Tanpa berkata apapun setelah mendengar perkataan kedua orang itu, Zaan pergi melangkahkan kakinya untuk menemui seseorang di sebuah kamar tak jauh dari balai agung kerajaan.
Sekilas bayangan saat dirinya berubah menjadi seekor naga terlintas dalam pikirannya, membuat banyak orang berteriak ketakutan saat melihat wujudnya. Banyak orang yang kehilangan rumahnya dari api yang ia semburkan, sebenarnya ia bisa saja tidak mengeluarkan api itu namun hal itu tidak dapat ia kendalikan karena pada saat menjelma menjadi seekor naga raksasa ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri hingga membuat banyak orang yang terluka dan menderita.
Tanpa sadar air matanya menetes perlahan disela langkahnya namun dengan cepat ia langsung menepisnya, ia merasa menyesal karena sudah membuat rakyat Vanderbilt menderita. Dan kali ini ia juga sudah memutuskan untuk menghilangkan kecemasan yang dialami oleh rakyat Vanderbilt.
Sesampainya di depan kamar itu terlihat ada beberapa pengawal yang berjaga di depannya, kemudian ia memberitahu pengawal bahwa dirinya datang untuk menemui seseorang yang ada di dalam kamar itu.
Sebenarnya ia bisa saja langsung masuk dan menemui seseorang itu, namun karena suatu kesalahan yang tidak disengaja membuat jarak yang jauh diantara mereka.
"Pengawal, beritahu dia kalau aku datang kemari." ujar Zaan datar yang berdiri dengan tegap tepat di depan pintu.
"Baik Pangeran."
"Tuan Puteri, Pangeran Zaan datang untuk berkunjung." ucap pengawal itu setengah berteriak.
Tak lama, terdengar suara seorang wanita membalasnya.
"Persilahkan dia masuk." jawab Puteri Hazel dari dalam kamar yang terdengar dingin.
Kemudian, pintu yang besar dimana terdapat ukiran di dalamnya terbuka secara perlahan dan Zaan melangkah masuk. Tampak seorang wanita sedang berdiri di depan jendela dengan terus menatap ke luar tanpa memperhatikan siapa yang berjalan masuk hendak menemuinya.
"Urusan penting apa yang membawamu datang kemari menemuiku? Apa itu perintah ayahanda?" tanya Puteri Hazel tanpa melihat Zaan.
"Kedatanganku tidak terkait dengan siapapun. Ini murni keinginanku sendiri." sahut Zaan yang menghentikan langkahnya di depan sebuah sofa.
Hal ini membuat Puteri Hazel mengalihkan pandangannya melihat Zaan yang berdiri tak jauh darinya. Tampak sebuah topeng emas bermotifkan bunga menutupi sebagian wajah kirinya secara vertikal.
Kenangan itu kembali terlintas dalam ingatan Zaan, saat semburan api dari wujud naganya itu secara tidak sengaja mengenai wajah cantik kakak perempuannya. Hal itu membuat sebagian wajah Hazel rusak karena terbakar, hal itu juga membuat orang yang melihatnya ketakutan dan menjauh darinya. Hingga terpikirlah Zaan untuk membuatkannya sebuah topeng dengan ukiran bunga yang sangat di sukai oleh kakak perempuannya itu.
Meskipun begitu, perhatian itu tak membuat kebencian yang tumbuh di dalam hati Puteri Hazel hilang. Hazel merasa adiknya itu adalah pembawa mala petaka, karena itu lah ia kini sangat membencinya melebihi rasa sayangnya dulu pada Zaan. Hal itu jugalah yang membuatnya mengurung diri di kamar dan menempatkan beberapa pengawal di depan pintu kamar agar tidak sembarang orang bisa masuk serta ia tidak ingin membuat orang lain takut saat melihat wajahnya meskipun tertutup sebuah topeng. Hal itu terjadi karena semua orang di dalam istana sudah mengetahui bagaimana wajah buruknya yang terbakar.
"Kakak..." panggil Zaan lembut dimana terdapat kerinduan di dalamnya.
Zaan merasa sangat menyesal telah menjadi penyebab wajah kakaknya itu terlihat buruk. Namun hal itu bukan sepenuhnya kesalahan dirinya karena memang hal itu tidak bisa ia kendalikan saat berubah menjadi seekor naga.
"Kalau kau hanya ingin mengatakan hal itu, lebih baik kau pergi sekarang karena aku tidak ingin mendengar hal yang tidak penting." ujar Hazel tegas yang melihat Zaan sejenak lalu mengalihkan pandangannya lagi ke luar jendela.
"Aku ingin rakyat Vanderbilt merasa tenang." kata Zaan yang perlahan mulai menarik rasa penasaran Hazel.
"Kau bisa saja membuat rakyat Vanderbilt merasa tenang dengan menghilangkan wujud nagamu itu. Atau kau bisa saja..."
"Tidak! Hal bodoh seperti itu tidak akan pernah aku lakukan." potong Zaan cepat.
"Kita harus meninggalakan kastil ini." sambungnya.
