Share

Jalan-jalan

Author: Vellichor_Ann
last update Last Updated: 2023-11-10 13:29:49

[ Flashback on ]

"Turun Lo!" Pintu mobil Jerry diketuk oleh tiga pria berbadan besar.

Sejak awal berangkat ke kantor Jerry sudah mulai curiga dengan mobil hitam yang mengintainya. Benar saja, dia dicegat saat melewati jalanan sepi. Entahlah apa yang mereka inginkan.

"Kalau Lo gak turun, gue pecahin kaca mobil Lo!"

Mau tak mau Jerry turun dari mobil. Tiga orang itu langsung menarik Jerry dan menghempasnya ke tanah. "Dimana tuan Jevran?"

Jerry menggeleng tidak tau. "Gak tau. Kalian semua siapa, hah?"

Bugh! Satu pukulan mengenai wajahnya.

"Mana mungkin kamu gak tau? Kamu kan asisten dan teman dekatnya."

"Ya terus gue harus tau semuanya gitu?"

Bugh! Lagi-lagi pukulan itu dilayangkan. Kali ini sudut bibirnya berdarah. Jerry terbatuk-batuk.

Salah satu dari mereka mengambil paksa ponsel Jerry mengembalikannya lagi setelah mengotak-atik beberapa saat. Jerry tidak dapat melawan karena kalah jumlah.

(Flashback off)

Jevran mengumpat. "Sekarang hp Lo mana?"

"Ada di ruangan."

"CK, mereka meretas data di hp Lo. Blokir kontak gue. Gimana kalau mereka tau gue ngabarin Lo selama ini?" Jevran melepas kacamatanya dan memijat pelipisnya pelan.

"Tenang aja, gue save nomor Lo dengan nama samaran. Lagian selama ini kita gak ngirim pesan, cuma telepon."

Jevran menggerakkan jari jemarinya. "Ini pasti ulah keluarga Pratama."

Keluarga Pratama adalah keluarga yang ingin menjodohkan anak gadisnya dengan Jevran. Mereka pasti mau mencarinya untuk dipaksa menerima perjodohan. Pasti, karena ada yang mereka incar dari semua itu.

"Kenapa Lo yakin kalau itu keluarga Pratama?" tanya Jerry.

"Terus siapa lagi? Orang suruhan kakek? Gak mungkin. Mereka gak akan curiga sama Lo, Jer. Nyokap bokap gue? Mereka lebih gak mungkin. Sekarang aja mereka kabur ke Singapura."

"Iya, sih. Lo bener. Kita harus lebih hati-hati sekarang. Terus rencana Lo selanjutnya gimana? Supaya Lo bisa bongkar kebusukan keluarga Pratama."

"Pelan-pelan aja. Dimulai dari cara kerja perusahaan mereka."

"Caranya?"

"Nanti gue kasih tau."

****

Di sisi lain, Ajun menatap layar di depannya malas.

"Ah, bosen banget deh!" gerutunya lalu melempar stick game ke arah sofa.

Anak lelaki itu menatap jam dinding yang menunjukan pukul 4 sore. Ia meraih ponsel di atas meja dan mengirim beberapa pesan ke grup teman-temannya. Mumpung kak Naura tidak ada, dia mau pergi nongkrong. Masalah Kak Jevran itu biar urusan nanti. Dia kan mudah di bodohi, pikir Ajun.

Ajun memakai kaos pendek yang ditutup jaket kulit. Celana Levis dengan sobek bagian lutut, dan sepatu sneaker putih. Penampilan yang jarang dikenakan Ajun selama Naura ada di rumah. Tentu saja, Naura tidak menyukai Ajun menggunakan celana sobek itu. Menurut Naura celana itu seperti kekurangan bahan.

"Jun! Buruan!" teriak salah satu teman Juno di halaman depan, menunggu di atas motor.

"Ayo, dah selesai gue." Ajun berlari menghampiri mereka. Ia naik ke motor temannya dan mereka mulai berangkat bersama.

Rombongan motor itu berbelok di pertigaan jalan. Tak selang lama, sebuah ojek online berhenti di depan rumah Naura. Penumpang itu turun dari motor dan memberikan helmnya.

