Setelah “resmi” menjadi kekasih Fian, berita tersebut tersebar ke satu angkatan. Pada awalnya, semua erfikir ini adalah kisah yang “uwu” dan selalu berkata bahwa yang dilakukan Fian “berlebihan” dalam hal mencintai. Namun, sebenarnya itu adalah hal yang biasa dilakukan oleh sepasang kekasih. Entahlah.
“Yan, kenapa sih sama Rara? Kenapa ga sama Nana aja?” tanya Aurum dengan sinis melihat penampilanku.
Aku hanya terdiam dan berkata “bacot” dalam hati sambil tersenyum.
“Ceritamu sama Nana tuh gimana, sih? Kenapa dia sampe kelitan tergila-gila sama kamu? Pake pelet ya lu?”
“Pelet-pelet, makan ikan kali ah!” jawabnya dengan sinis
“Serius-serius, gimana?”
Lalu Fian pun menjelaskan. Pada awalnya, ialah yang mengejar-ngejar Nana dari kelas satu SMP. Fian yang saat itu merasa masih sangat cupu dan culun hanya bisa melihat dan mengagumi dari jauh. Namu, pad
Sesampainya di rumah, seperti basanya aku langsung bersih diri dan beristirahat sejenak sambil membuka handphone. Tidak lama, ada notifikasi line dari Fian!“Ra, yang diomong Putri tadi emang bener?”“Hah, ngga kok. Beneran deh.”“Lah?”“Aku aja tau dari Diah, tapi aku gapernah bilang apapun tentang Nana. Kenapa emang?”“Nana tuh ga penyakitan. Yang lagi sakit sekarang tuh kembarannya. Si Naya.”“Lah aku aja baru tau kalo Nana punya kembaran. Gatau tentang Nana dan gamau tau. Sumpah deh.”“Iya, aku percaya kamu kok.”Setelah itu, aku pun ketiduran. Ketika bangun tidur aku terkejut karena notifikasi line ku sangat banyak. Tidak seperti biasanya dan? Astaga!“Eh, Ra! Maksudmu apa sih?”“Kenapa tiba-tiba kamu ngomongin yang ngga-ngga tentang aku sih?”“Segitunya ngerasa t
“Mas Raja?” Ucap Putri sambil terkejut melihat Mas Raja ada di sebelah Nana.“Apa? Udah ngerasa superior?” Tanya Mas Raja sambil membuang tangan Nana.Tidak lama kemudian terlihat Fian yang tergesa-gesa menghampiriku.“Ra? Kamu gapapa?” tanyanya dengan nafas yang tersenggal-senggal. Kemudian aku hanya mengangguk untuk menandakan bahwa aku baik-baik saja.“Lah? Ngapain disini?” tanya Fian kepada Mas Raja yang masih saja berdiri di sebelah Nana.“Lewat, terus ngeliat Rara mau ditampar Nana, jadi mampir sini dulu. Yuk basketan bro!” jawabnya sambil menepuk pundak Fian dan tidak lama Mas Raja keluar dari kelas.Tentu saja setelah Mas Raja pergi, siswa perempuan di kelasku langsung membicarakan hal tersebut dan tindakan yang hampir saja dilakukan oleh Nana. \“Lain kali jangan di kelas sendirian lah Ra. Ke Manda kek, atau kemana gitu yang penting jangan sendirian,” kat
Aku pun mengikuti wali kelasku menuju ruang guru. Sepanjang perjalanan menuju ruang guru, wali kelasku tidak terlihat galak, tetapi sebaliknya ia terlihat sangat baik.Sesampainya di ruang guru, wali kelasku mengajak ke dalam ruangan kecil yang ada di ruang guru. Di dalam ruangan itu ada seorang wanita paruh baya dengan wajah yang sangat menenangkan. Siapa dia? Batinku di dalam hati.“Oh, ini Rara ya?” tanyanya dengan suara yang sangat lembut. Kemudian aku pun mengangguk.“Saya mama dari Nana.”Deg. Ngapain ini mamanya? Mau ikutan marahin juga? Aku sudah panik pada saat itu, tetapi wali kelasku, Bu Tika langsung menyaut.“Ini mamanya mau minta maaf sama perlakuannya Nana ke kamu selama ini. Saya tinggal dulu ya, bu. Nanti bisa panggil saya di depan.” Kata Bu Tika sambil meninggalkan kami berdua.Beberapa menit kami tidak saling bertatap dan tidak berbicara sama sekali. Kemudian mama Nana
Perempuan itu adalah Nana, ia meminta maaf kepadaku dan aku menyambutnya dengan senyum.“Boleh ngomong berdua aja ngga?”“Iya boleh, kemana?”“Di taman belakang sana. Nanti kita izin telat aja ke Bu Oni.” Aku pun menegiyakan permintaannya. Namun, aku berbicara kepada Mei agar kembali ke kelas terlebih dahulu dan kalau Bu Oni ada di kelass, aku meminta tolog untuk menghubungiku.Setelah itu aku pergi ke taman belakang bersama Nana.“Ra, maaf ya. Pasti kamu udah denger semua dari mama kan ya?” tanyanya dengan wajahnya yang sangat lembut. Berbeda dari biasanya.“Iya, mamamu udah cerita semua. Udah dimaafin kok.”“Aku masih boleh deket sama Fian kan?”“Iya, gapapa. Aku gapernah ngelarang kamu buat deket sama Fian lagi. Santai aja.”“Makasih ya, Ra. Sekali lagi aku minta maaf.”Kemudian kami berdua kembali ke kelas, tetapi d
