Nafas berat Druf semakin terasa. Elena tak dapat lagi menutupi kegeliannya. Bahkan nafasnya memburu. Ia merasa sesuatu yang nyaman dan geli bersamaan. Hingga tanpa sadar ia mencengkram rambut Druf kuat. Dan mulutnya tanpa sengaja mengeluarkan erangan yang kemudian ia tahan. Druf bergerak. Mungkin ia terjaga karena cengkraman tangannya. Elena menatap Druf yang tengah menatapnya sayu. Dan entah atas dorongan apa. Elena mencium bibir Druf. Mengulumnya. Ia merasakan kenikmatan luar biasa saat melakukannya. “Jangan Elena. Aku akan menikahimu sesuai adat bangsamu.” Ucap Druf saat bisa menghindar. Elena menatapnya dengan nafas yang semakin memburu. “Ta..Tapi.” Elena menyatukan dahinya dengan dahi Druf. Hidungnya mencium wangi nafas Druf yang menggoda. Ia kembali kehilangan akal sehatnya. Mengecup bibir Druf kembali dan merasakan kenikmatan yang mungkin tak banyak orang tahu. Tanpa sengaja tangannya menyentuh dada Druf yang bidang dan berotot. Tangannya mengusapnya dan memainkannya. Druf
Deru mobil Brian terdengar. Druf yang sedari tadi menunggu dalam diam masih mematung. Tiga jam ia duduk di sana. Dengan wajah datar tanpa bicara sepatah kata pun. Elena gelisah menatapnya. Sementara David duduk dengan lesu di dekat pintu yang mengunci Anggelica. Kadang-kadang gadis itu masih berteriak. Pintu terbuka. Brian muncul di sana dengan wajah muram. Tak lama setelahnya muncul seorang gadis cantik berambut pendek. Matanya berbinar melihat ke arah Druf yang masih tidak menatapnya. “Druf.” Gadis itu berlari dengan riangnya. Ditangkupnya wajah Druf dengan kedua tangannya.”Lama sekali kita tidak berjumpa.” Ucapnya tersenyum. Brian menatap frustasi ke arah Dilara. Bagaimanapun ia sudah sangat mencintai gadis itu. Hatinya sedikit sakit melihat gadisnya begitu memuja tuannya. Druf yang tidak merespon apapun berdiri. Bahkan ia sama sekali tidak melihat ke arah Dilara. “Brian, bawa dia ke kamarmu.” Ucap Druf. “Tidak. Aku tidak mau. Aku masih ingin bicara denganmu.” Teriak D
Seorang wanita cantik berdiri menatap Elena lekat. Matanya merah menyala di penuhi kemarahan. Elena ketakutan. Diliriknya Druf yang tengah memandang wanita itu dengan waspada. “Itu siapa?” Bisik Elena di telinga Druf. Kemunculannya yang diawali dengan makhluk berjubah hitam yang kini sedang menawan para undangan. Membuat Elena yakin, jika wanita itu bukan teman. “My Mom.” Ucap Druf datar. Elena terkejut mendengar jawaban itu. Bukan karena usia wanita cantik itu yang tampak muda. Melainkan ia masih mengingat ucapan Frans tempo hari untuk tidak mendekati wanita itu, meski dia ibu Druf sekalipun. “Paman Sam, keluarlah!!!” Teriak Druf. Seorang pemuda muncul dari balik kursi yang Druf duduki. Brian dan Frans terkejut mengetahui keberadaannya. Bahkan keduanya yakin jika tuannya sengaja menyembunyikan keberadaannya. “Heh, mau apa kau Sam!!” Ucap wanita itu lantang. Para undangan menahan nafas. Mereka kenal betul siapa wanita ini. Dia adalah Ratu Victoria, ratu kegelapan. Seolah
“Sebelum kau melawan tuanku. Hadapi kami dulu!!” Teriak Brian dan Frans bersamaan. Ratu Victoria menyeringai. “Kalian bukanlah tandinganku HUH!!”Gertaknya. Druf memegang satu bahu Frans dan satu bahu Brian. Keduanya menoleh. “Kalian..Pergilah susul Samuel dan Elena.” Ucap Druf dalam mindline. “Tapi tuan.” Ucap Brian dan Frans bersamaan. “Ini perintah... Aku titipkan Elena dan anakku.”Mata Druf terlihat sendu. “...........” Frans dan Brian saling pandang, menunduk lalu mundur. Mata Druf bertemu dengan mata ibunya. Dua bola mata yang dulu pernah berwarna sama kini telah berubah. Druf memandang dengan iba sedangkan ibunya memandangnya penuh gairah. Ia tidak tahu mengapa harus seperti ini. Apakah ia sanggup melawan ibunya sendiri. “Seraaaang!!!!!” Perintahnya kepada setiap yang hadir. William langsung mengambil alih. Sebagai jenderal ia langsung memimpin para vampir melawan makhluk berjubah hitam. Sedangkan Druf fokus pada ibunya. “Pangeranku yang tampan. Aku tidak tahu a
