Pada dasarnya, Lembah Dieng merupakan bagian dari Ring of Fire. Sepanjang jalan yang di lalui Anaxtra adalah jalur pegunungan gunung berapi yang aktif.
Setelah melewati beberapa perbukitan, Anaxtra bisa melihat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang bersebelahan.
Anaxtra mengarahkan Alpa sedikit ke kanan ke arah gunung Merapi yang belum terlihat, perhatiannya terusik pada sebuah gundukan berbentuk bujur sangkar yang berundak.
Anaxtra mengurangi kecepatannya kemudian berhenti di atas gundukan bebatuan itu.
"Apakah kalian tidak merasa aneh dengan bentuk bebatuan ini ?" Tanya Anaxtra kepada Peter dan Lilia.
"Sepanjang jalan yang kita lewati semuanya aneh, kenapa kau masih bertanya" Jawab Peter.
"Tidak, tempat yang kita pijak sekarang berbeda" bantah Anaxtra
"Kalian lihatlah dengan teliti, bentuk dari gundukan ini seperti bujur sangkar, dan ini terjadi pasti bukan kebetulan"
"Maksudmu ada orang yang membuatnya?" Tebak L
Anaxtra berjongkok dan mengambil segenggam tanah."Tanah yang kita pijak ini memang bukan tanah, ini lebih mirip pasir atau serpihan abu yang mengeras karna waktu yang lama" kata Anaxtra"Menurut catatan yang pernah aku baca, dulu di sebuah negara bernama Indonesia ada sebuah kuil terbesar di Dunia bernama Borobudur, kuil ini dibangun hampir 2000 tahun yang lalu pada masa Wangsa Syailendra, sempat terkubur hampir 1000 tahun ketika bangsa Indonesai berhasil menemukan kembali dan melakukan perbaikan karna bangunannya banyak yang rusak"Peter dan Lilia yang mendengarkan penjelasan Anaxtra ikut berjongkok."Aku juga pernah membaca cerita itu, aku berfikir kalau cerita Borobudur hanyalah sebuah karangan fiksi" imbuh Peter."Jika benar gundukan ini adalah Borobudur, seharusnya ada Setupa besar di tengah gundukan itu.""Kamu benar" kata Anaxtra"Borobudur sendiri merupakan sebuah kuil tempat beribadat umat buddha,bukan hanya penduduk I
Anaxtra menarik nafas sebentar," Bagian ketiga merupakan undakan kelima sampai tujuh, mereka menyebutnya Arupadhatu""Berbeda dengan bagian sebelumnya, dinding Arupadhatu tidak memiliki relief. Bentuk terasnya berupa lingkaran yang terisi stupa-stupa kecil berjumlah puluhan, tingkatan ini melambangkan manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai Nirwana"."Dan pada puncak tertinggi Borubudur, terdapat setupa besar tanpa relief, tingkatan ini menggambarkan ketiadaan wujud yang sempurna. Inilah tingkat tertinggi dalam ranah spiritual manusia."Peter dan Lilia kembali mengangguk mendengar penjelasan Anaxtra. Masih setengah penasaran, Lilia kembali bertanya."Borobudur dibangun pada masa akhir abad pertama, lalu sempat tenggelam dan ditemukan kembali satu abad kemudian, jika benar ini adalah Borobudur, apakah memang kebetulan kita yang hidup di abad ketiga menemukannya""Bisa jadi ini siklus 1000 ta
Lilia mengangkat bahunya dan turun dari Papan selancarnya."Kalian lihat saja apa yang akan aku lakukan dengan Charli"Lilia mengangkat tangan kirinya ke atas dada, lalu dari pergelangan tangan kirinya yang menempel seperti jam tangan berbentuk persegi panjang terbuka membentuk sebuah monitor.Peter dan Anaxtra yang ingin melihat apa yang akan dilakukan Lilia juga turun dari papan selancarnya masing-masing dan berjalan ke sisi Lilia."Oke Charli, coba kau scan objek yang ada di depan" Lilia memberi perintah kepada Charli, papan selancarnya.Charli lalu mengapung dengan sendiri dan terbang mengarah ke gundukan tinggi yang ada di depannya. Seperti mata harimau yang sedang mengawasi mangsanya, Charli mengamati tiap bagian gundukan itu, sesekali dia terbang memutar untuk melihat dari sudut yang berbeda, kemudian berputar kembali ke tempat semula.Sementara dari monitor yang ada di tangan Lilia, mereka bisa melihat bentuk bangunan yang ada
Pada bagian ini, terlihat pada layar monitor 4 undakan berbentuk persegi empat dengan banyak relief-relief yang terukir di dindingnya, sementara di atas tembok itu terdapat arca-arca Buddha yang berderet sepanjang tembok itu."Ini sungguh luar biasa, Anaxtra" kata Lilia takjub."Ini benar-benar peninggalan sejarah yang tak ternilai harganya, pantas saja jika dalam catatan menyebutkan, Borobudur termasuk salah satu dari tujuh keajaiban dunia."Mereka bertiga masih terkesima dengan apa yang mereka lihat di depan mata mereka."Bisakah kau menampilkan lebih ke bawah lagi Lilia" pinta Anaxtra.Lilia menggeleng, "bagian bawah kuil ini tertimbun masuk di bawah tanah, timbunannya sangat tebal dan hampir mengeras menyatu dengan batu-batu yang menimpanya, aku rasa Charli sangat kesulitan jika harus menampilkan objek yang tertimbun di dasar tanah"Lilia mengakhiri ucapannya bersamaan dengan menutupnya layar monitor yang ada di pergelangan tangan kiriny
