Share

Bab 8

Penulis: Bun say
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-03 06:52:33

Bab 8

Pagi ini aku sudah bersiap bersama Mas Agung untuk menemui Zahra. Setelah semalam menyuruhnya menunggu sampai esok hari, lelaki itu menurut juga, meski tak dapat disembunyikan jika dia terlihat gelisah dan cemas.

"Kamu sudah siap, Indi?" Mas Agung memindai penampilanku saat aku baru saja keluar dari kamar lengkap dengan tunik, kerudung dan tas warna senada. Kurasa penampilanku tidak buruk. Usiaku juga belum terlalu tua-tua amat untuk usia tiga puluh dua tahun, Mas Agungnya saja yang kegatelan hingga dia sibuk mencari wanita lain.

"Iya, Mas." Aku sedikit risih kala dia terus menatap dalam ke arahku hingga beberapa saat.

"Ayo kita pergi," ajaknya sambil menggenggam tanganku, erat. Perhatian yang sudah beberapa waktu tak kudapatkan darinya.

Sepanjang perjalanan yang kami tempuh, Mas Agung tak banyak bicara, hingga kami sampai ke tempat yang dituju. Ternyata bukan rumah ibu yang dituju, melainkan ke sebuah  klinik terkenal di kota ini. Entah kenapa lelaki itu membawaku ke tempat seperti ini. 

"Kenapa kita ke tempat ini, Mas?" Aku melirik Mas Agung yang tengah mencari tempat parkir.

"Kita akan menjenguk Zahra." Mas Agung menjawab singkat.

"Zahra?" Aku menatapnya tak mengerti. "Kenapa wanita itu ada disini, coba jelaskan, Mas."

Mas Agung menghela nafas panjang, seakan ragu untuk keluar. Lalu menghadapkan wajahnya padaku.

"Indi, nanti disana kamu tidak usah banyak bicara, ya," pinta mas Agung sambil menggenggam tanganku erat.

Aku semakin bingung saat pandangan wajahnya terlihat sayu. Entahlah aku tidak bisa menebak apapun saat ini.

"Tapi kenapa, Mas? Dan apa maksudnya ini?" Aku bertanya heran. Saat kedua manik matanya itu bergerak gusar.

"Pokoknya kamu turuti saja apa yang Mas katakan, Ok. Ini demi kebaikanmu sendiri, Indira." Aku mengangkat bahu, cuek. Aku tak ingin menuruti keinginannya, takut nanti ada hal tak terduga. Aku tak akan diam saja. 

"Indi?"

"Apa, Mas?" Kulirik sekilas, rampak lelaki itu berusaha menormalkan nada suaranya.

"Kami dengar, ya. Sebaiknya kamu turuti apa kataku, demi kebaikanmu sendiri, atau kita tidak jadi masuk ke dalam."

"Semuanya tergantung situasi, Mas" jawabku sejelas mungkin. Kulihat Mas Agung menghela nafas berat. Aku tak perduli. Jika ada hal yang terjadi di dalam, masa aku diam saja, kan nggak mungkin.

Aku terlebih dulu membuka pintu mobil disusul Mas Agung setelahnya. Kemudian berjalan beriringan menuju ke bagian informasi.

"Ruang Zahra ada di lantai dua. Ayo!" Aku mengangguk mengekor di belakang Mas Agung. Sesekali lelaki itu menoleh ke arahku, entah apa maksudnya. Aku sengaja tak menghiraukannya dan mengalihkan pandangan  melihat kanan-kiri ruangan yang dipenuhi oleh pasien dan orang-orang yang menunggu.

Pintu kamar tempat Zahra dirawat terbuka lebar. Ada yang sedang berbincang di dalam, seperti sepasang suami istri. Entah siapa mereka. Mungkin saja itu orang tua Zahra, Aku tak tahu pasti.

Mas Agung mengucap salam pada kedua orang yang tengah berbincang itu yang seketika menoleh. Di atas ranjang, ada Zahra yang tertidur berselimutkan warna putih.

"Apa kabar, Bu, Pak." Mas Agung menyapa sekilas lalu mengenalkanku pada mereka. 

