Share

Chapter 8

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2023-05-17 10:01:06
"Aku? Ada apa?" tanya Darren kebingungan sambil menunjuk dirinya sendiri, namun matanya terus memperhatikan Kodir.


Kodir mengangguk percaya diri; "Ada berkas penting yang hilang di ruangan pak Martano. Dan orang yang terakhir kali masuk kesana adalah kau!"


Darren diam membeku mendengar tuduhan yang ditujukan kepadanya itu. Dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar.


"Entah kapan berkas itu hilang, yang jelas kau adalah orang yang paling tertuduh. Sekarang mengaku saja sebelum masalah ini dibawa ke pihak berwajib!" sambung Kodir dengan wajah yang berapi-api, bahkan matanya mengintimidasi.


Darren tidak terima dengan tuduhan itu, namun dia juga harus menahan dirinya agar semua tidak menjadi boomerang baginya. "Apa yang harus aku akui? Aku tidak mengambil atau menghilangkan apapun, aku hanya merapikan semua yang berantakan diatas meja sesuai dengan tugas kita seharusnya."


"Jangan menyangkal!" tiba-tiba sebuah suara dari arah pintu membuat semua orang terdiam. Dan tidak berapa lama terlihat Martano bersama dengan manajer keamanan datang.


"Hanya kau yang masuk ke ruanganku hari ini!"


Darren tersentak mendengar apa yang dikatakan oleh Martano, bahkan wajah itu penuh intimidasi seperti yang dia temui sore kemarin.

"Tapi, akuu--"

"Diam!"

Martano membentak Darren, hingga membuat bukan hanya Darren yang terdiam, melainkan semua orang yang berada disana. Baru kali ini mereka mendengar kemarahan Martano yang selama ini terlihat tidak peduli dengan karyawan rendahan seperti mereka.

"Aku benar tidak mengambil apapun!" jawab Darren dengan tegas. Dia tidak terima dituduh sembarangan. "Bahkan aku saja tidak tahu apa yang kalian maksud, aku baru saja duduk di sini dengan semua tugas yang kau berikan!"

Kali ini Darren benar-benar tidak bisa menahan dirinya, dia diam dengan semua beban berlebihan yang harus dia kerjakan selama ini, namun jika sudah menyangkut harga dirinya dengan tuduhan pencurian dia tidak akan diam saja!

"Kenapa reaksimu sangat berlebihan?" tanya Martano tersenyum sinis ke arah Darren. "Kau memberikan reaksi seolah-olah kau tahu berkas apa yang hilang."

Darren menghela nafas berat, dia benar-benar melihat kalau ini adalah sesuatu yang direncanakan. Karena dia melihat Martano begitu tenang dan selalu tersenyum mengejek ke arahnya; "Ini menyangkut harga diri! Aku tidak terima dengan tuduhan sebagai pencuri. Bagiku kejujuran dalam melakukan sesuatu adalah hal yang paling utama, pantang bagiku mencuri dan merugikan orang lain!"

Mata Darren menatap Martano dengan nyalang, seolah dia sedang menyinggung sang mertua yang telah menghancurkan kehidupan mereka demi harta dan kekuasaan.

"Apa maksudmu?!" tanya Martano setelah beberapa saat terdiam.

Darren tidak menjawab, dia hanya melengos mendengar pertanyaan Martano. Bahkan perseteruan itu terlihat menjadi seperti masalah keluarga, karena sejak tadi yang terus bernicara adalah Darren dan Martano, menantu dan mertua.

Darren mengumpat dalam hatinya; "Sepertinya dia tahu siapa aku sebenarnya. Tatapannya sangat mencurigakan."

"Kenapa hanya diam? Kembalikan berkas itu dan aku akan memaafkanmu, mengingat kau adalah menantuku," ucap Martano kemudian.

Darren menggeleng; "Aku tidak pernah mengambil apapun! Periksa saja sendiri kalau tidak percaya."

Martano memerintahkan kepada dua orang satpam yang baru saja menyusulnya untuk memeriksa semua barang-barang milik Darren, seperti loker dan juga tas pribadinya.

"Kenapa hanya aku?" tanya Darren keheranan karena dua orang sekuriti itu seolah-olah sudah begitu paham kalau hanya Darren yang harus diperiksa.

"Karena hanya kau yang mengambilnya!" jawab Martano kesal.

Darren benar-benar dibuay marah, dia diperlakukan dengan tidak benar. Mereka seenaknya menggeledah dan membongkar lokernya, namun rekan-rekannya yang lain tetap aman dan hanya jadi penonton.