Tepat setelah Zaan lahir ke dunia ini, terdengar gemuruh petir saling bersautan seolah menyambut kedatangan sang jabang bayi ini.Bersamaan dengan itu, sang ratu yang baru saja melahirkan Zaan meminta raja untuk segera keluar dari kamarnya. Meskipun enggan, namun sang raja tetap memenuhi permintaan istrinya walaupun banyak pertanyaan di dalam benaknya."Klasina, mendekatlah." pinta sang ratu yang tengah berbaring lemah dengan suara paraunya.Peluh memenuhi wajah sang ratu, dengan perasaan yang iba, Klasina mengambil sebuah handuk kecil untuk membantu menyekanya."Aku tahu apa yang kau lihat," sang ratu membelai Zaan kecil yang terbaring tepat di sampingnya, matanya beralih menatap Klasina yang ada di hadapannya saat ini."Apa aura hitam itu masih ada di kamar ini?" sambungnya."Tersisa sedikit Yang Mulia, hanya saja..""Hanya apa?""Aura hitam itu sekarang mengelilingi pangeran kecil kita." jawab K
Melihat kondisi istrinya yang tampak tegang, membuat Raja Hubert merasa cemas serta bertanya-tanya apa yang terjadi pada istri tercintanya itu."Istriku, apa yang sebenarnya terjadi hingga membuatmu seperti ini?" Raja Hubert bertanya seraya membaringkan Olivia di atas ranjang dengan hati-hati."Selamatkanlah anak kita, aku tidak ingin dia lahir besok atau lusa, hari ini, malam ini, buatlah ia lahir ke dunia ini.." pinta Olivia terengah-engah dengan wajah yang pucat dan sedikit ketakutan."Tapi bagaimana itu mungkin?" tanya sang raja tidak mengerti."Cepat panggil tabib, ia tahu bagaimana caranya agar si bayi ini keluar malam ini, tidak ada waktu untuk menjelaskan lagi, aku mohon rajaku, selamatkan anak kita..." pinta Olivia lagi dengan berurai air mata yang membuat raja semakin bingung apa yang terjadi. Namun ia tetap melaksanakan apa yang diminta oleh Olivia.Tak la
Mendapat perintah yang tidak mengenakkan baginya, Ethelyn tetap bersikap tenang meskipun dirinya merasa kalau Hazel sedang mempermainkan dirinya. Terlihat dari apa yang Hazel katakan sedari awal bertemu dengan dirinya, banyak penolakan yang ia lakukan hanya untuk membuat Ethelyn pergi dari kastil itu.Ia sendiri tidak mengetahui mengapa Hazel sampai tidak menginginkan kehadiran dirinya di kastil itu, bukankah dengan dirinya tinggal di sana maka Hazel tidak akan merasa kesepian lagi? Karena memang kastil itu hanya ditinggali beberapa orang saja. Pengawalpun tidak banyak karena itu keinginan Zaan.Baru saja Ethelyn hendak turun membungkukkan diri, datang bibi Fawn yang melarang Ethelyn melakukannya. Sontak hal ini membuat Hazel kesal, karena merasa bibi Fawn membela Ethelyn dibanding dirinya."Berhenti." ucap Bibi Fawn di ambang pintu belakang. Meskipun tidak sampai berteriak, aura tegasnya sangat tampak dari cara ia berjalan.Memandang Hazel dengan t
Seusai menyantap hidangan di pagi hari, Zaan yang penasaran dengan suara wanita misterius tanpa berkata apapun pada anggota yang lain, ia berusaha mencari dari mana asalnya dan siapakah sebenarnya wanita itu.Zaan kembali mendatangi perpustakaan kastil dimana dulu ibunya sering membaca bahkan menuliskan apa yang ia ketahui dalam buku menurut cerita yang Zaan dengar dari ayahnya.Memang tidak terlalu besar untuk ukuran sebuah perpustakaan, tapi ruangan itu sangat besar jika hanya disinggahi satu orang saja. Zaan melangkah pelan masuk menjelajahi isi ruangan itu, dengan mata tajamnya ia bergerilya menyusuri sudut demi sudut. Meskipun kastil itu tidak pernah dihuni sebelumnya, tapi susunan buku yang ditata rapih dalam rak tidak tampak sedikitpun sarang laba-laba atau debu menempel di sana.Tidak ada yang mencurigakan dari susunan buku-buku besar yang saling berhimpitan satu sama lain. Namun ketika Zaan melangkahkan kakinya menuju rak buku paling belakang, tepat ber
Hazel masih diam tak bergeming sedikitpun saat mengetahui kalau bibi Fawn ternyata menyetujui keputusan Zaan yang mengijinkan Ethelyn tinggal bersama mereka sampai waktu yang tidak ditentukan. Bukan tanpa alasan Hazel menolak Ethelyn tinggal bersama mereka, sejak insiden wajahnya yang terbakar dan meninggalkan bekas luka, itu yang membuat Hazel menjauhi semua orang karena sebenarnya ia tidak ingin orang lain takut kepadanya. Hingga keesokan harinya.... Pagi hari saat menu sarapan sudah berjajar rapih tersedia di meja makan, Hazel yang sepertinya mengurung diri tidak menampakkan batang hidungnya di hadapan Ethelyn, dimana bibi Fawn serta Zaan sudah duduk siap menyantap makanan. Ethelyn merasa kalau dirinya belum diterima secara utuh untuk tinggal di sana, namun ia juga tidak bisa pergi karena kini mempunyai sebuah alasan untuk tetap bertahan di dalam kastil itu. *Flashback on. Ethelyn yang tengah bersantai duduk di kursi g
