salah satu perawatnya baru saja menghubungiku.”“Rumah sakit?” Bella tercengang. “Kita pergi lihat Ibu sekarang, Giovanni!”“Kau masih sakit–”“Aku baik-baik saja! Ayo pergi lihat Ibu sekarang! Atau kau ingin aku saja yang pergi dan kau tinggal di sini? Aku akan melakukannya!”“Apa kau gila?”Maka kemudian Giovanni segera mengayun langkah menuruni tangga rooftop dengan diikuti Bella di belakangnya. Dalam waktu sekejap saja, kedua insan itu melupakan perseteruan yang baru saja keduanya alami demi satu tujuan.“Sebaiknya kita pergi dengan Felix, Gio. Aku khawatir terjadi sesuatu jika kau mengemudi mobil sendirian dalam keadaan panik seperti ini,” saran Bella sementara keduanya melangkah cepat menuju basement.“Kau benar.” Sang tuan mengangguk setuju. Langkahnya otomatis melambat untuk menghubu

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   57. Jangan Berlarut-Larut

    **Bella terkesiap. Ia sudah mengantisipasi hal ini akan terjadi, namun tetap saja sentakan rasa tegang membuatnya tidak bisa bergerak. Dalam posisi agak terlalu dekat dengan Damian, perempuan itu bisa melihat sorot kemarahan yang membara dari sepasang netra serigala Giovanni di puncak tangga menuju rooftop.“Apa yang kau lakukan dengan istriku, bajingan?” Geraman rendah Giovanni terdengar seperti suara binatang buas yang mengancam. Damian jujur saja gentar karenanya, namun pria yang lebih muda lima tahun dari Giovanni itu tetap bersikap santai.“Kebetulan aku melihatnya naik ke sini sendirian. Maka aku berinisiatif menemani. Bukankah niatku sangat baik?”“Jika kau terus membualkan omong kosong seperti itu, aku akan merobek mulutmu, Damian!”“Dan bagaimana dengan kau yang mengaku sebagai suami, tapi kau membiarkan wanitamu sendirian pada malam seperti ini? Jika aku tidak salah lihat, Bella sedang menangis tadi.”Bella sontak melebarkan mata ke arah Damian. Saking kagetnya mendengar k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status