"Ini, Indira, istriku." Ada raut tak suka di wajah mereka, apalagi saat pandangan mata itu mengarah padaku, seperti nampak sekali kebencian dimata mereka. Dan aku masih tak mengerti ada apa sebenarnya. Padahal bukankah harusnya aku yang marah pada mereka dan anaknya, karena telah merebut suamiku. Aneh.

"Pak, Bu. Bagaimana keadaan Zahra?" Mas Agung bertanya setelah mencium tangan mereka, lalu di kursi samping Zahra yang terlelap.

"Zahra baik, Nak," jawab wanita paruh baya itu, terlihat halus saat menjawab menantunya. Sedangkan padaku, malah membuang muka. Wanita aneh.

"Syukurlah …!" Mas Agung mendekati Zahra dan mencium dahinya membuatku sedikit terganggu. 

"Mas, kamu datang." Zahra membuka matanya perlahan.

"Iya, Sayang. Kamu cepat sembuh, ya." Zahra mengangguk sambil tersenyum dan menautkan tangannya ke jari-jari suamiku.

Diam-diam kutahan rasa sesak yang kini hinggap di dadaku. Aku ada disini, Mas. Kenapa kamu sama sekali tidak menghargaiku sama sekali.

"Apanya yang baik, bukankah Ibu lihat keadaan anak kita yang lemah tak berdaya. Semua karena kelakuan istrimu ini yang jahat ini kan, Agung?" Lelaki paruh baya dengan perut sedikit itu menunjuk wajahku.

Deg. Benar dugaanku. Mereka semua termakan kebohongan anaknya kukira. Sungguh fitnah yang keji. Aku menarik nafas panjang, mencoba menetralkan keadaan dada yang mendadak sesak. Mungkin inilah maksud pertengkaran Doni dan Mas Agung semalam. Dan kini orang tuanya juga bersikap demikian. Menyalahkanku.

"Pak, sudah tenang. Malu sama orang." Wanita paruh baya itu menarik tangan suaminya.

"Memangnya apa yang aku lakukan, Pak, Bu?  Seenaknya saja Anda menuduh saya tanpa bukti." Sebisa mungkin aku bertanya dengan nada wajar. Jangan sampai terpancing amarah. Tuduhan itu sama sekali tak mendasar. Zahra mungkin telah berbohong pada mereka dengan tujuan yang belum aku ketahui.

"Bukti? Buktinya, anakku sakit setelah pulang dari rumah kamu. Bukankah kamu yang mendorongnya?" Lelaki paruh baya yang disebut 'bapak' oleh Mas Agung berkata dengan nada tinggi, seakan tak terima dengan ucapanku. Aku menunjuk wajahku dengan heran.

"Aku mendorongnya. Yang benar saja. Saya tidak melakukan apapun padanya. Jadi jangan seenaknya saja menuduh begitu!" kilahku tak mau kalah. Memangnya siapa dia, berani sekali dia menuduh tanpa bukti. Semua ini gara-gara si Zahra. Dasar ular tak tahu malu.

"Kamu … jadi begini sikapmu, ya. Pantas saja kalau Agung--" Ucapannya terhenti kala Mas Agung dan istrinya mendekat. Kenapa lelaki yang bergelar suamiku itu tak membelaku.

"Mas Agung apa, Pak. Teruskan!"

"Sudah, Pak, sudah. Saya mohon jangan diteruskan." Mas Agung menyela perdebatan kami. Lalu menarikku ke luar ruangan.

"Aku kan sudah bilang, Ndi. Ga usah banyak bicara. Kamu denger nggak sih?" Mas Agung berbisik ditelingaku. Namun masih jelas kudengar. Giginya terdengar gemeretak seperti menahan kekesalan.

"Apaan sih, Mas. Kalau aku dituduh yang tidak-tidak, ya tentu saja aku harus melawan dong. Apa kamu nggak dengar tadi dia bilang apa. Dia bilang aku mendorong anaknya. Dan itu nggak benar, Mas. " Kuhempaskan tangannya yang memegangi tanganku kuat. 

"Iya, tapi bukan disini. Ingat yang Mas omongin tadi. Diam lebih baik." 

"Aku tidak mau dan tidak akan diam saja!" Kutatap wajahnya dengan pandangan hang melotot tajam agar dia tahu bahwa aku tidak salah dan tak seharusnya mengalah. Lelaki langsung mengacak rambutnya kasar.