"Zaan..." panggil Ethelyn menghampiri Zaan.Terpancar sebuah cahaya putih terang dari tangannya lalu ia usapkan pada lengan Zaan yang terasa nyeri karena daun yang dimasukkan olehnya."Apa yang kau lakukan?..." Zaan terkejut.Seketika rasa nyeri itu menghilang bersamaan dengan berakhirnya Ethelyn yang mengusap lengannya."Apa yang..." ujarnya terpotong."Maaf... aku tidak tahu kalau kau masih merasa sakit akibat daun itu. Maaf sudah merepotkanmu." ucap Ethelyn lembut.Ia merasa bersalah setelah melihat Zaan yang merasa kesakitan, ia melakukan hal itu untuk menjaga dirinya sendiri, tapi apakah yang ia lakukan itu termasuk tindakan yang egois?"Aku baik-baik saja, kau beristirahatlah, dan ya.. aku akan mengenalkanmu pada saudari serta bibiku nanti setelah kau cukup beristirahat. Kalau begitu aku akan pergi." Zaan pamit lalu menutup pintu kamar itu.Sejenak ia terdiam memandangi lengan kanannya, lalu ia mengusapnya perlahan
Zaan yang tidak berdaya untuk mengeluarkan daun itu dari tubuhnya merasa terpaksa menerima perlakuan yang menurutnya tidak adil untuk dirinya. Lagi pula dari awal dia memang tidak berniat buruk pada malaikat itu, hanya saja ia ingin mencari tahu apakah benar kalau seorang malaikat bisa menyembuhkan penyakitnya."Kalau begitu kau bisa tinggal di dalam kastil ini...""Tunggu... kau tidak bisa memberitahu orang lain tentang identitasku yang sebenarnya kalau aku adalah seorang malaikat." sanggah Ethelyn dengan cepat."Aku tahu itu, aku akan mengatakan kalau kau adalah seorang penggembala yang tersesat dan sudah kehilangan keluarga. Aku berkata demikian agar bibi Fawn nanti tidak banyak bertanya mengenai dirimu. Aku bukanlah pembohong yang handal, maka dari itu bekerja sama lah dalam hal ini." tutur Zaan.Ethelyn mulai merasa kalau pria yang ada di hadapannya itu adalah sosok yang baik, akhirnya ia memutuskan untuk tinggal di dalam kastil itu sesuai peri
"Hanya saja...""...BRUK..."Tiba-tiba terdengar bunyi seperti benda yang terjatuh tak jauh dari halaman belakang bahkan tanah pun bergetar saat sesuatu yang terjatuh itu menyentuh tanah yang membuat Zaan bertanya-tanya suara keras apa itu."Bibi? Apa kau mendengarnya?" tanya Zaan yang mulai cemas, ia hanya khawatir ada hewan buas yang menyelinap masuk ke dalam kastil.Lalu ia menyuruh bibi Fawn masuk ke dalam kastil sampai ia tahu suara apa itu sebenarnya. Perlahan ia melangkah mendekati sumber suara sambil mengancang-ancang mengangkat pedangnya yang senantiasa terpasang pada sabuknya.Tak jauh dari halaman belakang, tampak sebuah sayap putih yang sangat besar menutupi semua tubuh si pemiliknya hingga membuat Zaan penasaran dan terus mendekatinya.Sesampainya di depan sayap itu, tanpa ada rasa takut Zaan mengarahkan pedangnya ke arah sayap itu sambil sesekali menggerakkan kakinya untuk melihat sosok dibalik sayap putih itu.
"Ta.. tapi kenapa harus aku? Bukankah ada malaikat lain yang bertugas untuk mencari benda yang hilang dari langit?" tolak Ethelyn cepat.Ia tidak mengerti kenapa Blake menyuruh dirinya padahal itu bukan tugasnya."Itu karena mawar itu kau yang menemukannya. Mawar krystal biru akan menghilang begitu tercabut dari taman langit, dan perlahan akan memunculkan wujudnya ketika si penciptanya berdekatan dengannya. Itulah mengapa aku memerintahkanmu untuk mendapatkannya kembali." jelas Blake yang kini lebih tenang."Tapi kenapa harus ke bumi? Bukankah bisa saja ada makhluk dari alam lain yang mencurinya?" tanya Ethelyn lagi."Tidak ada makhluk lain yang bisa menembus pertahanan taman langit selain makhluk dari bumi. Sekarang, kau turunlah ke bumi. Dan ingatlah! Jangan pernah kembali sebelum kau mendapatkannya!" ujar Blake.Blake tiba-tiba mengarahkan tangannya ke arah Ethelyn dan seketika muncul cahaya terang putih untuk menurunkan Ethelyn ke b