Share

Chapter 8

"Aku? Ada apa?" tanya Darren kebingungan sambil menunjuk dirinya sendiri, namun matanya terus memperhatikan Kodir.


Kodir mengangguk percaya diri; "Ada berkas penting yang hilang di ruangan pak Martano. Dan orang yang terakhir kali masuk kesana adalah kau!"


Darren diam membeku mendengar tuduhan yang ditujukan kepadanya itu. Dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar.


"Entah kapan berkas itu hilang, yang jelas kau adalah orang yang paling tertuduh. Sekarang mengaku saja sebelum masalah ini dibawa ke pihak berwajib!" sambung Kodir dengan wajah yang berapi-api, bahkan matanya mengintimidasi.


Darren tidak terima dengan tuduhan itu, namun dia juga harus menahan dirinya agar semua tidak menjadi boomerang baginya. "Apa yang harus aku akui? Aku tidak mengambil atau menghilangkan apapun, aku hanya merapikan semua yang berantakan diatas meja sesuai dengan tugas kita seharusnya."


"Jangan menyangkal!" tiba-tiba sebuah suara dari arah pintu membuat semua orang terdiam. Dan tidak berapa lama terlihat Martano bersama dengan manajer keamanan datang.


"Hanya kau yang masuk ke ruanganku hari ini!"


Darren tersentak mendengar apa yang dikatakan oleh Martano, bahkan wajah itu penuh intimidasi seperti yang dia temui sore kemarin.

"Tapi, akuu--"

"Diam!"

Martano membentak Darren, hingga membuat bukan hanya Darren yang terdiam, melainkan semua orang yang berada disana. Baru kali ini mereka mendengar kemarahan Martano yang selama ini terlihat tidak peduli dengan karyawan rendahan seperti mereka.

"Aku benar tidak mengambil apapun!" jawab Darren dengan tegas. Dia tidak terima dituduh sembarangan. "Bahkan aku saja tidak tahu apa yang kalian maksud, aku baru saja duduk di sini dengan semua tugas yang kau berikan!"

Kali ini Darren benar-benar tidak bisa menahan dirinya, dia diam dengan semua beban berlebihan yang harus dia kerjakan selama ini, namun jika sudah menyangkut harga dirinya dengan tuduhan pencurian dia tidak akan diam saja!

"Kenapa reaksimu sangat berlebihan?" tanya Martano tersenyum sinis ke arah Darren. "Kau memberikan reaksi seolah-olah kau tahu berkas apa yang hilang."

Darren menghela nafas berat, dia benar-benar melihat kalau ini adalah sesuatu yang direncanakan. Karena dia melihat Martano begitu tenang dan selalu tersenyum mengejek ke arahnya; "Ini menyangkut harga diri! Aku tidak terima dengan tuduhan sebagai pencuri. Bagiku kejujuran dalam melakukan sesuatu adalah hal yang paling utama, pantang bagiku mencuri dan merugikan orang lain!"

Mata Darren menatap Martano dengan nyalang, seolah dia sedang menyinggung sang mertua yang telah menghancurkan kehidupan mereka demi harta dan kekuasaan.

"Apa maksudmu?!" tanya Martano setelah beberapa saat terdiam.

Darren tidak menjawab, dia hanya melengos mendengar pertanyaan Martano. Bahkan perseteruan itu terlihat menjadi seperti masalah keluarga, karena sejak tadi yang terus bernicara adalah Darren dan Martano, menantu dan mertua.

Darren mengumpat dalam hatinya; "Sepertinya dia tahu siapa aku sebenarnya. Tatapannya sangat mencurigakan."

"Kenapa hanya diam? Kembalikan berkas itu dan aku akan memaafkanmu, mengingat kau adalah menantuku," ucap Martano kemudian.

Darren menggeleng; "Aku tidak pernah mengambil apapun! Periksa saja sendiri kalau tidak percaya."

Martano memerintahkan kepada dua orang satpam yang baru saja menyusulnya untuk memeriksa semua barang-barang milik Darren, seperti loker dan juga tas pribadinya.

"Kenapa hanya aku?" tanya Darren keheranan karena dua orang sekuriti itu seolah-olah sudah begitu paham kalau hanya Darren yang harus diperiksa.

"Karena hanya kau yang mengambilnya!" jawab Martano kesal.

Darren benar-benar dibuay marah, dia diperlakukan dengan tidak benar. Mereka seenaknya menggeledah dan membongkar lokernya, namun rekan-rekannya yang lain tetap aman dan hanya jadi penonton.

"Ini tidak adil! Kalian memperlakukanku dengan tidak adil! Katakan apa sebenarnya yang kalian inginkan!" teriak Darren marah dan membanting semua barang-barang yang ada, bahkan yang di meja pak Kodir juga.

Braaaak!

"Seandainya kau mengaku sejak awal, hal seperti ini tidak mungkin terjadi!" Kali ini suara pak Kodir - managernya, menggema di dalam ruangan yang sempit itu.

"Apa ada bukti aku melakukannya?" tantang Darren kemudian. Saat ini Darren sudah siap kehilangan pekerjaannya, dia pastikan kalau orang-orang yang menyakitinya akan menyesal kelak.

"Rekaman CCTV sedang di-copy dan siap-siap saja kau akan masuk penjara. Sebelum hal itu terjadi, mengaku akan lebih memudahkan semuanya," jawab Martano kemudian mendekati Darren dan berdiri tepat di depannya, hingga jarak mereka hanya beberapa centimeter saja.

"Aku tidak akan tinggal diam, dan kalian akan menyesal telah melakukan ini kepadaku!" jawab Darren marah.

Namun, tiba-tiba Martano mendekati bibirnya ke telinga Darren, sepertinya akan mengatakan sesuatu.

"Jangan mencoba untuk mencari tahu sesuatu yang akan merugikan dirimu sendiri. Jadilah penurut dan tandatangani surat yang nanti aku tawarkan!" bisik Martano dintrlinga Darren.

Darren terdiam, dia mengepalkan tangannya. Ingin sekali rasanya dia menghajar lelaki paruh baya itu. Setelahnya, Martano kembali memerintah anak buahnya. "Bawa dia ke ruanganku!" 

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status