"Indi … sejak kapan kamu jadi keras kepala begini dan tak menurut pada suami, hah?"

"Sejak kamu menjadikan dia istrimu!" jawabku sambil menatapnya tajam. Beberapa orang yang berlalu-lalang di koridor, langsung menatap heran. Aku tak peduli, meski ucapanku di dengar mereka.

"Itu lagi yang kamu permasalahkan?" Mas Agung bertanya dengan raut wajah marah. Aku mengangguk cepat.

"Ya. Jangan kamu pikir aku akan diam saja Mas, karena aku sudah muak dengan semua ini!"

"Indira? Indira?"

Aku melangkah cepat meninggalkan Mas Agung yang berteriak memanggil. Percuma juga aku disini, tidak ada manfaatnya sama sekali. Lebih baik aku segera mencari informasi yang banyak tentang kelakuan Mas Agung di belakangku. Agar aku semakin yakin jika suatu saat nanti harus berpisah dengannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
indira kayak njing g jelas maunya. kebanyakan menggonggong g berarti.
goodnovel comment avatar
Widia Wati
knp agung nggak mau ceraiin indira
goodnovel comment avatar
Ruqi Ruqiyah
waaahhhhh penasaran jadinya.....lanjuutt thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 101

    Bab 101Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, keadaanku mulai sedikit membaik. Rasa nyeri di punggung tidak terlalu terasa sekarang. Meskipun masih tidak bisa bergerak bebas. Tapi karena perawatan yang maksimal, aku pun cepat pulih.Yuda juga semakin perhatian padaku. Pria itu setiap waktu selalu datang dan menjalankan kewajibannya. Pagi-pagi Yuda akan pulang ke rumah untuk mengurus anakku, siangnya mengurus pekerjaan hingga sore, dan malamnya dia akan menemani sambil bercerita tentang kesehariannya dalam mengurus bisnis kuliner miliknya, serta mengecek toko kue milikku. Sikapnya yang periang dan suka bercanda mampu membuatku tersenyum tiap waktu. Yuda juga kerap kali menceritakan apa saja kejadian yang lucu. Aku selalu tersenyum saat melihat kebahagiaan terpancar dari matanya. Rasa benci dan sakit hati yang sebelumnya hadir, sirna begitu saja, setelah mendengar pengakuan dan penjelasannya. Pria itu, benar-benar tidak bersalah dan dia sudah mengatakan semuanya. Dan aku per

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 100

    Bab 100Mini POV YudaKutatap layar ponsel yang terus-terusan menyala. Panggilan dan pesan terus masuk beruntun dari orang yang sama. Yanti.Entah harus dengan cara apalagi aku menghindari dan menjauhkan dia dari kehidupan kami. Langkahnya yang bersih tanpa jejak membuat pihak kepolisian kesulitan untuk menangkapnya. Kalaupun dia berhasil ditangkap, entah bagaimana caranya hingga wanita itu bisa berkeliaran dengan bebas di luar sana. Meski kuduga ada pihak dalam yang ikut serta membantunya kepergiannya. Bukan hanya saat di lapas, bahkan saat di rumah sakit saja dia bisa melarikan diri entah bagaimana caranya.Saat itu memang kebodohanku, yang mau saja bicara berdua dengannya. Setelah ayah dan ibunya terus meminta untuk datang ke rumah sakit. "Lepaskan Indira, Yuda. Ayo kita menikah. Aku akan menjadi wanita yang baik, dan akan kupastikan kamu lebih bahagia bersamaku.""Kau sudah gila. Sekian lama aku menunggunya dan sekarang hampir kudapatkan, jadi mana mungkin aku akan melepaskannya

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 99

    Bab 99Aku tertegun di tempatku. Tak menyangka dengan pesan yang kubaca barusan. Apakah Yanti sengaja melakukannya atau dia hanya menakut-nakutiku, karena dia masih belum rela jika Yuda sudah menikah denganku. Tapi jika dipikir-pikir, bukankah beberapa saat lalu pria yang sudah menjadi suamiku itu juga tengah berkirim pesan dengannya. Aneh."Apa yang kamu lihat?" Yuda mendekat dan mengambil alih ponselku. Keningnya langsung berkerut dan terlihat kesal setelah ikut membaca pesan yang masuk dari Yanti. Dari sini saja bisa kulihat jika pria itu ikut marah padanya."Kamu tidak mungkin percaya dengan apa yang dikatakan wanita itu, bukan?" ujarnya dengan wajah sendu. Sepasang manik coklat gelap itu memindai wajahku dengan seksama. Aku memilih duduk menyamping di tempat tidur sambil menunduk."Ayolah, Mbak. Jangan pernah percaya pada kata-kata yang belum jelas kebenarannya!" "Hari ini aku lelah sekali. Bisa tolong matikan lampunya?" ujarku sambil membelakanginya dan menutupi seluruh tubuhk

