Share

6. Si Jambul

"Akhirnya ... ada yang datang setelah 8 tahun aku terkurung!" ucap seorang pria paruh baya berwajah hancur yang terbelenggu rantai emas di dalam sebuah jeruji.

"Suara itu, berasal dari Anda?" tanya Qu Cing kepada orang itu. Ia menggenggam erat tongkat saktinya dan melangkah mendekati jeruji. Saat Qu Cing menggerakkan tangannya hendak menyentuh jeruji, pria itu melarangnya.

"Jangan sentuh! Jeruji itu diselimuti oleh kekuatan spiritual api. Tanganmu akan terbakar jika menyentuhnya dengan tangan kosong!"

Seketika, Qu Cing menarik kembali tangannya dan berkata, "siapa Anda sebenarnya?"

"Aku adalah pemimpin Perguruan Long Ji, Nie Lee Phi. Kau bisa memanggilku Nie Lee," balas pria itu.

"Ti-tidak mungkin!" Wajah Qu Cing berkerut. Anak itu merasa bahwa ia tidak boleh gegabah dan percaya begitu saja kepada seseorang yang baru dikenalnya.

Pria berwajah hancur itu tampak menghembuskan napas berat. "Aku tau. Tidak mudah untuk percaya!" Suara pria itu menjadi pelan dan sangat lembut.

"Delapan tahun yang lalu, aku ikut hadir untuk mempertahankan wilayah inti dari jajahan ras iblis dan ras siluman. Aku kembali dengan luka yang cukup parah. Di tengah perjalanan sebelum aku sampai di Perguruan Long Ji, aku bertemu dengan wakil perguruan, Ben Cong. Aku tidak menyangka, bahwa Wakil begitu picik." Sejenak, pria itu terdiam dan menarik napas.

Setelah aliran napas terhembus, pria itu melanjutkan obrolannya. "Wakil Ben Cong berselisih denganku. Dia billang, tidak seharusnya aku mencampurkan adukan murid-murid yang terbelakang dengan murid-murid berbakat. Dia sangat bertentangan denganku. Moment itu adalah keuntungan baginya karena aku masih dalam keadaan terluka parah. Dia menyerangku, menghancurkan seluruh tubuhku hingga sendi-sendi spiritualku terputus. Kemudian, dia mengurungku di tempat ini. Dan kau adalah orang pertama yang berhasil menemukanku setelah delapan tahun ini."

Qu Cing masih terdiam mendengar cerita orang itu. Dia berpikir dan menganalisa bahwa apa yang diucapkannya bukanlah suatu kebohongan. "Jika sendi-sendi spiritual Anda telah terputus, bagaimana Anda bisa menggemakan suara hingga dapat menuntunku sampai ke hadapan Anda?"

"Haha. Tidak hanya berbakat, ternyata kau sangat cerdik dan juga teliti! Aku memanfaatkan ilusi mantra angin yang dibuat oleh wakil perguruan pada tiang bendera putih gubuk ini, untuk mengelabui orang-orang perguruan. Aku juga memiliki cermin kecil ajaib yang terbuat batu spiritual putih. Cermin ini bisa memperlihatkan keadaan sekitar dengan batasan tertentu. Kecerdikanmu lah yang telah membawamu ke sini. Jika kamu anak yang bodoh, kamu pasti akan pergi ketakutan dan mengabaikan suara ini," jelas pria itu.

"Tidak. Itu karena aku terlalu pasrah dengan diriku sendiri. Aku adalah murid paling terbelakang di Perguruan Long Ji yang sering ditindas dan diperlakukan dengan sangat buruk. Aku tidak peduli meskipun aku akan mati karena mengikuti suara yang Anda buat. Semalam, aku hanya beruntung karena mendapatkan benda pusaka, sehingga bisa mencapai titik ini," sanggah Qu Cing.

"Benda pusaka? Apakah yang kau maksud adalah tongkat sakti milik Sun Ji Gong?"

"Oh, Anda tau itu?!"

Pria itu tersenyum. "Tongkat itu tidak akan memilih tuan dari seorang pecundang yang tidak memiliki dedikasi. Itu artinya, tongkat itu mengetahui bakat terpendam dalam dirimu yang bahkan kau sendiri tidak mengetahuinya. Kau benar-benar anak berbakat yang dipilih secara khusus olehnya."

"Hah!" Lanjutnya mendengus. "Kalau saja sendi-sendi spiritualku tidak terputus, aku akan menjadikanmu sebagai muridku satu-satunya."

Dahi Qu Cing mengernyit. Matanya menatap serius pria itu. "Anda memiliki pengetahuan yang luas. Itu adalah ide yang bagus. Meskipun Anda tidak bisa menggunakan kekuatan spiritual saat ini, aku akan berusaha mempelajari suatu herbal dan ramuan yang bisa memulihkan sendi-sendi spiritual Anda untuk balas budi atas pengajaran Anda."

Qu Cing menunjukkan buku yang ia bawa dari perpustakaan. "Seperti halnya dengan saat ini, beri tahu apa yang harus aku lakukan dan aku akan melakukannya!"

Sungguh Nie Lee Phi seperti menemukan sebuah harta karun senilai berlian. Dia merasa sangat beruntung bertemu dengan bocah itu. Tampak suatu ketulusan dari dalam hatinya untuk saling membantu.

Tiba-tiba, datang seekor burung kakak tua putih jambul kuning. "Ben Cong datang! Ben Cong datang!" ucapnya hinggap di sebuah meja kayu tua yang rapuh.

Nie Lee menyebut burung kakak tua itu si jambul. Burung itu adalah penyelamat dirinya dari kelaparan selama delapan tahun terkurung dalam gubuk. Setiap hari, si jambul datang membawakannya makanan, walau hanya sepotong apel atau sepotong pisang.

Setiap sepekan sekali, biasanya akan datang hujan. Air hujan tersebut meresap dan menetes pada atap tanah tempat Nie Lee berada sampai membentuk genangan air di hadapannya.

"Celaka! Dia pasti sadar karena pembatasnya telah dihancurkan! Jika dia menemukanmu bersamaku, dia pasti akan membunuhmu! Cepat sembunyi!" desak Nie Lee kepada Qu Cing karena khawatir.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status