Pesawat yang membawa Elena tiba di Sydney. Mereka di jemput seorang lelaki setengah baya ber-jas rapi yang tak lain bawahan Druf di perusahaan Sydney Blue Sky. Selama perjalanan Samuel tidak banyak bicara. Sebenarnya ia sudah mengetahui kabar Druf yang sedang koma. Ia chattingan dengan William. Membantunya melakukan penyelamatan darurat sebisa mungkin. Ia mengirim pesan-pesan yang harus William lakukan. Andaikan Frans ada di sana ia tidak akan sehawatir ini. Samuel mendesah. Pikirannya kalut. Wajahnya tampak muram dan kusut. Elena yang melihat hal itu memandangnya dengan curiga. “Apa kau sudah mendapat kabar dari William?” Tanyanya antusias. “Eh, belum.” Kejut Samuel. Dengan cepat ia menyembunyikan ponselnya di saku jasnya. Elena melihat gerakan Samuel yang menurutnya mencurigakan. “Tolong, jangan sembunyikan apapun dariku.” Ucap Elena dengan mata berkaca-kaca memandang Samuel.”Aku akan lebih menderita jika kau menyembunyikan sesuatu dariku. Aku berjanji akan tangguh dan siap
Kegelapan wilayah hutan Epping tampak semakin menyempurnakan suasana mistis di dalamnya. Sesekali angin yang menerpa dedaunan menimbulkan gemerisik yang menambah suasana lebih mencekam. Kengerian dan suasana menakutkan yang dibangun oleh kisah kekejaman yang terjadi di hutan itu. Telah melahirkan pandangan baru dalam kepercayaan masyarakat, bahwa hutan itu berhantu. Namun di balik semua itu pemerintah London mengupayakan keamanan dan mengizinkan para wisatawan untuk berkunjung ke hutan tersebut. Karena itulah ada banyak bangunan sebagai fasilitas yang dibutuhkan masyarakat. Selain itu terdapat juga bangunan lain sebagai bagian dari upaya pemerintah mengawasi keamanan hutan. Dimana di dalamnya juga terdapat sarana lengkap berupa sarana pendidikan dan sebagainya. Area itu disebut Blue Sky. Area yang terkenal karena kualitas pendidikannya. Dan juga pusat perusahaan terbesar dunia. Bangunannya yang megah dengan berbagai sarana teknologi lengkap. Merupakan rumah pemilik sekaligus pendiri
Elena kegirangan. Sepertinya dia tidak salah meneruskan pendidikannya di kampus Blue Sky ini. Bisa dibilang selain nge-trend kampus ini memiliki sejarah prestasi yang sangat panjang. Jadi dedikasinya dalam mencetak mahasiswa unggulan tak perlu diragukan lagi. Bahkan kampus ini menduduki peringkat nomer tiga terbaik dunia. “Ya ampun, El. Aku tak menyangka kau akan segirang ini,” ucap Risma. “Ini kerren tahu,” ucap Elena seraya berjalan mundur. Matanya sibuk memperhatikan bangunan kampus dan pemandangan di sekitarnya. Hingga tanpa sadar ia menabrak seseorang dan terjatuh. Seolah sudah menjadi bagian takdirnya. Ketika terjatuh, tanpa sengaja kepalanya terbentur batu taman dan terluka. Bumi serasa berputar dikepalanya hingga kegelapan menyelimuti. Pernah dengar seseorang yang meninggal hanya karena terpeleset di kamar mandi ? Ya, ini salah satu kejadian sederhana yang berakibat fatal. Bedanya, kepala Elena hanya terluka. Jika sampai menyebabkan kematian. Maka, kita tutup saja kisah i
'Mom, aku merindukanmu, ‘ batin Druf. Ia berdiri di balkon rumahnya dengan tatapan dingin. Dihirupnya udara hutan yang segar. Suasana hutan Epping yang rimbun terlihat indah di siang hari. “Tuan, sesuai tradisi, kita akan mengadakan pesta pengukuhanmu sebagai pangeran vampir. Satu-satunya keturunan langsung raja Cezar, raja ketiga Transylvania. Penguasa hebat. Rajanya para raja. Kaisar para vampir.” Druf sama sekali tak berekspresi menyambut berita baik itu. Apa yang bisa ia banggakan. Justru sebagai keturunan raja. Dialah keturunan yang bisa dibilang cacat. Ia terlahir dengan virus yang ikut tumbuh di tubuhnya. “Jangan lupa paman. Bahwa aku terinfeksi sejak dalam kandungan. Kau sendiri yang mengatakannya. Darah murni vampir kau bilang.” Ucapnya. “Justru itulah tuanku. Kau akan lebih hebat dari ayahmu. Bahkan lebih hebat dari kakek dan buyutmu.” Druf sekali lagi sama sekali tak berekspresi. Iris matanya mendadak berubah hitam pekat. Samuel melihat perubahan itu. Entah ada