"Mas, ini uangnya. Makasih, ya."

"Iya, mas. Sama-sama."

Jevran merapikan rambutnya yang acak-acakan karena menggunakan helm. Pria itu masuk ke rumah Naura dan tak melihat kehadiran Ajun sama sekali. Jevran menggeleng. Mungkin berada di kamarnya.

Satu kresek makanan itu di taruh di meja makan. Dia sengaja membelinya untuk Ajun. Daripada di suruh masak lagi dan hasilnya dihujat. Segera Jevran masuk ke kamar untuk menyimpan tas dan membersihkan badannya.

Setelah selesai, Ajun sama sekali belum keluar kamar. Jevran menghela nafas kasar lalu mendatangi kamar anak itu. 'lagi ngapain sih tuh bocah?'

Tok...tok..tok...

"Jun? Ayo makan."

"Ajun?"

Karena tak mendapat balasan Jevran berniat masuk ke dalam. Takut-takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Seperti anak itu pingsan atau semacamnya.

Pintu kamar tidak terkunci. Untung saja. "Loh, Ajun di mana?"

Tidak ada seseorang di dalam kamar. Jevran kembali keluar dan menutupnya. Berpikir sesaat. Akhirnya ia mulai mencari ke semua sudut rumah, maaf saja jika tidak sopan. Ah, iya! Dia pasti pergi dengan teman-temannya, tapi kemana?

Jevran berkeliling mencari Ajun. Dari mulai jalanan dekat rumah, sampai ke tempat-tempat anak nongkrong yang diketahuinya. Hasilnya nihil, Ajun belum ditemukan juga. Sebenarnya bisa saja Jevran menelpon Naura dan mengatakan jika adiknya tidak ada di rumah. Mungkin gadis memberitahu dimana tempat Ajun biasanya pergi. Tapi itu lebih tidak mungkin. Bisa-bisa Jevran dimarahi karena tidak bisa menjaga adiknya.

Pria itu masih berjalan di trotoar jalan. Hari mulai semakin gelap, dan Jevran masih belum tau kemana lagi ia harus mencari. CK, menyusahkan sekali anak itu.

"Pak, mau numpang tanya. Ada tempat yang biasa anak main di sekitar sini?" tanya Jevran pada orang yang ditemuinya di jalan.

"Playground?"

"Eh, bukan-bukan. Maksudnya tempat anak muda nongkrong."

"Kalau sekitar sini gak ada, mas. Jauh semua."

Jevran menghela nafas lelah. "Kalau gitu makasih, ya."

"Iya sama-sama."

Jevran duduk di dekat jembatan dan menatap jalanan. Dia baru pulang kerja tapi harus keluyuran mencari Ajun. Jevran butuh istirahat saat ini.

Saat asik melamun, Jevran teringat sesuatu. Ia mengeluarkan ponsel miliknya dan mengirim pesan pada Naura. Jevran akan meminta nomor Ajun pada Naura, dengan alasan jika Jevran pulang terlambat, dan akan mengatakannya pada Ajun.

Ting!

Notifikasi masuk dari Naura. Gadis itu mengirimkan nomor adiknya. Tanpa menunggu lama Jevran langsung menghubungi nomor tersebut. Beberapa kali tidak terangkat, dan ketiga kalinya, suara Ajun menyapu telinga Jevran.

'Ini siapa?' terdengar suara bising di sebrang sana.

"Ini kak Joko."

'Siapa?' Ajun berteriak.

"Joko!"

'Aduh ngapain telepon aku? Aku lagi main sama temen-temen. Jangan ganggu!'

"Kamu dimana? Pulang! Ini udah malam. Kamu mau aku aduin ke Naura?"

'Ck, rese banget!'

Panggilan dimatikan sepihak oleh Ajun. Jika di mendengar suara musik keras seperti itu, Jevran hanya mengingat satu tempat. Club Malam. Eh, tapi bagaimana bisa Ajun ada kesana? Itu kan tempat orang dewasa. Apa teman-temannya yang mengajak?

Jevran kembali menghampiri orang yang ia tanya sebelumnya. Untung saja pria itu masih berada di sana.

