“Kami juga tidak mengerti, secara tiba-tiba saja mereka kejang dan memuntahkan darah segar!” ungkap Derry secara detail.
“Urus jenazah mereka dengan beres dan jangan meninggalkan jejak sedikit pun!” bisik Bram dari sambungan telepon.Dokter dan perawat hanya menatap aneh tingkah pasien yang mereka rawat, Roni melirik tajam kearah dokter beserta perawat yang sedang mengobati luka Bram, seketika mereka berdua memalingkan pandangannya dan bergegas menyelesaikan jahitan luka Bram.
“Roni antar aku pulang ke rumah. Setelah itu kau pergi ke apartemenku tidurlah di sana!” perintah Bram.
“Baik Tuan!” Roni membungkukkan badannya. Mobil pun melaju menuju rumah yang jauh dari kebisingan lalu lintas kota, setelah sampai di rumah, Bram menuju lantai atas dia masuk kesalah satu kamar yang terletak di pojok kanan. Tak lama kemudian Bram keluar dan dia turun menuju ruang kerja Kayla, pemuda itu memilih tidur di“Maafkan saya, Non!” ucapnya lirih. Roni keluar dan membukakan pintu, Kayla mengajak Roni mampir ke rumahnya tapi bodyguard Bram itu menolak karna dia harus menjemput Bram di kantor. “Kenapa tadi tidak sekalian saja?” Kayla menyilangkan tangan di dada. “Tuan Bram harus mengunjungi proyek, Lagi pula jalannya berlawanan!” ucapnya dengan wajah yang datar tanpa ekspresi. “Ya sudah, buruan jemput dia. Nanti kamu kena semprot!” Kayla melangkah ke dalam rumah, langkah kaki yang tak seimbang membuatnya menyenggol furnitur yang terletak di meja sebelah tangga, ketika ia memasuki kamar Kayla merebahkan badannya di ranjang karna merasa haus Kayla keluar kamar dan berteriak memanggil asisten rumah tangganya. “Bik Inah, tolong buatkan orange jus!” pekik Kayla di depan pintu kamar, teriakkannya tersebut tidak dapat respons dari Bik Inah mau pun orang lain yang bekerja di rumahnya. “Ke mana perginya Bik Inah?” “Bib
Gadis penuh energik itu melanjutkan perjalanannya menuju kantor dia tidak ingin terjadi sesuatu kepada orang kepercayaan ya, saat dia fokus mengemudikan mobilnya ia teringat akan ibu dan adiknya yang berlibur bersama Boy. “Astaga! bagaimana dengan ibu dan Tasya?” Kayla meraih telepon genggamnya di tas dan segera menelepon Erlina yang berada di luar kota. “Angkat Bu, Kayla ingin memastikan ke adan kalian berdua....” Masih sibuk menghubungi Erlina seraya memperhatikan jalan. ‘Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan....’ terdengar suara operator yang bicara. “Kurang ajar kau, Boy! Akan kupastikan kau membayar semua tindakanmu ini!” Kayla mengepalkan kedua tangannya. Kayla juga meyakini peristiwa yang menimpa ayahnya itu ada campur tangan Boy dan yang mengirim Irma untuk menyelakai Tasya waktu itu juga perbuatannya, saat Kayla mendengarkan suara Boy di recorder begitu besar kebencian Boy terhadap a
Setelah sampai di depan Rumah Sakit Harapan Indah Erlina turun dari mobil dan berlari tergesa-gesa menuju ruang VIP tempat Nenek di rawat, Kayla melihat sikap ibunya yang sangat khawatir membuat hatinya merasa sangat bersalah dengan perilakunya terhadap wanita tua itu.Erlina meraih gagang pintu dan membukanya perlahan, jantungnya berdetak tak karuan dan suara napasnya yang memburu membuat wanita tua itu turun dari tempat tidurnya. “Kamu baik-baik saja bukan?” tanya Nenek seraya memegang bahu Erlina. “S-saya baik-baik saja....” Jawab Erlina terbata-bata. “Sini duduk dulu, dan minum air ini!” Nenek menyodorkan gelas yang berisi air putih. “Terima kasih....” Erlina meneguk air yang di berikan padanya, netra Erlina melirik wajah Nenek. Kayla dan Tasya berjalan santai karena mereka ingin memberi kelonggaran waktu buat ibu dan nenek berbincang tanpa terganggu. “Sebaiknya, kita duduk di sini dulu Sya!” Kayla membantu adiknya duduk.