Lilia melakukan hal yang sama, dia membuka kembali monitor yang ada di pergelangan tangannya. Dia ingin melihat lebih jelas detail objek yang mendekatinya."Peter, bisakah kau membuat perisai untuk melindungi kita?" Kata Lilia sambil matanya masih fokus pada monitor di depannya."Jika kita bisa mendeteksi keberadaan mereka, bukan mustahil jika mereka juga bisa mendeteksi keberaan kita." Ucapnya lagi.Tanpa banyak bicara, Peter melakukan apa yang Lilia katakan, dia mengeluarkan kotak kecil sebesar korek api, seperti sebuah remote control, Peter menembakan ke beberapa titik, secara kasat mata titik yang ditembakan memancarkan sinar yang saling berhubungan dan membentuk perisai yang melindungi mereka.Kelima benda itu bergerak dengan cepat, semakin lama semakin dekat dan melintas di ketinggian beberapa meter di atas kepala mereka."Aku mendapatkannya !!!" Pekik LiliaSecara bersamaan, Anaxtra dan Peter menatap ke arah Lilia."Tunggu sebe
Meskipun kecepatan Papan Selancar Anaxtra dan teman-temannya bisa mengimbangi kecepatan pesawat tentara Sludge City, namun dari segi daya tahan, Papan Selancar mereka hanya memiliki daya tahan separonya.Terlebih sejak pertama mereka naik dari Lembah Dieng, mereka melakukan perjalanan secara terus menerus tanpa jeda."Sebaiknya kita berhenti sebentar, Anaxtra, Tampaknya Beta perlu istirahat untuk memulihkan energinya" kata Peter.Anaxtra yang merasakan Alpa mulai kehilangan tenaga pun menyetujuinya, "aku akan memeriksa keadaan sekitar dulu, jika aman kita bisa berhenti untuk istirahat"Anaxtra kemudian memeriksa melalui monitor radarnya, "aku rasa aman, mari kita berhenti di sana" tunjuk Anaxtra mengarah ke tanah lapang dengan sedikit bebatuan yang tak rata.Ketiganya mendarat di antara bebatuan yang menonjol setinggi tubuh mereka."Carilah tempat berteduh, mungkin kita perlu merebahkan tubuh sejenak untuk melepas penat, sementara biarkan Pa
"Permisi, kisanak"Sebuah tepukan lembut membangunkan Anaxtra. Dia membuka matanya perlahan untuk beradaptasi dengan cahaya setelah beberapa saat terpejam.Anaxtra melihat sesosok laki-laki paruh baya berusia sekitar 60 tahunan berjongkok di depannya. Anaxtra bangun dengan posisi masih duduk. Dia menoleh ke sekeliling untuk mencari kedua sahabatnya. Namun pemandangan yang dia lihat sungguh berbeda, tidak ada Lilia maupun Peter. Yang ada hanya barisan batu-batu yang tersusun seperti rumah miniatur dari batu."Dimana mereka?" Tanya Anaxtra dalam hati. Lalu kembali menatap sosok laki-laki tua yang ada di depannya.Laki-laki itu tersenyum ramah, dia memakai pakaian serba putih tanpa jahitan dengan bawahan hanya kain yang di lilitkan yang berwarna putih juga. Sementara di kepalanya memakai sebuah Blangkon yang berwarna putih juga.Blangkon adalah semacam topi yang terbuat dari kain yang dililitkan di atas kepala masyarakat Jawa pada jaman dulu.
"Siapa yang kau panggil,Anaxtra" kata Peter yang terbangun dari tidurnya karna teriakan Anaxtra, dia duduk memperhatikan gelagat Anaxtra yang aneh.Anaxtra segera sadar, "Aku cuma bermimpi".Dia melihat sekeliling, situasinya benar-benar kontras dari apa yang dia lihat dalam mimpinya,langit yang biru, pepohonan yang rindang, hawa yang sejuk. Berbeda dengan kondisi saat ini. Langit berwarna merah, udara begitu panas, dan sejauh mata memandang, hanya dataran gersang yang keruh.Sesaat dia merenung, "Prambanan".Begitu gumamnya, namun sempat terdengar oleh Peter."Prambanan ?, Apa itu Prambanan ?" Tanya Peter dengan heran."Prambanan adalah komplek candi Hindu terbesar di Indonesia. Bahkan merupakan candi termegah se asia tenggara" tiba-tiba Lilia berkata dan sudah berdiri antara Anaxtra dan Peter.Anaxtra dan Peter langsung menatap Lilia dengan heran. Diperhatikan seperti itu oleh kedua temannya, Lilia berjalan menghampiri Anaxtra dan d