"Pak, saya mau tanya lagi. Kalau club Malam paling dekat dari sini itu dimana?"

Bapak itu tidak langsung menjawab. Ia terdiam menatap Jevran bingung. Lelaki ini tadi bertanya tempat nongkrong anak muda, sekarang club Malam. Dasar anak zaman sekarang.

"Lurus saja. Nanti di pertigaan itu kamu belok kanan. Emang tempatnya agak masuk gang. Soalnya itu club bebas. Memangnya kalau boleh tau kamu ini mau apa?"

"Saya lagi cari orang, pak." Jevran menggaruk kepalanya.

"Cari orang kok ke club malam?!"


Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   akhir cerita

    Tok.. tok.. tok...Naura yang baru saja mengganti pakaian pergi ke depan untuk membuka pintu. Ternyata yang datang adalah Jevran. Pria itu merentangkan tangannya."Jevran?" Naura memeluknya dan disambut dengan hangat."Tadi aku ke toko ternyata kamu udah tutup. Jadi langsung ke sini.""Ayo masuk."Naura mengajak Jevran masuk dan kembali menutup pintunya. Jevran menatap ke sekeliling. "Ajun mana?""Baru aja pergi. Katanya mau nginep di rumah temen dua hari."Jevran mengikuti Naura yang berjalan menuju dapur. Sepertinya Naura akan membuat kue, terlihat dari bahan-bahan yang sudah disiapkan. Apakah gadis ini tidak lelah membuat kue sepanjang hari? Pria tersebut melihat-lihat belanjaan di atas meja. "Mau buat keu, ya?""Iya pesenan Jerry, katanya buat temennya. Tapi jujur ini pertama kali aku buat kue yang tinggi kayak gini," kata Naura terdengar ragu."Kamu bisa, kok. Oh iya, Ra. Besok aku mau ajak kamu makan malam. Nanti aku jemput, ya?""Makan malam di rumah kamu?" tanya Naura."Di lu

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   1 bulan hubungan

    Hari demi hari berlalu. Hari ini Jevran melakukan pelepasan gips pada tangannya. Dokter sendiri yang datang ke rumah. Karena ini hari Minggu ada Naura dan Ajun juga yang menemani. Seperti kata Jevran sesibuk apapun mereka berdua setidaknya luangkan satu hari untuk bersama dan itu adalah akhir pekan.Begitu benda tersebut dilepaskan Jevran mulai merasa lega. Akhirnya hari ini tiba dimana ia bisa beraktivitas seperti biasa. Tidak perlu kesusahan lagi untuk melakukannya."Silahkan pelan-pelan digerakkan tangannya. Pelan aja biar gak kaget," ucap sang dokter.Jevran mengatur nafasnya sesaat. Ia meluruskan tangan kanannya dan bergerak sesuatu arah. Kanan, kiri, atas, bawah, dan berputar sesuai arah jarum jam."Bagaimana?""Gak sakit," jawab Jevran."Kalau begitu tangannya sudah sembuh dan kembali seperti semula. Selamat, ya.""Terimakasih, dok."Nilam mengusap punggung Jevran. "Syukurlah kalau sudah sembuh total.""Kalau begitu tugas saya selesai, Pak, Bu. Saya pamit kembali ke rumah sakit

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   Mau cucu

    Kemarin Jevran mengeluarkan banyak uang untuk belanja es krim anak-anak di taman. Tapi dia menikmati waktunya yang menghabiskan sebagian harinya dengan anak kecil. Semua itu menyenangkan apalagi jika ada Naura di sampingnya.Karena semakin hari semakin membaik, Jevran berusaha mencari ide agar dirinya tidak merasa bosan. Tangannya juga semakin pulih dan saat pagi tadi pemeriksaan, dokter bilang beberapa hari lagi gips sudah boleh dilepas. Itu membuatnya tenang.Setelah pulang dari rumah sakit untuk mengecek keadaannya, Jevran langsung ke tempat Naura. Ya, di toko kue tempat Naura mendapat kesibukannya. Gadis itu juga belum tau kalau Jevran akan datang ke sini sekarang. "Permisi, saya mau pesan kue.""Silahkan ma-" saat menoleh Naura terkejut melihat kehadiran Jevran. "Kamu kok di sini? Sama siapa? Kenapa gak bilang mau ke sini?""Stttt...."Jevran menempelkan telunjuknya pada mulut Naura. "Aku gak disuruh masuk?""Oh, iya. Ayo masuk."Pria itu masuk ke dalam dan melihat sekitar. Bagu