Setelah mengakhiri percakapannya bersama Fery, Kayla berjalan dengan anggun sembari memainkan telepon genggamnya, sesampainya di koridor rumah sakit Kayla melihat asisten pribadi Bram yang sedang berlari kencang. “Bukannya itu asisten, Bram? Kenapa dia berlari secepat itu?” Kayla mengelus dagunya. “Ngapain juga aku memikirkan dia ....” Kayla mengangkat kedua bahunya dan melanjutkan langkah kakinya menuju mobil yang terparkir di depan rumah sakit, di tengah perjalanan Jery melapor tentang keadaan rumah yang telah aman dan perusahaan yang telah kembali stabil, mendengar hal itu Kayla memerintahkan Jery merekrut karyawan baru untuk mengisi staf rahasia yang kosong saat ini. “Tolong menepi sebentar!” Kayla menepuk bahu Jeky. “Ada apa Non?” Jeky menoleh ke belakang. “Kamu tunggu saja di sini dan jangan keluar!” Kayla membuka pintu mobil menghampiri asisten pribadi Bram yang duduk lesu di pinggir jalan. “Maaf, apa betul Anda asisten Bram
Kayla mengacungkan tongkat baseboll kearah pria itu namun pria yang berdiri di hadapannya itu tak bergeming sedikit pun dia tetap melangkah maju mendekati Kayla.Daaack!Pukulan dahsyat mendarat di kepala pria itu, alhasil pria tersebut jatuh pingsan seketika setelah berhasil melumpuhkan orang yang ia anggap sebagai pencuri Kayla mondar-mandir mencari tali untuk mengikat pria itu agar tak kabur dari sana.“Sebaiknya Aku menelepon Bram agar dia tahu ada seorang pencuri yang masuk ke rumahnya,” Kayla meraih telepon genggamnya di atas meja.“Halo Bram di rumahmu ada pencuri yang menerobos masuk, Kamu cepat pulang!” Kayla sibuk membuka semua laci yang ada di dapur.“Apa... Pencuri? Bagaimana bisa...?” Bram terperanjat mendengar ucapan Kayla.“Aku juga bingung... Bagaimana dia bisa masuk ke sini?” Kayla melirik ke arah pria tadi.“Kamu hati-hati dan jangan berbuat sembarangan, Ok!&rdquo
Indra adalah orang yang gampang akrab dengan orang yang baru dia kenal begitu juga Kayla yang sama persis dengan Indra, Bram sedikit risi melihat keakraban Kayla dan Indra terlihat wajah Bram sangat murung dan perkataan Bram selalu ketus ketika di ajak berbicara oleh Kayla dan Indra.“Kamu kenapa Bram kok diam aja? Sekali mau jawab yang keluar dari mulutmu sangat pedas,” Indra menatap Bram sembari ketawa penuh misteri.“Aku enggak kenapa-kenapa kok, Lanjut aja obrolan Kalian!” Bram kembali melahap makanannya.“Aku udah selesai makan! Bolehkah Aku pergi dahulu?” Kayla menyeruput teh hangatnya.“Kamu mau ke mana Kay?” Bram meletakan gelas di meja.“A-aku... Mau lihat bos! Kira-kira dia udah siuman belum ya?” Tangan Kayla menunjuk ke suatu arah.“Ayo, Kita ke sana bersama...” Bram beranjak dari kursinya.“Kalau gitu Aku pergi ke kantor!” Indra meninggalka
“Tolong berhenti di taman kota Aku mau menyegarkan pikiranku sebentar!” Tuturnya lirih.Fery hanya diam dan selang beberapa menit kemudian mobil berwarna hitam itu menepi di sebelah kiri jalan dan Kayla pun keluar dari mobilnya.“Parkirkan mobilmu dulu Lalu ikut denganku!” Ajaknya.“Baik, Nona jangan ke mana-mana!” Fery bergegas memarkirkan mobil dan berlari cepat menghampiri adik perempuannya itu, kakinya melangkah pelan membuntuti Kayla dari belakang walau jarak antara mereka cukup jauh.Di tengah-tengah taman Kayla duduk dengan nyaman di atas rumput tanpa beralas apa pun sepasang bola mata melihat sekeliling memperhatikan pengunjung yang lagi asyik menghabiskan waktu bersama dengan keluarga, hati gadis itu kembali tersayat luka yang selama ini ia sembunyikan kini kembali menganga dan menimbulkan rasa perih yang teramat sangat sakit membuatnya menitikkan air mata.“Duduklah, jangan canggung seperti itu!!&rdqu
Selain mengawasi Kayla dia juga sibuk memeriksa beberapa laporan dari 4 perusahaannya yang ada di luar negeri, sesekali dia melirik layar melihat kegiatan Kayla. “Dasar wanita gila yang enggak mau diam...” Rey mengelus dagunya.Tiba-tiba pintu kamar Rey terbuka.“Rey, Kau harus lihat ini! Aku baru tahu saat menuju ke sini...” Bram menyodorkan telepon genggamnya.“Bisa tidak mengetuk pintu sebelum masuk?” Melirik tajam.“Iya maaf, tonton dulu itu cepat!!” Ucapnya.“Video apa ini? Dan kenapa Aku harus melihat ini?” Tanyanya seraya meraih handphone Bram.“Tonton saja dulu! nanti Kau juga tahu sendiri,” Bram mengernyitkan dahinya.Rey menetap dengan serius layar handphone milik Bram, video itu di kirimkan oleh salah satu anak buah Bram yang bertugas mengawasi Kayla selama beberapa bulan yang lalu.“Dari mana Kau dapat video ini Bram?&r