Ujian yang berlangsung selama satu minggu itu akhirnya selesai juga. Aku, Mei, Lana dan Fian memutuskan untuk pergi ke salah satu mall di kotaku. Kami berempat memutuskan untuk memesan mobil melalui aplikasi ojol. “Eh, itu mobilnya udah sampe,” kata Mei sambil memastikan bahwa plat nomor mobil yang sudah sampai sesuai dengan di aplikasi. Kami berempat langsung masuk ke mobil dengan Lana di depan, aku, Mei dan Fian ada di kursi tengah dengan aku diantara Mei dan Fian. Kami berempat berencana untuk menonon film, makan dan berkeliling di mall itu. Sesampainya di mall itu, kami langsung menuju bioskop dan membeli tiket dan popcorn. Aku dan Mei bagian membeli popcorn dan minuman yang akan diambil nanti ketika akan mulai nonton. “Main yuk,” kata Lana kepada kami bertiga. “Ayo, skalian latihan buat class meeting hari Senin,” ujar Fian. “Oiya, Senin class meeting ya?” tanya Mei. “Hooh, kalian basket aja,” jawab Fian.
“Ara! Semangat ya!” sontak saja smeua orang yang berada di ruangan itu langsung menoleh ke arahnya. Orang ini ngapain? Aku yang mendengarkan itu langsung membuang muka dan segera menuju belakang panggung untuk persiapan lomba. “Ra? Orang itu kenapa?” tanya Mei kepadaku. Aku hanya menggelengkan kepala karena sebenarnya aku juga tidak tahu mengapa tiba-tiba ia seperti itu. Kemudian kami bertiga segera naik ke atas panggung karena cerdas cermat akan segera dimulai. Pada babak pertama, kami bisa meraih poin yang sangat tinggi. Poin tersebut mayoritas diperoleh oleh Mei yang sedari tadi panik dan mengatakan tidak usah belajar. Pada babak kedua ini, kami mendapatkan poin yang sama dengan salah satu kelas. Pemenang babak ini ditentukan oleh satu pertanyaan rebutan. “Negara mana yang dikenal dengan sebutan negara “adidaya”?” tanya si MC. Kriiing. Sontak aku langsung memencet bel. “Amerika,” jawabku. Pertanyaan
“Aku duduk disini ya,” ujarnya. Aku hanya tersenyum dan membuang mukaku.Lain halnya dengan perempuan yang berada di GOR itu, mereka terlihat sinis kepadaku karena lelaki idamannya duduk di sebelahku.Mei masih saja berteriak untuk menyemangati Mas Kafi, tetapi sebenarnya ia terlihat sedikit mengganggu jalannya permainan.GOR sangat berisik karena pertandingan berjalan dengan sangat panas. Kedua tim saling menyerang dan mencetak poin. Kekompakan tim sangat terlihat jelas dan tidak hanya bergantung pada salah satu pemain saja seperti yang dilakukan oleh kelas Mas Raja. Permainan penutup pada hari ini berakhir seri, sehingga diberikan waktu tambahan.Pada waktu tambahan ini, kedua tim bermain lebih sengit daripada biasanya. Mereka menyerang hingga pada akhirnya Mas Kafi terjatuh.“Hei?!” teriak Mei, karena permainan masih saja berlangsung padahal Mas Kafi sudah tegeletak.Mas Raja yang mengetahui Mas Kafi terjatuh langs
“Are you okay? Kabarin ya kalo ada apa-apa.” Pesan itu dikirimkan oleh akun dengan nama yang tidak kukenali di akun InstaJramku.Aku pun bertanya-tanya siapa pemilik akun ini, tetapi siapa yang diikuti dan siapa yang mengikuti tidak jelas, sehingga aku juga tidak tau siapa pemilik akun tersebut. Aku hanya berusaha untuk tidak mengindahkannya.“Kak, liburan nanti ke Kampung Inggris, ya?” tanya bunda sesampainya di rumah.“Okay bun.”“Mau ngajak Fian?” tanya bunda.“Aku tanya anaknya dulu, bisa apa engga.”Setelah itu aku langsung menghubungi Fian dan menanyakan apakah dia mau ikut denganku ke kampung Inggris selama seminggu.“Sorry Ra, gabisa. Ibu ku gabisa kasih biaya segitu,” ucapnya.Ketika Fian mengatakan bahwa ia tidak bisa menemaniku, aku sempat berfikir bahwa aku akan pergi sendirian saja, tetapi tidak lama Mei menghubungiku.