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   Mood booster

    Sementara itu di atas sana kini Jevran berdiri di depan jendela. Dia sedang mencoba menghubungi Naura karena hari ini belum mendengar kabar darinya. "Kamu lagi dimana? Aku pulang hari ini kenapa gak ikut jemput aku?"'Loh, kamu udah pulang? Aku lagi di toko. Tadinya aku mau ke rumah sakit nanti sore. Tapi ternyata kamu udah pulang.'"Yaudah, gak usah."'Maaf, ya. Beneran deh hari ini ada pesanan. Sayang kalau aku tolak. Kamu gak marah, kan?' tanya Naura terdengar menyesal. Jevran terkekeh pelan. "Gak apa-apa, aku ngerti kok. Tapi besok ke sini, ya."'siap, bos.'"Papa kamu udah berangkat, Ra?"'Papa sama Bang Rival udah berangkat. Terus mereka titip salam buat kamu semoga cepet sembuh. Mereka gak sempet jenguk kamu lagi.'Naura sudah tau jika Papanya memberi restu pada hubungan Jevran dan Naura. Dia benar-benar senang dan tidak bisa mengatakan apapun lagi selain mengatakan jika dirinya bahagia. Perjuangan Jevran ternyata tidak sia-sia.Sebelum pergi Bahar juga bilang oada Naura jika

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   Semua anak sama saja

    Ajun keluar dari kamarnya dengan tubuh yang lebih fresh. Karena sudah mandi setelah seharian menggunakan seragam sekolah sampai tidur di rumah sakit. Dia sudah kembali pulang hari ini.Pemuda itu berjalan menuju dapur untuk minum namun ia mengurungkan niatnya. Di sana ada Bahar, Rival, dan Naura. Ajun sedang kesal dan dia belum mau bertemu dengan mereka. Apalagi Abangnya."Mau kemana? Sini makan sama-sama," kata Naura melihat Ajun yang hendak pergi."Gak laper.""Sini, Jun. Papa mau bicara sama kamu."Ajun berdecak pelan dan kembali berbalik menghampiri mereka. Dia berdiri di samping Papanya dan tepat dihadapan Rival dan Naura. "Kenapa?""Abang kamu udah cerita sama Papa."Rival yang sedang makan menghentikan makanannya. Ia mengambil minum dan fokus pada pembicaraan. Dia juga tidak bisa menjelaskan pada Ajun sendiri jadi Rival harap dengan Papanya tau masalah ini mereka bisa sama-sama berubah.Sesaat Ajun membuang muka ke samping. Dia tak mau membicarakan masalah ini sebenarnya. "Teru

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   Mendapat Restu

    "Maafin aku.""Liat sini." Jevran meminta Naura menatapnya. "Apapun keputusan Papa kamu. Aku bakal terima itu, kok. Tapi bukan berarti aku berhenti buat perjuangin kamu.""Tapi bagi aku kamu berhasil."Gadis itu mendongak menahan air matanya agar tak terus keluar. Naura memeluk Jevran dari samping dan menyandarkan kepalanya di bahu kiri. Namun Jevran tersentak saat Naura melakukan itu.Jevran menahan nafasnya karena sebenarnya bahu yang kiri juga sakit, meski tak separah yang kanan. Tapi dia tak mau Naura melepaskan pelukannya. Jadi Jevran tetap membiarkan gadis itu di sana."Jangan nangis lagi. Aku gak bisa peluk kamu," ucap Jevran hanya menggenggam tangan Naura.Gadis itu terkekeh. Seketika ia duduk tegap dan menghapus air matanya. "Gak nangis, kok.""Bagus.""Eumm... Kamu lagi makan tadi? Aku ganggu dong? Aku bantuin, ya." Naura mengambil semangkuk bubur ke pangkuannya namun Jevran menahan."Aku bisa sendiri.""Tangan kamu lagi sakit. Aku suapin aja, ya."Jevran menggeleng. Sungguh

