Share

Bab. 2 Sebuah Usulan.

Tanpa berkata apapun setelah mendengar perkataan kedua orang itu, Zaan pergi melangkahkan kakinya untuk menemui seseorang di sebuah kamar tak jauh dari balai agung kerajaan.

Sekilas bayangan saat dirinya berubah menjadi seekor naga terlintas dalam pikirannya, membuat banyak orang berteriak ketakutan saat melihat wujudnya. Banyak orang yang kehilangan rumahnya dari api yang ia semburkan, sebenarnya ia bisa saja tidak mengeluarkan api itu namun hal itu tidak dapat ia kendalikan karena pada saat menjelma menjadi seekor naga raksasa ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri hingga membuat banyak orang yang terluka dan menderita. 

Tanpa sadar air matanya menetes perlahan disela langkahnya namun dengan cepat ia langsung menepisnya, ia merasa menyesal karena sudah membuat rakyat Vanderbilt menderita. Dan kali ini ia juga sudah memutuskan untuk menghilangkan kecemasan yang dialami oleh rakyat Vanderbilt.

Sesampainya di depan kamar itu terlihat ada beberapa pengawal yang berjaga di depannya, kemudian ia memberitahu pengawal bahwa dirinya datang untuk menemui seseorang yang ada di dalam kamar itu.

Sebenarnya ia bisa saja langsung masuk dan menemui seseorang itu, namun karena suatu kesalahan yang tidak disengaja membuat jarak yang jauh diantara mereka.

"Pengawal, beritahu dia kalau aku datang kemari." ujar Zaan datar yang berdiri dengan tegap tepat di depan pintu.

"Baik Pangeran."

"Tuan Puteri, Pangeran Zaan datang untuk berkunjung." ucap pengawal itu setengah berteriak.

Tak lama, terdengar suara seorang wanita membalasnya.

"Persilahkan dia masuk." jawab Puteri Hazel dari dalam kamar yang terdengar dingin.

Kemudian, pintu yang besar dimana terdapat ukiran di dalamnya terbuka secara perlahan dan Zaan melangkah masuk. Tampak seorang wanita sedang berdiri di depan jendela dengan terus menatap ke luar tanpa memperhatikan siapa yang berjalan masuk hendak menemuinya.

"Urusan penting apa yang membawamu datang kemari menemuiku? Apa itu perintah ayahanda?" tanya Puteri Hazel tanpa melihat Zaan.

"Kedatanganku tidak terkait dengan siapapun. Ini murni keinginanku sendiri." sahut Zaan yang menghentikan langkahnya di depan sebuah sofa.

Hal ini membuat Puteri Hazel mengalihkan pandangannya melihat Zaan yang berdiri tak jauh darinya. Tampak sebuah topeng emas bermotifkan bunga menutupi sebagian wajah kirinya secara vertikal.

Kenangan itu kembali terlintas dalam ingatan Zaan, saat semburan api dari wujud naganya itu secara tidak sengaja mengenai wajah cantik kakak perempuannya. Hal itu membuat sebagian wajah Hazel rusak karena terbakar, hal itu juga membuat orang yang melihatnya ketakutan dan menjauh darinya. Hingga terpikirlah Zaan untuk membuatkannya sebuah topeng dengan ukiran bunga yang sangat di sukai oleh kakak perempuannya itu.

Meskipun begitu, perhatian itu tak membuat kebencian yang tumbuh di dalam hati Puteri Hazel hilang. Hazel merasa adiknya itu adalah pembawa mala petaka, karena itu lah ia kini sangat membencinya melebihi rasa sayangnya dulu pada Zaan. Hal itu jugalah yang membuatnya mengurung diri di kamar dan menempatkan beberapa pengawal di depan pintu kamar agar tidak sembarang orang bisa masuk serta ia tidak ingin membuat orang lain takut saat melihat wajahnya meskipun tertutup sebuah topeng. Hal itu terjadi karena semua orang di dalam istana sudah mengetahui bagaimana wajah buruknya yang terbakar.

"Kakak..." panggil Zaan lembut dimana terdapat kerinduan di dalamnya.

Zaan merasa sangat menyesal telah menjadi penyebab wajah kakaknya itu terlihat buruk. Namun hal itu bukan sepenuhnya kesalahan dirinya karena memang hal itu tidak bisa ia kendalikan saat berubah menjadi seekor naga.

"Kalau kau hanya ingin mengatakan hal itu, lebih baik kau pergi sekarang karena aku tidak ingin mendengar hal yang tidak penting." ujar Hazel tegas yang melihat Zaan sejenak lalu mengalihkan pandangannya lagi ke luar jendela.

"Aku ingin rakyat Vanderbilt merasa tenang." kata Zaan yang perlahan mulai menarik rasa penasaran Hazel.

"Kau bisa saja membuat rakyat Vanderbilt merasa tenang dengan menghilangkan wujud nagamu itu. Atau kau bisa saja..." 

"Tidak! Hal bodoh seperti itu tidak akan pernah aku lakukan." potong Zaan cepat.

"Kita harus meninggalakan kastil ini." sambungnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status