Haii pembaca Darren dan Renata. Apa kabar? Semoga semuanya baik-baik saja. Dan selamat beraktivitas di senin dengan penuh semangat. HR
“Iya, aku suaminya,” jawab Darren dengan cepat.“Selamat, Pak. Anaknya sudah lahir, laki-laki. Mari ikut kami,” ujar perawat tersebut kepada Darren.Darren tampak bernafas lega karena akhirnya Renata sudah melahirkan dengan selamat, dan sesuai dengan hasil USG mereka beberapa kali yang lalu mengatakan kalau anak yang ada di dalam kandungan Renata adalah seorang anak lelaki.“Kau sangat ganteng, hai jagoan,” ujar Darren saat melihat seorang bayi dengan tubuh yang tampak sehat, kulit putih dan sedang menangis. Padahal baru saja dibersihkan oleh suster.“Bapak boleh menggendongnya,” ujar suster kepada Darren.Dengan ragu dibantu oleh suster, Darren menggendong bayi tersebut yang seketika terdiam saat digendong oleh Darren.“Wah dia sudah hafal sama papanya nih, dia langsung diam,” ucap perawat itu dengan tersenyum. Karena dia melihat si bayi tampak sangat nyaman berada dalam gendongan ayahnya, walaupun Darren masih tampak takut-takut.Darren hanya tersenyum, ada rasa bahagia yang
“Secepat itu?” tanya Darren tidak percaya.Bahkan Darren langsung berjalan menuju ke ranjang Renata, dia ingin memastikan apa yang Renata ucapkan itu.“Memangnya kenapa? Bukannya lebih cepat lebih baik?” tanya Renata dengan nada yang ketus dan bahkan berdecak kesal menatap kearah Darren.Darren menghela nafas berat mendengar apa yang ditanyakan oleh Renata tersebut. “Kau masih dalam masa pemulihan. Apalagi kau melahirkan dengan cara operasi. Aku pikir kau butuh waktu untuk memulihkan dirimu.”Renata kembali berdecak. “Ck! Alasan saja, aku tidak butuh alasan seperti itu. bukankah dokter mengatakan luka ini akan segera sembuh? Dan juga ini menggunakan metode terbaru.”“Aku tidak pernah melarang kau untuk pergi, aku juga tidak akan menahan dan memaksa kau untuk tinggal. Namun, aku minta kau perhatikan juga kesehatanmu. Pulihkan tubuhmu setidaknya satu bulan, setelah itu kau boleh pergi,” ujar Darren mencoba untuk menahan Renata, dengan tujuan itu adalah demi kesehatan Renata.Walaupun Da
“Disini ternyata!”“Mama?” tanya Renata dengan keheranan saat melihat kedatangan Gia di rumah sakit tersebut dengan terburu-buru dan tampaknya penuh amarah.“Kenapa? Kau terkejut aku bisa tahu dimana kau dirawat? Itu tidak sulit!” jawab Gia dengan senyum sinis.Darren hanya menghela nafas berat, dia tahu kedatangan Gia pastinya ada maksud tertentu. Dan tidak mungkin Gia datang hanya karena ingin melihat kondisi Renata. Sebab saat Darren menelepon mereka beberapa hari lalu, keduanya sama-sama tidak peduli.“Terima kasih atas kedatangan mama disini, kami tidak menyangka kalau ternyata mama akan datang menjenguk Renata. Ini anak Renata, namanya Noah,” ujar Darrem sambil menunjuk kereta bayi yang berada di tangan hadapan bi Inah, karena mereka sudah bersiap untuk pulang.Gia melengos mendengar apa yang disampaikan oleh Darren, dan dia menatap sinis Noah yang sedang terlelap itu. “Aku tidak peduli dengan anak haram ini! Aku datang kesini juga bukan untuk memberikan selamat atau ucapan baha
Darren bahkan memejamkan matanya menahan amarahnya, bagaimana bisa orang tua yang sangat tidak peduli dengan kesehatan anaknya.“Mama sadar dengan apa yang mama katakan?” tanya Darren pelan.Sedangkan Renata tampak menatap kesal ke arah Gia, bahkan kedua tangannya memegang perutnya yang baru saja kemarin dioperasi.Lagi-lagi Gia tergelak mendengar pertanyaan dari Darren, dari tawanya sangat jelas terdengar kalau dia mengejek Darren. “Ya, pasti sadarlah! Perjanjiannya sudah selesai, kalian menikah hanya sampai anak yang ada di dalam perut Renata lahir. Dan ini adalah waktunya!”“Mama!” teriak Renata kesal sambil memegang perutnya. Sepertinya Renata sendiri tidak bisa menahan amarahnya dengan apa yang dilakukan oleh Gia.Bahkan Darren dan Gia terdiam dan melihat ke arah Renata dengan waktu yang bersamaan, mereka keheranan dengan Renata yang berteriak.“Mama mau jemput Renata?” tanya Renata memastikan.Darren tampak ingin membuka mulutnya, namun Renata mendelik sehingga mengurungkan niat