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   Setidaknya sudah mencoba

    "Heh! Bangun!"Dengan susah payah Jevran meraih satu pack tisu dan melemparnya ke arah sofa dimana Jerry dan Ajun tengah tidur di sana. Sayang sekali meleset. Ia mencari benda lain yang aman untuk dilempar.Semalam mereka bilang akan menjaga Jevran 24 jam. Tapi buktinya semalaman mereka tidur pulas sedangkan Jevran masih sadar dan terus menatap langit-langit ruangan. Padahal semalam hanya ditinggal tidur sebentar tapi begitu Jevran bangun karena haus mereka sudah tidur semua. "Ini udah jam berapa? Bangun! Sebenarnya yang sakit siapa sih? Kenapa jadi gue yang jagain mereka," kata Jevran kesal.Pria itu mengambil botol plastik bekas minum yang sudah habis. Kembali dilempar ke arah mereka namun tetap tidak ada yang bangun. Ini kebo semua."Ish! Berisik apaan sih ganggu orang tidur aja."Jevran mendelik melihat Jerry yang merenggangkan tubuhnya. "Bangun! Katanya mau jagain tapi dua-duanya malah tidur.""Eh, iya ya?""Bantuin geu ke kamar mandi buruan. Gue pengen kencing."Jerry masih sem

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   Dia baik-baik saja

    "Pah, Jevran sadar, Pah!" Nilam menepuk pundak Haris agar suaminya menoleh. Setelah lama menunggu Jevran terlihat mulai sadar. Pria itu mengerjapkan matanya beberapa kali menyeimbangkan cahaya yang masuk ke Indra pengelihatannya. "Jevran? Kamu denger Mama? Ini Mama sayang."Jevran meringis pelan ketika merasa tubuhnya seperti tak bisa digerakan. Apalagi bagian bahu membuatnya ngilu dan pegal. "Mah? Minum," ucapnya terbata-bata. "Sini, pakai sedotan aja." Haris membantu Jevran minum air melalui sedotan."Naura mana?"Sepasang suami istri itu saling tatap. "Udah pulang.""Tapi dia baik-baik aja?""Kamu gak usah khawatirkan Naura, dia aman. Sekarang fokus sama kesembuhan kamu dulu. Ada keluhan gak? Biar Papa panggilkan Dokter."Jevran menggeleng pelan. "Gak ada."Tok... Tok... Tok... "Loh, Ajun? Kok bisa datang sama Jerry?" tanya Haris."Tau nih Om. Ketemu di jalan terus maksa mau ke sini buat jenguk Jevran.""Tapi itu masih pakai seragam sekah," kata Nilam bingung.Ajun tersenyum ca

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   Terkepung

    "Apa aku bilang? Kamu itu cuma anak mami yang gak bisa apa-apa tanpa ajudan kamu itu. Jadi gimana kamu mau bebasin Naura sedangkan kamu kesakitan kayak gini?"Jevran tak mendengarkan perkataan Aurel dengan baik. Dia hanya sedang merasakan sakit yang luar biasa. Di kepalanya hanya berputar suara Naura yang mengalun. Jika Jevran seperti ini apa yang akan terjadi lada gadis itu?Tak ada tenaga lagi untuk melawan. Jevran pasrah karena tangannya sudah mati rasa. Punya kesadaran untuk membuka mata saja sudah bersyukur.Aurel melepaskan bekapan mulut Naura. "Silahkan. Ada kata-kata terakhir sebelum kalian berpisah?""Tolong bebasin Jevran. Dia kesakitan. Biar aku aja yang gantiin dia.""Eum, romantis banget. Tapi gak ngaruh. Jadi gimana kalau kalian berdua aja yang sama-sama pergi?"Di sisa kesadarannya Jevran merasakan tak ada lagi tangan yang menginjak bahunya. Mereka berdua justru berjalan menghampiri Naura. "Jangan sentuh Naura!" ucapnya pelan.Mereka menghiraukan perkataan Naura. Jevran

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status