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 98

    Bab 98Akhirnya resepsi itu selesai juga, ketika waktu menunjukkan hampir tengah malam. Para undangan yang datang paling akhir didominasi oleh rekan satu profesi dan juga teman-teman Yuda. Dan mereka tampak mengobrol lama sekali.Adi, ibu dan keluarga yang lainnya sudah pulang tepat pukul sembilan malam tadi, mengingat putraku itu sudah merasa mengantuk dan tidak mau tinggal, meskipun Yuda mengatakan tidak masalah jika Adi ingin menginap di kamar yang sama dengan kami. Tapi tentu saja ibu dan yang lainnya melarang. Bahkan sebelumnya mereka semua menggodaku, dengan alasan tidak ingin diganggu, padahal itu tidak benar sama sekali. Lagipula pernikahan ini bukan karena mengejar nafsu yang itu.Aku terlebih dahulu masuk ke dalam kamar yang telah disiapkan sebelumnya. Ruangan ini sudah dipenuhi dengan hiasan serta taburan bunga mawar merah di atas tempat tidur juga dua handuk yang dibentuk seperti angsa dengan posisi saling menghadap. Aku menghela nafas berat, membayangkan apa yang terja

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 97

    Bab 97Yuda tampak gagah saat berdiri bersisian di sampingku dengan wajah bahagianya. Sesekali pria itu melirik ke arahku, tapi tetap kuabaikan. Meski aku tersenyum di depan para tamu, nyatanya ketika melihat sosok pria yang sekarang telah menjadi pendamping hidupku ini, hatiku kembali tersayat pedih.Bayangan bibir merahnya beradu dengan bibir Yanti waktu itu, terus membayang di pelupuk mata."Sepertinya kamu masih nggak percaya padaku, Indi." Pria itu berbisik tepat di telinga. Aku mengerjap sadar kala Yuda mengangsurkan air mineral. Kali ini dia tidak memanggil dengan sambutan 'Mbak' lagi. Mungkin karena sekarang aku telah resmi menjadi istri sah-nya.Meski sebenarnya hari ini tidak bisa kubayangkan. Betapa aku telah menikahi dengan seorang pria yang sebelumnya telah melakukan perbuatan yang menurutku sangat menjijikan itu dengan mantan adik iparku sendiri.Aku mengacuhkan perkataannya, saat para tamu undangan kembali mendekat ke arah kami. Memberi doa restu, sekaligus memberi sel

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 96

    Bab 96Akhirnya sampai pada di hari H. Pernikahan itu tetap digelar karena tak mungkin membatalkannya begitu saja. Mengingat undangan sudah dicetak, catering dan gedung serta pakaian khusus sudah dipersiapkan dengan baik. Maka atas permintaan keluarga besar Yuda dan Bu Dewi sendiri, mereka sengaja datang ke rumah untuk membujukku untuk melakukan kesepakatan."Aku setuju, tapi kumohon agar tidak bertemu dengan Yuda sampai hari H. Bahkan aku tak mau melihatnya di sekitar rumah dan tempat kerjaku. Aku perlu waktu untuk menata hatiku, walau bagaimanapun aku tidak siap bahkan untuk mendengar penjelasan serta permintaan maaf darinya," ucapku waktu itu pada mereka. Kulihat perubahan di wajah Bu Dewi yang sedikit terkejut. Mungkin tidak menyangka dengan permintaanku yang di luar nalar itu. Bagaimana mungkin aku akan menikahi pria itu, namun tidak ingin melihatnya sampai waktu yang ditentukan tiba.Bu Dewi mengangguk dan mencoba untuk memahami permintaanku."Aku tahu, mungkin kamu berat untu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status