Seluruh prajurit Sludge City bergerak menyisiri tiap-tiap sudut kota, mereka dikerahkan secara besar-besaran untuk mencari keberadaan Anaxtra dan teman-temannya, jalanan kota dipenuhi prajurit yang hilir mudik dengan senjata lengkap di tangannya.
Jalur udarapun tak mau kalah, hampir selang beberapa menit selalu saja ada pesawat patroli yang terus berputar-putar di atas langit Sludge City.
"Bagaimana situasinya, Lilia" tanya Anaxtra sambil mengintip ke luar gedung dari balik cendela lantai 5 tempat mereka bersembunyi.
"Tampaknya kurang bagus, Anaxtra" jawab Lilia yang masih fokus di depan monitor kecil di tangan kirinya.
"Aku sudah memindahkan data scanning secara real time pergerakan para prajurit Sludge City ke dalam drive kalian, kalian sudah bisa menyinkronkannya dengan data pemetaan milik Peter" ucap Lilia kemudian sambil kembali menutup virtual monitor yang ada di pergelangan tangan kirinya.
"Tampaknya mereka mulai menggeledah satu persatu ged
Juan membuka separo kaca cendela mobilnya ketika seorang petugas menghampiinya, "Ada apa, Alex," tanya Juan kepada petugas yang bernama Alex. "Oh... tuan Juan, maaf aku tak bisa mengenalimu," ucap Alex dengan penih hormat. "Kami sedang mencari tiga buronan yang bersembunyi di gedung ini." imbuh Alex kemudian. "Aku tak melihat siapapun di sini, lagi pula jka aku melihatnya, pasti aku sudah menangkapnya" "Baiklah tuan muda Juan, aku tak akan menghalangi jalanmu, maaf sudah mengganggumu" Petugas itu langsung memberi isyarat kepada petugas lain untuk memberi jalan kepada Juan. Juan pun bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Mobil juan meliuk di antara gedung-gedung tinggi, kumudian mendarat di sebuah hanggar yang terletak di antara gedung-gedung tinggi milik pejabat Sludge City. "Kemana kau akan membawa kami pergi?" tanya Anaxtra ketika mereka sudah turun dari mobil dan berjalan menuju lift. "Nanti juga kal
"Bengawan Solo? apa itu Bengawan solo?" tanya Juan heran. "Beberapa ratus taun yang lalu, tanah ini di sebut pulau Jawa, pulau Jawa dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah." "Sedangkan Bengawan Solo adalah sungai terpanjang yang membentang antara Jawa Tengah dan Jawa Timur," ucap Lilia menerangkan. Juan mengangguk-angguk mencerna ucapan Lilia. Setelah mereka terdiam untuk beberapa saat, tiba-tiba Peter berkata, "Yang aku tidak mengerti, kenapa rajamu ingin sekali menangkap kami?" Juan menatap Peter sejenak lalu secara bergantian beralih ke Lilia dan Anaxtra. "Lord Zack pernah bermimpi, ketika ada orang asing masuk ke Sludge City maka akan terjadi perubahan besar di dunia ini. Mungkin itulah alasan mengapa Lord Zack ingin menagkap kalian, dia takut kerja keras para leluhur yang sudah bersusah payah membangun kota ini, hancur begitu aja oleh kedatangan kalian," papar Juan  
"LAPINDO," gumam Lilia Mata Anaxtra dan Peter saling berpandangan, sementara Juan hanya kebingungan menatap Lilia dengan penasaran. "Apa itu Lapindo?" tanya Juan Lilia menarik nafas dalam-dalam. "Pada awal abad 21, ada sebuah perusahaan minyak dan gas yang melakukan pengeboran di pulau Jawa bagian timur, namun karena suatu hal, terjadi kecelakaan yang menyebabkan bocornya saluran pipa dan keluarnya lumpur dari pusat pengeboran, bahkan menurut catatanku, semburan lumpur itu hampir menenggelamkan sebagian pulau Jawa bagian Timur, perusahan yang melekukan pengeboran itu adalah Lapindo, dan sejak saat itu, masyarakat menyebut tragedi itu sebagai Lumpur Lapindo, jika dugaanku tidak meleset, mungkin sumber lumpur yang kau maksud adalah sumur bekas pengeboran Lapindo. "Apa dampak dari tragedi Lapindo itu?" "Tidak ada catatan yang detail mengenai hal itu, namun yang jelas hampir sebagian Jawa Timur terendam oleh lumpur dan menenggelamkan kota-