“Tidak ada yang bisa membawa Renata keluar dari sini kecuali aku!” teriak Darren yang kemudian berdiri di depan Renata untuk menghalangi Gia yang akan membawa Renata pergi.Gia tampak sangat kesal kepada Darren, bahkan dia mengangkat tangannya dan akan melayangkan tamparannya kepada sang menantu.Namun, dengan cepat Darren menangkap pergelangan tangannya. “Jangan sentuh aku ataupun Renata! Sedikit saja mama menyentuh kami, maka jangan salahkan aku kalau berbuat lebih kasar!”Gia meringis saat Darren melepaskan tangannya, dia bahkan meniup tangannya yang terasa perih akibat genggaman Darren yang cukup kuat. “Dasar kurang ajar! Aku tidak akan pernah memaafkanmu!”“Renata! Cepat menuju mobil! Atau kau mau diseret secara paksa oleh pengawal?” tanya Gia menatap Renata dengan tatapan yang tajam.Renata benar-benar merasa sedih, kali ini dia akan diperlakukan dengan cara yang menjijikkan oleh mama kandungnya sendiri. “Tidak! Renata tidak akan pernah kembali ke rumah itu! Kalian tidak pernah
“Baik, Bu!” jawab kedua orang itu dan bersiap akan menghajar Darren yang menghalangi jalan mereka. Bahkan keduanya menganggap remeh, karena tubuh Darren jauh lebih kecil daripada mereka.“Jangan salahkan kami, kau yang mencari mati!”“Sepertinya dia memang sudah bosan hidup!”Kedua orang pengawal Gia itu segera mengayunkan tangannya untuk menonjok wajah Darren, dan siap sangka kalau Darren mahir dalam ilmu beladiri. Bahkan dengan mudahnya Darren menghindari kedua orang itu dan membalas balik.Bught! Bught!Darren segera menghajar kedua orang itu dengan tanpa ampun. Dan beruntungnya tidak ada yang tahu apa yang terjadi di dalam ruangan tersebut, dan hanya dalam hitungan menit kedua pengawal yang kekar itu babak belur.“Kalian tidak berguna!” teriak Gia marah dan kesal saat melihat kedua bodyguardnya kalah melawan Darren yang memiliki tubuh jauh lebih kecil dari mereka.Gia segera meninggalkan ruangan itu dengan kesal. “Awas saja kau Darren, kau akan segera mati!”Darren tidak peduli de
“Kenapa?” tanya Renata sinis. Jelas saja dia pasti tidak setuju dengan rencana Darren, sebab kalau mereka memutar ke kota itu akan membuat mereka semakin lama di jalanan.“Baik, Pak,” jawab Joko yang sepertinya baru menyadari sesuatu di belakang mereka. Dan Joko paham maksud Darren, dia hanya mau melindungi semua orang yang berada di dalam mobil.Darren tahu kalau Martano juga sudah tahu dimana mereka tinggal, tapi Martano hanyalah tahu kalau itu adalah rumah majikan Darren. Dan Darren tidak mau Martano mengetahui semua tentang dia saat ini. “Aku butuh waktu yang cukup lama untuk muncul ke hadapan Martano sebagai putra dari Rudi Zervano. Dimana pada saat itu tiba, aku harus meyakinkan kalau aku bisa melawannya!”“Joko! Kalian ini ada apa? Untuk apa kita muter-muter membuat kita semakin lama di jalanan. Sedangkan aku butuh istirahat secepatnya! Aku mengantuk!” ujar Renata marah karena dia tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh Darren dan sang sopir.“Tolong pahami dan ikuti saja,
“Jangan mengada-ada, Darren!” teriak Renata tidak percaya.Renata pastinya berpikir kalau kedua orang tuanya tidak akan melakukan hal keji seperti itu. Dan juga keinginan dari orang tuanya adalah menginginkan dia pulang ke rumah dan menemani koleganya, bukan membunuhnya.Darren mengangguk. “Aku tidak mengada-ada. Aku tidak mau mereka mengejar sampai ke rumah tinggal kita. Dan kau juga pastinya tidak mau kan diseret dengan paksa? Kalau mereka tahu itu adalah rumah kita, maka aku jamin ke depannya hidup kita tinggal disana tidak lagi nyaman.”Renata menggelengkan kepalanya, dia masih ingin menyangkal semuanya dan dia masih percaya kalau kedua orang tuanya tidak mungkin melakukan itu kepadanya. Karena ini sangat menakutkan dan beresiko kecelakaan.“Tidak! Tidak Mungkin! Mereka tidak mungkin melakukan hal seperti ini! Aku anak mereka!” teriak Renata yang seolah benar-benar menolak kenyataan yang ada.“Oek! Oek!”Noah yang terkejut mendengar teriakan Renata terbangun dari tidurnya dan mena