"Ini tidak adil! Kalian memperlakukanku dengan tidak adil! Katakan apa sebenarnya yang kalian inginkan!" teriak Darren marah dan membanting semua barang-barang yang ada, bahkan yang di meja pak Kodir juga.

Braaaak!

"Seandainya kau mengaku sejak awal, hal seperti ini tidak mungkin terjadi!" Kali ini suara pak Kodir - managernya, menggema di dalam ruangan yang sempit itu.

"Apa ada bukti aku melakukannya?" tantang Darren kemudian. Saat ini Darren sudah siap kehilangan pekerjaannya, dia pastikan kalau orang-orang yang menyakitinya akan menyesal kelak.

"Rekaman CCTV sedang di-copy dan siap-siap saja kau akan masuk penjara. Sebelum hal itu terjadi, mengaku akan lebih memudahkan semuanya," jawab Martano kemudian mendekati Darren dan berdiri tepat di depannya, hingga jarak mereka hanya beberapa centimeter saja.

"Aku tidak akan tinggal diam, dan kalian akan menyesal telah melakukan ini kepadaku!" jawab Darren marah.

Namun, tiba-tiba Martano mendekati bibirnya ke telinga Darren, sepertinya akan mengatakan sesuatu.

"Jangan mencoba untuk mencari tahu sesuatu yang akan merugikan dirimu sendiri. Jadilah penurut dan tandatangani surat yang nanti aku tawarkan!" bisik Martano dintrlinga Darren.

Darren terdiam, dia mengepalkan tangannya. Ingin sekali rasanya dia menghajar lelaki paruh baya itu. Setelahnya, Martano kembali memerintah anak buahnya. "Bawa dia ke ruanganku!" 

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 143

    Seorang dari mobil putih tersebut melepaskan tembakannya ke arah mobil Darren. Braaaak! Jedaaaar! Setelah suara tembakan yang bergema di tengah malam itu, sebuah ledakan yang kali ini terdengar. Darren tidak bisa mengelak, karena memang dia pergi tanpa pengawal. Dan juga sepertinya pelakunya adalah penembak jitu, peluru yang dilepaskan tidak meleset. "Papa, mama…," hanya suara memanggil kedua orang tuanya yang keluar dari mulut Darren sebelum semuanya menggelap. Ternyata, peluru tepat mengenai kepala Darren, sehingga mobil dengan kecepatan tinggi tersebut kehilangan kendali dan akhirnya menabrak pembatas jalan dengan keras dan mobil b guling-guling beberapa puluh meter yang akhirnya meledak. "Tolong ada kecelakaan!" teriak orang-orang yang melihat kejadian sehingga dalam beberapa menit saja tempat kejadian dikerumuni dengan orang-orang yang berusaha menolong Darren memadamkan api dan mengeluarkan Darren dari dalam mobilnya. Sementara itu, mobil putih pelaku penembakan terhadap D

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 142

    "Jadi, mama kamu melihat?" tanya Darren penasaran.Renata menggelengkan kepalanya. "Beruntungnya aku melihat kedatangan mama dan rombongan lebih dulu. Jadi, aku meminta kepada semua karyawan untuk mengatakan kalau pemiliknya gak ada jika ada yang bertanya."Darren mengelus lembut rambut sebahu Renata, dia sangat merasa takut kalau suatu saat Gia datang lagi ke butik dan bertemu dengan Renata secara langsung.“Kamu jangan terlalu sering muncul, karena suatu saat tetap akan terjadi lagi seperti ini. Aku bukannya melarang kamu bertemu dengan mamamu, tapi ini belum waktunya,” ujar Darren kepada Renata.Lambat laun, Renata dan Gia pasti akan bertemu. Sebab, usaha yang Renata geluti saat ini sasarannya adalah orang-orang kaya dengan gaya hidup mewah. Dan sudah pasti Gia termasuk di dalam sana. Dan seperti yang diketahui kalau kelompok Gia tersebut sangat senang kalau memakai pakaian buatan luar negeri.“Kalau Gina sudah kembali, pastinya aku akan lebih banyak di dalam ruanganku kok. Ini kar

