Share

Bab. 9 Sebuah Kepercayaan.

Zaan yang tidak berdaya untuk mengeluarkan daun itu dari tubuhnya merasa terpaksa menerima perlakuan yang menurutnya tidak adil untuk dirinya. Lagi pula dari awal dia memang tidak berniat buruk pada malaikat itu, hanya saja ia ingin mencari tahu apakah benar kalau seorang malaikat bisa menyembuhkan penyakitnya.

"Kalau begitu kau bisa tinggal di dalam kastil ini..." 

"Tunggu... kau tidak bisa memberitahu orang lain tentang identitasku yang sebenarnya kalau aku adalah seorang malaikat." sanggah Ethelyn dengan cepat.

"Aku tahu itu, aku akan mengatakan kalau kau adalah seorang penggembala yang tersesat dan sudah kehilangan keluarga. Aku berkata demikian agar bibi Fawn nanti tidak banyak bertanya mengenai dirimu. Aku bukanlah pembohong yang handal, maka dari itu bekerja sama lah dalam hal ini." tutur Zaan.

Ethelyn mulai merasa kalau pria yang ada di hadapannya itu adalah sosok yang baik, akhirnya ia memutuskan untuk tinggal di dalam kastil itu sesuai perintah Zaan.

"Tentu saja aku akan mengikuti arahanmu, sebelumnya aku minta maaf karena sudah bertindak tidak sopan dengan memasukkan daun itu pada tubuhmu, aku harap kau mengerti. Dan aku berterima kasih karena kau sudah mengijinkan aku tinggal di sini." ujar Ethelyn lalu tersenyum hangat.

Senyuman yang terukir di bibir Ethelyn, seketika membuat rasa sakit pada lengan kanan Zaan menghilang begitu saja. Namun dengan cepat ia mengalihkan pandangannya agar tidak larut dalam keanehan yang terjadi padanya saat melihat senyuman Ethelyn.

"Jadi, bolehkah aku mengetahui siapa namamu?" tanya Zaan yang sejenak menatap mata Ethelyn langsung. Kemudian mengalihkan pandangannya untuk melihat rambutnya karena ia tidak berani berlama-lama menatap mata Ethelyn.

"Namaku Ethelyn Ivoryna, kau bisa memanggilku Ethelyn." jawab Ethelyn.

"Ah... nama yang indah..." ujar Zaan dalam hati.

"Namaku Zaan Fitz Osvaldelrick, kau bisa memanggilku Zaan. Perlu kau ketahui saja, aku adalah seorang pangeran dari Kerajaan Vanderbilt namun saat ini aku hanyalah pria biasa yang hidup di dalam kastil bersama kakak perempuanku serta bibi Fawn, aku akan memperkenalkannya padamu nanti." sahut Zaan.

"Kalau begitu, ikuti aku. Aku akan menunjukkan sebuah kamar untukmu." 

Setelah itu Zaan berjalan terlebih dahulu dengan rasa nyeri yang masih terasa di susul oleh Ethelyn yang berjalan tidak jauh di belakangnya.

Saat keduanya memasuki ruang keluarga, tampak di sana Hazel serta bibi Fawn yang sudah menunggu Zaan kembali. Meskipun bibi Fawn sangat khawatir tentang apa yang baru saja terjadi, namun Hazel sepertinya tidak merasakan apa yang dirasakan bibi Fawn, tidak tampak raut khawatir dari wajah Hazel melainkan ia terkejut melihat Ethelyn yang berjalan di belakang Zaan, tak terkecuali bibi Fawn.

"Zaan, siapa yang datang bersamamu?" tanya bibi Fawn yang berdiri dari sofa lalu menghampiri Zaan perlahan.

Zaan berhenti sejenak setelah mendapatkan sebuah pertanyaan itu diikuti oleh Ethelyn yang mana ia sedang terpukau dengan keindahan arsitektur kastil itu, kemudian Zaan menjawab.

"Aku akan memberitahu kalian nanti, aku akan mengantarnya terlebih dahulu ke kamar untuk beristirahat." ujarnya sambil memandang bibi Fawn jauh.

Setelah itu Zaan bergegas pergi disusul Ethelyn ke sebuah kamar yang seterusnya akan ia gunakan sementara tinggal di bumi, dimana kamar itu tidak jauh dari kamar Zaan.

Sesampainya di depan sebuah pintu kayu yang terukir indah, Zaan membukanya lalu mempersilahkan Ethelyn untuk masuk.

"Kau, masuklah. Ini akan menjadi kamarmu seterusnya, untuk pakaian nanti pelayan yang akan mengantarkannya padamu." ujar Zaan sambil memegangi lengannya yang masih terasa nyeri namun tidak meninggalkan jejak atau bayangan daun di sana.

Untuk sesaat Ethelyn memperhatikan tangan Zaan yang terus memegangi lengan kanannya, kemudian ia masuk ke kamar mengikuti perintah Zaan.

Saat Zaan hendak pergi tanpa mengatakan apapun, Ethelyn yang melihatnya kemudian mencegahnya.

"Zaan..." panggilnya. Lalu menghampiri Zaan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status