Kediaman RudiRiris dan Rudi menatap lubang besar di garasi rumahnya,"Kurang ajar," umpat Rudi, "ternyata bocah-bocah sialan itu bisa mengendalikan dari jarak jauh papan selancar itu"."Bagaimana ini, ayah? bagaimana jika mereka kembali ke sini dan membunuh kita?""Mereka pasti sudah tau; bahwa kita yang sudah menjual mereka kepada Tn Hans," ucap Riris panik.Rudi menatap ke arah Riris, "Ini semua salahmu, kenapa tak kau hancurkan benda sialan itu, kalau sudah begini, Tn Hans pasti tak akan melepaskan kita.""Kenapa jadi ayah menyalahkan, Riris?""Bukankah Riris sudah menyuruh ayah untuk menyerahkan semua benda milik mereka kepada Tn Hans?"Rudi tak bisa membantah ucapan Riris, bagaimanapun ide untuk menyimpan papan selancar milik Anaxtra dan teman-temannya datang darinya.Ketika mereka masih saling diam, tiba-tiba sebuah pesawat mendarat di depan rumah mereka, lalu terlihat Evan yang turun d
Kekacauan yang terjadi di pinggiran Kota Sludge City telah sampai ke istana, tidak terkecuali John yang masih di kamar Sabrina."Apa yang terjadi, John?" tanya Sabrina masih terbaring lemah di atas ranjangnya."Terjadi kekacauan di pinggiran kota," jawab John, telinganya masih mendengarkan suara-suara panik yang keluar dari ear phon di telinganya."Apakah itu Anaxtra?""Bukan, tapi..." John tak meneruskan kalimatnya."Tapi apa, John?" tanya Sabrina seraya bangun dari posisi tidurnya."Sabrina! Sabrina!" pekik John sambil bergegas ke sisi Sabrina yang sudah dalam posisi duduk."Kamu masih lemah, jangan memaksakan dirimu!" ucap John."Tidak apa, John.""Katakan!, apa yang terjadi? apakah anak buah Hans berhasil menagkap Anaxtra?"John menggeleng, dia bisa melihat kecemasan dari tatapan Sabrina."Bukan, ini bukan tentang Anaxtra""Ada monster lain yang tiba-tiba menyerang kota""Monster? Monster
"Aku tidak tau secara pasti," ucap John, "yang aku dengar, monster ini, selain sangat besar dan kuat, dia memiliki 4 pasang kaki yang sangat kokoh dan tajam, sedang tangannya berbentuk capit dengan gerigi tajam di bagian dalamnya.""Hampir sebagian bangunan di sisi utara Sludge City porak poranda olehnya, saat ini makhluk itu terus beregerak ke pusat kota."Sesaat Sabrina menatap John dengan pandangan nyaris tak percaya,"Aku harus menemui ayah," ucap Sabrina seraya bergegeas bangkit."Jangan, Sabrina! tubuhmu masih sangat lemah," kata John terus mencegah Sabrina."Lagi pula seluruh prajurit kota sudah dikerahkan untuk menghalau monster itu.""Apakah mereka berhasil menghalau Monster itu?"John tidak bisa menjawab pertanyaan Sabrina.Melihat keraguan di wajah John, tanpa menunggu lama Sabrina berjalan keluar kamar dengan tergesa-gesa. Sementara John hanya bisa mengikuti Sabrina dari belakang.
Pesawat John dan Sabrina meluncur meninggalkan pusat kota menuju tempat munculnya Monster.Sementara di lokasi munculnya monster itu sendiri banyak prajurit Sludge City yang sudah berkumpul mengawasi pergerakan Monster.Sedangkan para masyarakat sipil, sudah lama meninggalkan lokasi itu termasuk Paul, riris dan Evan.Sabrina mengurangi kecepatan pesawatnya yang diikuti John yang terbang tak jauh darinya."Kita lihat situasinya dulu dari sini, John!" ucap Sabrina sambil mengaktifkan mode melayang pada pesawatnya. Mode ini merupakan posisi netral dimana pesawat hanya mengambang di udara."Apakah itu Kau, Sabrina?" terdengar suara Hans dari jalur komunikasi di pesawat Sabrina."Tentu saja aku, kau tak pernah becus dalam bekerja," jawab Sabrina dengan ketus.Itu sangat wajar dilakukan Sabrina, dia masih menyimpan dendam terhadap Hans yang melumpuhkannya dengan senjata listrik saat berusaha menangkap Anaxtra."Hai! apaka
"Apakah kau melihatnya, John?" tanya Sabrina dari mikropon."Sulit dipercaya, Sabrina. Bahkan roket tak membuatnya bergeming sama sekali" ucap John"Ini baru permulaan, kalian tak perlu mengejekku," tukas Hans yang juga berada di saluran komunikasi mereka.[Semua unit darat bergerak, serang bagian bawah Monster itu!]Tiba-tiba terdengar suara berwibawa dari saluran yang lain.[Hati-hati dalam bergerak, meskipun Monster itu besar, namun gerakannya sangat lincah]"Paman, Albert!" sapa Sabrina."Apa yang akan kau lakukan dengan pasukan daratmu?"[Kau kah yang berbicara itu, Sabrina?] jawab Albert"Iya, Paman, apa rencanamu saat ini?"[Aku akan mencoba mencoba menyerang Monster itu dari bawah]Sementara pasukan di bawah komando Albert bergerak mendekati monster itu dari bawah, puluhan mobil tank bersenjatakan laser mencoba mendekati Monster itu melewati puing-puing bang