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 141

    "Astaga, Bu. Membuat aku terkejut saja," ujar Darren sembari memegang dadanya karena kaget."Jangan banyak alasan! Semalam kamu nginap tempat Renata? Kenapa telepon dan pesan dari ibu tidak mau gubris?" tanya Amina lagi dengan tegas.Darren tidak menjawab, dia hanya tersenyum dan memegang pundak Amina dengan lembut."Aku menginap di hotel, Bu. Rasanya malas banget nyetir karena sudah malam, akhirnya aku memilih untuk menginap di hotel saja," jawab Darren kepada Amina.Darren sengaja tidak mengakui kepada Amina dimana dia menginap. Karena sudah pasti akan memancing keributan, dan Amina akan menasehatinya sepanjang hari."Jangan berbohong!" bentak Amina. Sebab Amina begitu mengenal Darren, dan Amina juga sudah menganggap Darren adalah anak kandungnya. Dia tidak mau kalau Darren jatuh ke dalam kesalahan."Serius, Bu," jawab Darren mencoba membela diri.Sementara itu, Alisa yang mendekat ke arah Amina dan Darren tampak memberikan Darren kode dengan mengedipkan matanya dan memegang leher.

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 140

    Mungkin kerinduan mereka yang memuncak, atau karena terbawa suasana malam yang dingin, keduanya saat ini sudah saling berhadapan, dan tidak tahu siapa yang memulai, keduanya saat itu sudah bercumbu dengan lembut dan berbagi oksigen."Terima kasih," ucap Darren sambil terus merapatkan tubuhnya kepada tubuh Renata. Dan tangan keduanya saat ini sudah saling meraba satu sama lain.Malam yang semakin dingin, keduanya masih berpagutan dan melupakan makanan hangat yang sudah dimasak oleh Renata. Karena saat ini keduanya masih saling menghangatkan.Renata menggigit bibirnya karena menahan suara panas yang akan terlepas dari bibirnya, karena tidak mampu menahan sentuhan tiap sentuhan yang lembut dari Darren."Lepaskan saja, sayang. Hanya aku yang mendengarnya," bisik Darren sembari berusaha melepaskan pengait yang berada di punggung Renata. Sedangkan baju yang menutupi tubuh Renata sudah terlepas sejak tadi.Akhirnya Renata benar-benar mengeluarkan suara desahannya kala Darren mulai mencapai t

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 139

    "Apaan sih?" tanya Renata sambil mendelik ke arah Darren. Sebab dia tahu kalau Darren sedang menggodanya."Aku serius. Aku datang kesini untuk melihat kamu bukan untuk belanja di butik," jawab Darren santai dan mengedipkan matanya.Renata melengos, Darren benar-benar berhasil membuatnya salah tingkah. Sebab, walaupun dia terlihat kesal kepada Darren. Tapi, di dalam hatinya merasa begitu senang saat tahu kalau Darren masih peduli dan datang menemuinya."Aku sibuk. Banyak pelanggan, Darren," jawab Renata kemudian."Aku akan menunggu sampai butik kamu tutup," jawab Darren santai."Dimana?" tanya Renata kemudian."Dimana saja boleh, yang penting kamu izinkan," jawab Darren.Renata menghela nafas berat, Darren mulai kumat keras kepalanya. Dan seperti biasanya, tidak akan ada orang yang bisa menyuruhnya pergi."Kamu tunggu di atas aja ya, soalnya saat ini Gina gak ada. Jadi, aku akan membantu melayani pelanggan. Karena banyak barang baru masuk, jadi pelanggan pada rebutan mau koleksi terbar

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 138

    “Gapapa,” jawab Alisa tergelak.“Hei, kamu pasti tahu sesuatu. Memangnya ada apa kalau aku mau ke rumah Renata mala mini. Kan kebetulan sekarang aku sudah pulang kerja, dan besok kan hari libur. Gak salah kan kalau aku ke rumahnya?” tanya Darren membela diri.Darren tidak mau terlihat kalau dia sangat antusias untuk bertemu Renata, namun Darren juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau dia sangat senang saat mengetahui kalau Renata cemburu kepadanya.“Iya, kan sekalian malam mingguan. Padahal tadinya aku mau ikut, tapi saat ingat ini adalah malam minggu sepertinya aku harus mengurungkan diri kesana, apalagi dalam suasana yang syahdu. Gina juga saat ini sedang tidak ada di rumah,” kekeh Alisa yang kemudian segera berlari meninggalkan Darren dan menemui Noah yang tampak sedang asyik bermain dengan Amina dan pengasuhnya.“Sekarang main sama Aunty, ya,” ujar Alisa kepada Noah. Karena Alisa melihat kalau Amina dan pengasuhnya sudah sangat kewalahan mengajak Noah bermain bola dan ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status